MARKUS 14:32-42CAWAN PENDERITAAN
PENDAHULUAN
Peristiwa ini terjadi di Getsemani tempat Tuhan Yesus ditangkap. Nama Getsemani (Yunani: γεθσημανί – GETHSÊMANI), berasal dari kata Aram: "GAT-SYEMEN" yang berarti 'perasan minyak'. Daerah itu merupakan suatu kebun atau taman tempat memeras buah zaitun menjadi minyak. Lokasinya terletak di sebelah timur kota Yerusalem, tepatnya di seberang lembah Kidron dekat Bukit Zaitun.
Setelah makan di malam hari untuk merayakan dan memaknai pesakh atau perayaan paskah, Tuhan Yesus mengajak murid-muridNya menuju Getsemani (ay.32). Peristiwa itu terjadi kemungkinan melewati tengah malam. Ia mengajak Petrus, Yakobus dan Yohanes untuk menemaninya berdoa (ay.33).
TELAAH PERIKOP
Beberapa hal penting dilukiskan oleh penulis Injil Markus tentang
peristiwa yang terjadi pada Tuhan Yesus di taman Getsemani itu sebelum Ia
ditangkap dan diadili secara tidak adil, yakni:
1. Tekanan Psikis (ay.34-35)
Banyak orang bertanya mengapa Tuhan Yesus merasa sangat sedih bahkan seperti mau mati rasanya (ay.34). Mengapa sangat terkesan bahwa Tuhan Yesus takut mati bukankah Ia adalah Tuhan? Mengapa Ia harus merasa gelisah dan susah hatiNya (ay.33)? Kondisi gelisah atau susah hati bahkan ketakutan yang amat sangat sampai merasa “mau mati rasanya”, justru bukan menyangga keIlaian Yesus Kristus. Sebaliknya hal itu membuktikan bahwa Dia adalah Tuhan, Pribadi yang Mahatahu segala sesuatu yang akan terjadi.
Karena Yesus Kristus adalah Tuhan, maka Ia tahu apa yang akan terjadi tentang 12 jam ke depan, yakni pasca Ia ditangkap. Ia sangat tahu tentang jenis dan model penyiksaan yang akan dialamiNya. Tuhan Yesus tahu bentuk paku yang akan menghujam tangan dan kakinya. Bahkan Ia tahu jenis cambuk Romawi yang terkenal mengerikan yang akan diterima melalui deraan para prajurit Romawi. Tuhan Yesus sangat tahu dan dapat merasakan apa yang akan Ia lamai selama 6 jam tergantung di kayu salib walaupun peristiwa itu belum terjadi. Di taman Getsemani itu, Tuhan Yesus berjuang sebagai manusia yang harus menerima sesuatu yang mengerikan. Pergolakan itu tidak dapat dihindari.
Jika demikian,
bukankah hal itu akan memberikan tekanan psikis atau derita psikis dialami oleh
Tuhan Yesus? Siapapun kita pasti akan takut dan kuatir berhadapan dengan meja
operasi dan atau menjalani vonis dokter di rumah sakit, bukan? Bagaiaman dengan
Tuhan Yesus yang tahu segala hal tentang derita yang dialami? Tingkat tekanan
psikis pastilah sangat luar biasa. Injil Matius 26:36-36 bahkan menggambarkan
secara gamblang bahawa Tuhan Yesus mengalami peristiwa hematidrosis,
yakni tubuh melepaskan senyawa khusus sehingga pembulu kapiler pecah disekitar
kelenjar keringat sehingga peluhNya seperti darah. Kondisi hemaidrosis ini
sangat langka terjadi; hanya terjadi pada kondisi tertentu yakni tekanan
psiskis yang tidak dapat ditanggung.
2.
Cobaan
Adam Kedua (ay.36)
Jika hari ini kita tahu bahwa akan terjadi kecelakaan saat mengendarai mobil maka secara logis siapapun pasti akan menghindari mengendarai kendaraan di hari itu. Itu disebut sebagai tindakan antisipatif agar tetap selamat dan tidak mengalami penderitaan. Cara berpikir seperti ini bukankah harusnya menjadi pilihan Tuhan Yesus? sebab jika Dia tahu segala sesuatu tentang penderitaan mengerikan yang harus Ia alami, maka masih ada pilihan lain yaitu Dia menghindarkan diri dari kondisi itu. Dengan demikian Tuhan Yesus akan terbebas dari tekanan psikis dan terhindari dari derita fisik selama 12 jam kemudian.
Godaan untuk menghindari proses ini, yakni menolak cawan penderitaan, secara manusiawi cukup kuat menggoda. Apakah harus taat pada kehendak Sang Bapa yakni meminum cawan itu atau membebaskan diri dan tidak perlu menanggung berita dunia, adalah dua pilihan yang terpampang di MataNya. Kesan dua opsi ini terlihat pada ayat 36: “... ambillah cawan ini dari hadapanKu”. Sebagai Firman (Allah) yang menjadi manusia (Yoh.1:1,14), misi keselamatan bisa saja dibatalkan demi menghindari kondisi memalukan, penuh derita dan hinaan itu.
Sebagaimana
Adam pertama digoda di taman Eden dan kalah karena memilih kehendaknya sendiri
dan melawan perintah Allah, demikian juga Tuhan Yesus ada dalam godaan itu.
Namun, Ia tidak kalah!! Tuhan Yesus menang terhadap godaan kesenangan diri
dengan suatu pernyataan kuat dalam doa hening di Getsemani: “..., tetapi
janganlah apa yang Aku kehendaki, melainkan apa yang Engkau kehendaki”.
Kehendak Sang Bapa adalah keselamatan dunia (Yoh.3:16), dan penggalan
doa ini menjadi jawaban tentang siapakah Tuhan Yesus. Ia adalah Adam kedua yang
berbeda dengan Adam pertama, yakni memilih ketaatan kepada BapaNya sebagai
suatu teladan bagi umat manusia. Adam pertama menggabarkan tentang kita yang
kalah, Adam kedua adalah gambaran pribadi yang kelihatan kalah namun “menang”
di mata Sang Bapa.
3.
Berjaga
dan Berdoa (ay.37-42)
Dalam konteks dekat, kalimat “Berjaga-jagalah dan berdoalah” adalah reaksi Tuhan Yesus ketika mendapati 3 muridnya tertidur pulas (ay.37). Pada konteks jauh, ini memiliki makna yang penting, yakni cara menghadapi pencobaan. LAI TB 1 menerjemahkan narasi yang sudah kita hafal yakni: “Berjaga-jagalah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan; roh memang penurut, tetapi daging lemah" (ay.38). Pada konteks jauh, tujuan dari kalimat Berjaga-jagalah dan berdoalah rupanya adalah cara untuk menghadapi godaan atau cobaan hidup. Ini adalah “ramuan rohani” untuk mampu memilih kehendak Allah dan bukan kehendak dunia yang penuh dengan cobaan dan godaan.
Istilah berjaga dari bah Yunani γρηγορέω (baca: gregoreo) yang berarti: to be awake (in the night), watch, to be watchful, on the alert, vigilant (terjaga di malam hari, berjaga, waspada, siaga). Umumnya istilah ini digunakan pada pasukan tentara Romawi yang bertugas di menara pengintai atau menara penjaga. Dalam konteks iman, hal ini menjelaskan tentang kemampuan secara rohani untuk memperhatikan musuh rohani yang datang agar mampu melakukan tindakan antisipastif agar tidak kalah pada cobaan atau godaan yang akan menggoyahkan iman. Namun berjagapun tidaklah cukup sebab seperti penjaga diwaktu malam, bisa saja lengah dan kelelahan dan akhirnya tertidur.
Itulah sebabnya,
perintah berjaga-jagalah disandingkan Tuhan Yesus dengan kegiatan berdoalah.
Berdoa yang dimaksud adalah melibatkan kekuatan lain selain diri kita yakni
kehadiran Sang Ilahi yang tidak pernah terlelap dan tertidur (Mazmur 121).
Manusia tidak mampu berjuang sendiri menghadapai cobaan dan godaan. Manusia membutuhkan
kuasa yang melampaui dirinya untuk menolong dan beroleh kekuatan, yakni kuasa Tuhan
Sang Penjaga Agung. Melibatkan Tuhan menghadapi cobaan, itulah yang diajarkan Tuhan
Yesus kepada mereka bertiga.
APLIKASI DAN RELEVANSI (silakan dikembangkan dari
3 poin di atas)
Terdapat tiga jenis penderitaan yang Tuhan Yesus alami ketika menggenapi karya keselamatan bagi dunia, yakni: derita psikis: pergulatan di taman Getsemani, dipermalukan, dan dikhianati; derita fisik: 12 jam yang tak tertanggungkan yang terdiri dari 6 jam disiksa dan 6 jam tergantung di kayu salib; dan derita spiritual ketika dosa manusia ditimpakan kepadaNya sehingga Ia “ditinggalkan” BapaNya (Mrk.15:34).
Mengapa Ia rela melakukannya? Tentu jawabannya hanya satu yakni Kasih tanpa syarat bagi dunia (Yoh.3:16). Di balik pengorbanan karena KasihNya bagi kita, peristiwa Getsemani menuju pada kematianNya itu bukan hanya tentang kasih, tetapi juga teladan ketaatan. Peristiwa Getsemani dan Golgota adalah pengajaran tanpa tutur kata dan narasi indah. Peristiwa itu adalah didikan dalam bentuk teladan dalam laku dan berbuatan nyata yakni ketaatan dan kesetiaan sampai mati. Paulus menyebut tentang “bahkan sampai mati di Kayu Salib” (Flp.2:8). Ia tidak mempertahankan rupa IlahiNya, dan menanggalkan Ego sebagai Sang Mahabenar, Ia rela direndahkan dan dipermalukan. Semua itu benar untuk dunia diselamatkan, tetapi juga untuk satu hal penting yakni teladan ketaatan kepada Sang Bapa agar kita mengerti bahwa yang utama bukan kehendak diri melainkan kehendak Sang Agung, Bapa pemurah.
Selamat mengerjakan ketaatan total kepada Allah. Keselamatan sudah
dianugerahi, gratis dan mahal harganya. Kita berhutang ketaatan kepada Tuhan yang
telah menyelamatkan kita. Godaan dan cobaan iman akan kita alami, maka
berjaga-jagalah dan berdoalah. Ingatlah bahwa roh memang penurut, tetapi
daging lemah. Amin.