Tuesday, April 8, 2025

YESUS DI TAMAN GETSEMANI

 

MARKUS 14:32-42
CAWAN PENDERITAAN

 

PENDAHULUAN


Peristiwa ini terjadi di Getsemani tempat Tuhan Yesus ditangkap. Nama Getsemani (Yunani: γεθσημανί – GETHSÊMANI), berasal dari kata Aram: "GAT-SYEMEN" yang berarti 'perasan minyak'. Daerah itu merupakan suatu kebun atau taman tempat memeras buah zaitun menjadi minyak. Lokasinya terletak di sebelah timur kota Yerusalem, tepatnya di seberang lembah Kidron dekat Bukit Zaitun.


Setelah makan di malam hari untuk merayakan dan memaknai pesakh atau perayaan paskah, Tuhan Yesus mengajak murid-muridNya menuju Getsemani (ay.32). Peristiwa itu terjadi kemungkinan melewati tengah malam. Ia mengajak Petrus, Yakobus dan Yohanes untuk menemaninya berdoa (ay.33). 

TELAAH PERIKOP

Beberapa hal penting dilukiskan oleh penulis Injil Markus tentang peristiwa yang terjadi pada Tuhan Yesus di taman Getsemani itu sebelum Ia ditangkap dan diadili secara tidak adil, yakni:

1.       Tekanan Psikis (ay.34-35)

Banyak orang bertanya mengapa Tuhan Yesus merasa sangat sedih bahkan seperti mau mati rasanya (ay.34). Mengapa sangat terkesan bahwa Tuhan Yesus takut mati bukankah Ia adalah Tuhan? Mengapa Ia harus merasa gelisah dan susah hatiNya (ay.33)? Kondisi gelisah atau susah hati bahkan ketakutan yang amat sangat sampai merasa “mau mati rasanya”, justru bukan menyangga keIlaian Yesus Kristus. Sebaliknya hal itu membuktikan bahwa Dia adalah Tuhan, Pribadi yang Mahatahu segala sesuatu yang akan terjadi. 

Karena Yesus Kristus adalah Tuhan, maka Ia tahu apa yang akan terjadi tentang 12 jam ke depan, yakni pasca Ia ditangkap. Ia sangat tahu tentang jenis dan model penyiksaan yang akan dialamiNya. Tuhan Yesus tahu bentuk paku yang akan menghujam tangan dan kakinya. Bahkan Ia tahu jenis cambuk Romawi yang terkenal mengerikan yang akan diterima melalui deraan para prajurit Romawi. Tuhan Yesus sangat tahu dan dapat merasakan apa yang akan Ia lamai selama 6 jam tergantung di kayu salib walaupun peristiwa itu belum terjadi. Di taman Getsemani itu, Tuhan Yesus berjuang sebagai manusia yang harus menerima sesuatu yang mengerikan. Pergolakan itu tidak dapat dihindari.

Jika demikian, bukankah hal itu akan memberikan tekanan psikis atau derita psikis dialami oleh Tuhan Yesus? Siapapun kita pasti akan takut dan kuatir berhadapan dengan meja operasi dan atau menjalani vonis dokter di rumah sakit, bukan? Bagaiaman dengan Tuhan Yesus yang tahu segala hal tentang derita yang dialami? Tingkat tekanan psikis pastilah sangat luar biasa. Injil Matius 26:36-36 bahkan menggambarkan secara gamblang bahawa Tuhan Yesus mengalami peristiwa hematidrosis, yakni tubuh melepaskan senyawa khusus sehingga pembulu kapiler pecah disekitar kelenjar keringat sehingga peluhNya seperti darah. Kondisi hemaidrosis ini sangat langka terjadi; hanya terjadi pada kondisi tertentu yakni tekanan psiskis yang tidak dapat ditanggung.


2.       Cobaan Adam Kedua (ay.36)

Jika hari ini kita tahu bahwa akan terjadi kecelakaan saat mengendarai mobil maka secara logis siapapun pasti akan menghindari mengendarai kendaraan di hari itu. Itu disebut sebagai tindakan antisipatif agar tetap selamat dan tidak mengalami penderitaan. Cara berpikir seperti ini bukankah harusnya menjadi pilihan Tuhan Yesus? sebab jika Dia tahu segala sesuatu tentang penderitaan mengerikan yang harus Ia alami, maka masih ada pilihan lain yaitu Dia menghindarkan diri dari kondisi itu. Dengan demikian Tuhan Yesus akan terbebas dari tekanan psikis dan terhindari dari derita fisik selama 12 jam kemudian.

Godaan untuk menghindari proses ini, yakni menolak cawan penderitaan, secara manusiawi cukup kuat menggoda. Apakah harus taat pada kehendak Sang Bapa yakni meminum cawan itu atau membebaskan diri dan tidak perlu menanggung berita dunia, adalah dua pilihan yang terpampang di MataNya. Kesan dua opsi ini terlihat pada ayat 36: “... ambillah cawan ini dari hadapanKu”.  Sebagai Firman (Allah) yang menjadi manusia (Yoh.1:1,14), misi keselamatan bisa saja dibatalkan demi menghindari kondisi memalukan, penuh derita dan hinaan itu.

Sebagaimana Adam pertama digoda di taman Eden dan kalah karena memilih kehendaknya sendiri dan melawan perintah Allah, demikian juga Tuhan Yesus ada dalam godaan itu. Namun, Ia tidak kalah!! Tuhan Yesus menang terhadap godaan kesenangan diri dengan suatu pernyataan kuat dalam doa hening di Getsemani: “..., tetapi janganlah apa yang Aku kehendaki, melainkan apa yang Engkau kehendaki”. Kehendak Sang Bapa adalah keselamatan dunia (Yoh.3:16), dan penggalan doa ini menjadi jawaban tentang siapakah Tuhan Yesus. Ia adalah Adam kedua yang berbeda dengan Adam pertama, yakni memilih ketaatan kepada BapaNya sebagai suatu teladan bagi umat manusia. Adam pertama menggabarkan tentang kita yang kalah, Adam kedua adalah gambaran pribadi yang kelihatan kalah namun “menang” di mata Sang Bapa.


3.       Berjaga dan Berdoa (ay.37-42)

Dalam konteks dekat, kalimat “Berjaga-jagalah dan berdoalah” adalah reaksi Tuhan Yesus ketika mendapati 3 muridnya tertidur pulas (ay.37). Pada konteks jauh, ini memiliki makna yang penting, yakni cara menghadapi pencobaan. LAI TB 1 menerjemahkan narasi yang sudah kita hafal yakni: “Berjaga-jagalah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan; roh memang penurut, tetapi daging lemah" (ay.38). Pada konteks jauh, tujuan dari kalimat Berjaga-jagalah dan berdoalah rupanya adalah cara untuk menghadapi godaan atau cobaan hidup. Ini adalah “ramuan rohani” untuk mampu memilih kehendak Allah dan bukan kehendak dunia yang penuh dengan cobaan dan godaan.

Istilah berjaga dari bah Yunani γρηγορέω (baca: gregoreo) yang berarti: to be awake (in the night), watch, to be watchful, on the alert, vigilant (terjaga di malam hari, berjaga, waspada, siaga). Umumnya istilah ini digunakan pada pasukan tentara Romawi yang bertugas di menara pengintai atau menara penjaga. Dalam konteks iman, hal ini menjelaskan tentang kemampuan secara rohani untuk memperhatikan musuh rohani yang datang agar mampu melakukan tindakan antisipastif agar tidak kalah pada cobaan atau godaan yang akan menggoyahkan iman. Namun berjagapun tidaklah cukup sebab seperti penjaga diwaktu malam, bisa saja lengah dan kelelahan dan akhirnya tertidur.

Itulah sebabnya, perintah berjaga-jagalah disandingkan Tuhan Yesus dengan kegiatan berdoalah. Berdoa yang dimaksud adalah melibatkan kekuatan lain selain diri kita yakni kehadiran Sang Ilahi yang tidak pernah terlelap dan tertidur (Mazmur 121). Manusia tidak mampu berjuang sendiri menghadapai cobaan dan godaan. Manusia membutuhkan kuasa yang melampaui dirinya untuk menolong dan beroleh kekuatan, yakni kuasa Tuhan Sang Penjaga Agung. Melibatkan Tuhan menghadapi cobaan, itulah yang diajarkan Tuhan Yesus kepada mereka bertiga.

 

APLIKASI DAN RELEVANSI (silakan dikembangkan dari 3 poin di atas)

Terdapat tiga jenis penderitaan yang Tuhan Yesus alami ketika menggenapi karya keselamatan bagi dunia, yakni: derita psikis: pergulatan di taman Getsemani, dipermalukan, dan dikhianati; derita fisik: 12 jam yang tak tertanggungkan yang terdiri dari 6 jam disiksa dan 6 jam tergantung di kayu salib; dan derita spiritual ketika dosa manusia ditimpakan kepadaNya sehingga Ia “ditinggalkan” BapaNya (Mrk.15:34).

Mengapa Ia rela melakukannya? Tentu jawabannya hanya satu yakni Kasih tanpa syarat bagi dunia (Yoh.3:16). Di balik pengorbanan karena KasihNya bagi kita, peristiwa Getsemani menuju pada kematianNya itu bukan hanya tentang kasih, tetapi juga teladan ketaatan. Peristiwa Getsemani dan Golgota adalah pengajaran tanpa tutur kata dan narasi indah. Peristiwa itu adalah didikan dalam bentuk teladan dalam laku dan berbuatan nyata yakni ketaatan dan kesetiaan sampai mati. Paulus menyebut tentang “bahkan sampai mati di Kayu Salib” (Flp.2:8). Ia tidak mempertahankan rupa IlahiNya, dan menanggalkan Ego sebagai Sang Mahabenar, Ia rela direndahkan dan dipermalukan. Semua itu benar untuk dunia diselamatkan, tetapi juga untuk satu hal penting yakni teladan ketaatan kepada Sang Bapa agar kita mengerti bahwa yang utama bukan kehendak diri melainkan kehendak Sang Agung, Bapa pemurah.

Selamat mengerjakan ketaatan total kepada Allah. Keselamatan sudah dianugerahi, gratis dan mahal harganya. Kita berhutang ketaatan kepada Tuhan yang telah menyelamatkan kita. Godaan dan cobaan iman akan kita alami, maka berjaga-jagalah dan berdoalah. Ingatlah bahwa roh memang penurut, tetapi daging lemah. Amin.

Sunday, March 30, 2025

HAL KEKUATIRAN

 MATIUS 6:31-34

BAHAN KHOTBAH IK 02 APRIL 2025

 

PENDAHULUAN

Topik tentang kekuatiran merupakan bagian dari khotbah di bukit yakni pasal 5-7 injil Matius. Kuatir adalah suasana cemas terhadap sesuatu yang belum terjadi. Adalah wajar jika orang kuatir, cemas atau takut terhadap peristiwa-peristiwa yang belum terjadi, sebab ia belum tahu apa dampak terhadap dirinya mengenai peristiwa peristiwa tersebut.

Menurut Tuhan Yesus, Kekuatiran yang paling besar adalah tentang kebutuhan-kebutuhan pokok yaitu sandang dan pangan. Misalnya mengenai apa yang akan dimakan? apa yang akan diminum? apa yang akan dipakai untuk menutupi tubuh? (ay.25). Karena berbicara tentang kebutuhan pokok, maka hal itu tidak bisa ditunda. Orang bisa menunda membeli kendaraan, tetapi tidak mungkin menunda membeli makanan. Orang mungkin bisa menunda membeli perhiasan, namun tidak mungkin tidak membeli pakaian jika sudah compang-camping.

Perintah jangan kuatir dalam ayat 25 bacaan kita perlu mendapat penjelasan tentang bagaimana melakukannya? Bagaimana supaya tidak kuatir?
 

TELAAH PERIKOP

Jangan kuatir adalah perintah yang harus dibaca dengan kacamata berbeda. Tuhan yesus tidak pernah bermaksud mengatakan tidak perlu kuatir, sebab kuatir adalah hal yang alamiah terhadap sesuatu yang belum terjadi. Maka perintah “jangan kuatir” mau mengatakan soal jangan sampai karena kekhawatiranmu membuat engkau kehilangan iman.


Jika demikian, bagaimana cara menghadapi berbagai bentuk kekuatiran tersebut? Pada ayat 31-34, kita menemukan 3 poin utama cara untuk menghadapi kekuatiran, yakni:

1.       Tuhan mengetahui kebutuhanmu (ay.31-32)

Memikirkan tentang kebutuhan-kebutuhan pokok yang harus dipenuhi dan di saat yang sama kemampuan untuk memenuhi kebutuhan itu tidak ada, pasti akan membuat orang kuatir (ay.31). Tuhan Yesus menyatakan tentang hal penting menanggapi kondisi itu yakni: “Bapamu di Surga tahu bahwa kamu memerlukan semuannya itu”. Pernyataan ini memberikan penegasan penting bahwa kondisi yang terjadi di kolong langit ini Tuhan sangat tahu, termasuk segala kebutuhan yang menyebakan orang mengalami kekuatiran.

Jika Tuhan tahu apa yang kita butuhkan maka itu berarti Tuhan tahu bagaimana menjawab kebutuhan itu? Dengan kata lain, Tuhan Yesus mengajak orang yang kuatir, untuk berani menyerahkan kekuatirannya kepada Tuhan. Sebab Tuhan adalah pribadi yang sangat tahu segala sesuatu yang kita butuhkan dan yang mampu menyediakan segala sesuatu yang kita butuhkan itu.

Perhatikan bunyi teksi alkitab ini: “Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara kamu” (1 Petrus 5:7). Kita diajarkan untuk meyakini bahwa Tuhan tahu apa yang kita butuhkan, Tuhan juga menyediakan apa yang kita butuhkan. Maka langkah awal menghadapi kekuatiran adalah menyerahkan kekhawatiran itu kepada Tuhan.


2.       Carilah dahulu Kerajaan Allah dan Kebenarannya (ay.33)

Apa yang dimaksud dengan mencari Kerajaan Allah dan Kebenarannya? Kita pasti menghafal “Doa Bapa Kami”. Di situ disebut tentang “datanglah kerajaan”. Ketika menyebut carilah kerajaan Allah maka urutannya menjadi jelas. Yang utama bukan memikirkan kekuatiran, tetapi mencari Kerajaan Allah, sesudahnya biarlah kuasa kerajaan Allah itu menjawab kekuatiran kita itu.

Tafsiran yang paling sederhana dalam Matius 6:33 untuk kata-kata "mencari Kerajaan Allah dan kebenaran Allah" ialah: mencari untuk menjadi taat kepada Allah. Ternyata ketaatan kepada Allah adalah kunci menghadapi kek hawatiran. Hanya dengan taat kepada Allah, maka poin 1 tadi, yakni Tuhan menyediakan yang kita perlu akan digenapi. Hal ini dipertegas oleh Tuhan Yesus dengan frasa kalimat “segala sesuatu akan ditambahkan”. Maka ketaatan kepada Tuhan diperlukan untuk memperoleh jawaban tentang kekhawatiran tersebut.


3.       Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari (ay.34)

Tuhan Yesus berkata: “Sebab itu janganlah kamu kuatir akan hari besok, karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari." (ay.34). Hal ini senada dengan pertanyaan Tuhan Yesus: “siapakah yang karena kekhawatiran dapat menambahkan sehasta pada jalan hidupnya.” (ay.27). Kekhawatiran berlebihan tidak menyelesaikan masalah, bahkan sebaliknya akan memberikan masalah baru dalam hidup.

Karena itu yang paling penting adalah menyelesaikan persoalan di hari ini dan bukan memikirkan masalah hari esok lalu kemudian menambahkan masalah yang belum terjadi itu menjadi kesusahan di hari ini.  Inilah yang dimaksud dengan kesusahan sehari cukuplah untuk sehari.

 

RELEVANSI DAN APLIKASI.

1.       Adalah wajar tiap orang kuatir tentang pemenuhan kebutuhan kebutuhan hidup. Masalah ekonomi keluarga barangkali, masa depan anak-anak, persoalan rumah tangga dan sebagainya. Semua itu menjadi penyebab tiap orang mengalami kekuatiran. Hal yang patut disayangkan adalah banyak orang sibuk memikirkan kekuatirannya, tapi lupa fokus pada Tuhan yang tahu kebutuhan kita itu.

Sebagai orang percaya kita dituntut untuk memiliki iman yang besar kepada Tuhan yang menyediakan segala sesuatu. Sehingga langkah utama menghadapi kekhawatiran adalah, kita menyerahkan segala sesuatu kepada Tuhan. Kita diajak untuk berani berdoa seperti doa Tuhan Yesus “jadilah kehendakmu” karena kita percaya bahwa Tuhan tahu apa yang kita butuhkan. Jika Tuhan tahu apa yang kita butuhkan, maka Tuhan pasti mengerti untuk menyediakan segala apa yang kita perlukan. Dengan kata lain, fokus utama bukan pada kekhawatiran tapi fokus utama kita adalah kepada Tuhan.

 

2.       Cara fokus kepada Tuhan untuk menghadapi kekuatiran adalah dengan mencari kerajaan Allah. Urutan ini harus tepat, yakni kita tidak mengurus terlebih dahulu kekuatiran kita, tapi urusan utama adalah mencari kerajaan Allah. Mencari kerajaan Allah sebagaimana disebutkan di atas adalah hidup dalam ketaatan kepada Allah. Sebab, bagaimana mungkin Tuhan memberkati atau menyediakan apa yang kita butuhkan jika kita tidak taat kepadaNya.

Tanpa ketaatan kepada Allah kita tidak mungkin menghadapi kekhawatiran kita. Sebab kunci dari pemenuhan segala kebutuhan kita oleh Tuhan, hanya dapat kita peroleh dari ketaatan kepada Allah yakni melakukan segala kehendakNya. Karena itu carilah dahulu kerajaan Allah dan kebenarannya, maka segala sesuatu akan ditambahkan kepadamu.

 

3.       Kita perlu mengatur kondisi ketentraman jiwa kita dengan cara menundukkan kekuatiran itu dan bukan kekuatiran yang mengatur suasana hati kita. Selesaikan masalah kita hari ini barulah kemudian memikirkan hal-hal yang belum terjadi di hari esok. Jangan menumpuk masalah hari esok yang belum terjadi, pada kekhawatiran di hari ini. Sebab hal itu akan membuat kita mengalami guncangan iman yang menghancurkan pengharapan kita.

Kalimat “kesusahan sehari cukuplah untuk sehari” berarti upaya kita untuk mengatur kebutuhan-kebutuhan kita dengan perencanaan yang matang. Manajemen masalah atau mengatur masalah harus dilakukan dan bukan masalah yang mengatur kondisi hati kita sehingga kita kuatir. Jika Tuhan memelihara kita hari lepas hari, maka biarkanlah kekuatiran hari esok terjadi untuk hari esok, dan jangan membuat kita mengalami kehilangan sukacita karena masalah di hari esok yang belum terjadi.

Kita diajak untuk membuat perencanaan matang tentang hari esok, tapi juga kita diperintahkan untuk menyelesaikan lebih dulu masalah di hari ini. Merencanakan hari esok dan menyelesaikan masalah di hari ini adalah kunci kita mampu menghadapi kekuatiran itu.

 

Selamat menghadapi kekuatiran saudara. fokuslah pada Tuhan. dia tahu apa yang kita perlu dan rencanakan kehidupan saudara di hari esok dengan cara menyelesaikan masalah saudara di hari ini. Amin.

Tuesday, February 11, 2025

1 PETRUS 4 : 7 – 11

 BAHAN KHOTBAH 12 FEBRUARI 2025

1 PETRUS 4 : 7 – 11

Pengantar

Petrus menulis surat ini kepada orang-orang pendatang yang tersebar di Pontus, Galatia, Kapadokia, Asia, dan Bitinia, karena ada dua persoalan penting yang perlu disikapi, yaitu :

1.      Orang-orang percaya mengalami tekanan dari luar seperti penganiayaan, penyiksaan,dibunuh, diburuh oleh pihak-pihak yang tidak senang.

2.      Orang-orang percaya mengalami tekanan dari dalam yakni masih adanya umat yang hidup dengan perilaku yang tidak berkenan dihadapan Allah juga dengan sesamanya. Salah satu tema yang diusung dalam pasal ini, yang bekaitan dengan dua persoalan penting tersebut adalah agar jemaat menyadari bahwa sekalipun tanggungan mereka berat tetapi sebagai umat Allah yang dipilih dan dikuduskan, mereka harus dapat menampilkan warna tersendiri sebagai milik Tuhan.

 

Telaah Teks (Tafsiran)

Apa yang diharapkan Petrus ini, dituangkannya dalam nasihat-nasihat agar jemaat tetap mempertahankan kehidupan mereka yang baru di dalam Tuhan:

1.      Belajar untuk menguasai diri dan menjadi tenang, sehingga dalam tekanan apapun mereka dapat berdoa menyampaikan segala sesuatunya kepada Tuhan serta menjaga hubungan baik denganNya. (ay. 7)

2.      Berusaha untuk senantiasa menyatakan kasih dengan sungguh-sungguh kepada orang lain. Sebab kasih yang sungguh-sungguh akan menghapuskan luka hati akibat penindasan orang lain (ay. 8 - 9).

3.      Menjalankan pelayanan sesuai dengan kasih karunia yang Tuhan telah nyatakan. (ay. 10)

4.      menyampaikan firman dan melakukan pelayanan supaya Allah dipermuliakan dalam segala sesuatu (ay. 11).

Ketika umat dapat melakukan hal ini, maka mereka akan menunjukkan jati diri mereka yang sesungguhnya, yakni dapat mempengaruhi dunia dan bahkan dapat mengubahnya menjadi lebih baik. Memengaruhi bukan dipengaruhi.

 

Aplikasi dan Relevansi

Berada dalam tekanan memang bukanlah situasi yang mudah. Pasti ada saja keinginan untuk memberontak, dan melawan setiap penindasan yang diterima. Akan tetapi tidaklah demikian dengan orang-orang Kristen. Kita dituntut untuk dapat mawas diri dan tetap menjaga keberadaan kita sehingga tidak menjadi sama dengan orang-orang yang asalnya dari dunia ini dan ikut berdosa.

Kepada orang-orang percaya dimana surat Petrus ditujukan, ia menasihatkan untuk terus mempertahankan sikapnya sebagai orang percaya untuk memuliakan Tuhan. maka kita pun, di zaman yang tidak menentu ini, hendaklah belajar untuk :

1.      Kuasailah diri dan jadilah tenang supaya dapat berdoa. Jika kita tidak dapat menguasai diri, maka bisa saja kita terseret untuk mengikuti hal-hal yang tidak berguna. Ketika hal itu terjadi, maka kita tidak akan memiliki waktu untuk berdoa. Padahal di dalam doalah, kita dapat menemukan keterangan dari setiap permasalahan kita, di dalam doalah kita dapat memperoleh damai sejahtera yang membuat kita tetap bersukacita dan mampu bertahan di hari-hari yang sukar. Berjaga-jagalah senantiasa sambil berdoa, supaya kamu beroleh kekuatan untuk luput dari semua yang akan terjadi, dan supaya kamu dapat tahan berdiri di hadapan Anak Manusia (Luk. 21 : 36).

2.      Kasihilah dengan sungguh-sungguh seorang akan yang lain. Di dalam suratnya dikatakan “tetapi yang terutama, kasihilah sungguh-sungguh seorang akan yang lain, sebab kasih menutupi banyak sekali dosa.” Kasih harus tetap menjadi yang terutama di dalam hidup orang percaya.

Semua orang layak untuk dikasihi, sekalipun dia adalah orang yang selalu menyakiti atau memusuhi kita. Ketika Tuhan berkata “Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu”, itu berarti kita harus belajar untuk mengasihi semua orang, karena melalui kasih kita dimampukan untuk hidup damai dengan semua orang.

3.      Meskipun berat beban hidup ini, banyak masalah, persoalan dan pergumulan, banyak kekecewaan yang kita peroleh namun kita tetap anak-anak Allah yang diberi karunia-karunia Rohani untuk tetap menjalankan pelayanan baik bagi Tuhan maupun untuk sesama.

4.      Berbicaralah sebagai orang yang menyampaikan firman Allah. Dalam situasi apapun, bahkan terhimpit sekalipun, perkatakanlah firman Tuhan. Orang Kristen perlu mewujudkan panggilannya memberi rasa dalam dunia ini dengan tetap bisa mengendalikan diri sendiri dan dengan tekun menerapkan karunia yang telah dianugerahkan Allah kepada kita.

Ketika kita mampu melakukan paling tidak keempat hal yang dinasihatkan oleh Petrus ini, maka kehidupan kita tidak akan terpengaruh oleh keinginan-keinginan dunia yang jahat. Kita harus menjadi terang bagi lingkungan sekitar. Karena itu, hidup kita bukan hanya berupa kata-kata semata, tetapi kita wajib menyatakan apa yang Firman Tuhan katakan itu melalui perbuatan kita sehari-hari. Dengan demikian dari kitalah, pengaruh yang baik itu dapat disebarluaskan. Dari kehidupan kitalah, kasih itu pun dapat dirasakan orang lain.

Kiranya kita mampu tampil beda sebagai orang percaya menghadapi tekanan dan cobaan supaya tidak serupa dengan dunia. Amin.

Tuesday, January 14, 2025

IBRANI 13:13-16

 

MATERI BAHAN KHOTBAH IBADAH HARI MINGGU

IBRANI 13:13-16

 

PENGANTAR

Sebagaimana kita tahu bersama, Surat Ibrani ini ditulis bagi orang Kristen Yahudi yang sangat menjunjung tinggi tradisi dan nilai-nilai kehidupan keagamaan nenek moyang mereka. Tradisi yang dimaksud adalah hal-hal yang berhubungan dengan kegiatan2 dan pengajaran iman yang tertulis dalam Taurat atau Perjanjian Lama. Itulah sebabnya sangat sulit bagi orang Yahudi menerima Yesus Kristus sebagai sumber keselamatan sebab bagi mereka Hukum Taurat-lah sumber keselamatan itu.


Bacaan kita hari ini merupakan ulasan penulis Ibrani tentang hal-hal praktis yang harus dilakukan oleh orang yang percaya kepada Yesus Kristus. Pengajaran praktis itu misalnya: Kasih persaudaraan (ay.1), menolong orang lain (ay.2-4), perkawinan Kristen (ay.4), hamba uang (ay.5-6), serta menghormati pemimpin umat dan awas pada ajaran sesat (ay.7-12).

 

 

TELAAH PERIKOP

Terdapat beberapa pokok penting yang diuraikan oleh penulis Ibrani tentang keselamatan oleh pengorbanan Yesus Kristus dan bagaimana seharusnya kita memaknai pengorbanan itu sebagai orang percaya. Beberapa pokok itu sebagai berikut:

 

1.       Arti Pengorbanan Yesus Kristus (ay.13, 14)

 

Pada bagian ini, penulis kitab Ibrani menjelaskan tentang korban bakaran penghapusan dosa (ay.9-11). Bahwa domba (binatang) yang menjadi korban penghapusan dosa, tubuhnya dibakar di luar kemah pertemuan. Selanjutnya darah domba dibawa masuk kedalam kemah pertemuan. Hal ini sesuai dengan aturan Taurat dalam Imamat 16:27. Tubuh binatang yang dibakar diluar kemah pertemuan tempat Allah bersemayam, adalah simbol kesalahan dan dosa yang dibakar dan dibuang. Darah yang dibawah masuk adalah simbol penebusann atas dosa dan kesalahan.

 

Pada ayat 12, hal ini menjadi jelas bahwa Tuhan Yesus Kristus adalah simbol dari korban persembahan yaitu domba. Tuhan Yesus Kristus adalah Anak Domba Allah yang dikorbankan untuk penebusan dosa-dosa manusia. Maka sebagai seorang Kristen kita diajak untuk pergi menjumpai Yesus Kristus sebagai korban penebusan dosa-dosa kita dan berada di sekitarNya. Hal ini disimbolkan pada ayat 13 sebagai “pergi ke luar perkemahan untuk menanggung kehinaan bersamaNya”.

 

Istilah “pergi ke luar perkemahan untuk menanggung kehinaan bersamaNya” (ay.13) adalah tindakan Iman untuk menjauhkan diri dari dunia. Meninggalkan kemah atau perkemahan adalah cara kita meninggalkan dunia dengan segala godaannya dan mendekatkan diri kepada Kristus. Sebab bagi orang lain salib adalah kehinaan, tetapi bagi orang Kristen salib berarti keselamatan.

 

2.       Respon Secara Iman (ay.15)

 

Bagaimana respon kita secara iman yang telah diselamatkan oleh Yesus Kristus? Penulis Ibrani menyatakan hal yang menarik, bahwa kita harus mempersembahkan korban syukur. Dan korban syukur yang dimaksud pada ayat 15 adalah dengan memuliakan Tuhan melalui bibir kita atau mulut kita.

 

Ternyata cara sederhana untuk bersyukur pada keselamatan yang telah Tuhan berikan bagi kita adalah dengan memuliakan NamaNya. Orang Kristen Ibrani diajak untuk selalu mengagungkan Tuhan dalam perkataan mereka. Apapun yang mereka alami; apapun yang mereka nikmati, mereka harus berbicara tentang Tuhan dan mengagungkan serta memuliakan namaNya. Perhatikanlah bahwa ternyata kesaksian kita lewat mulut dan ucapan memuliakan Tuhan adalah cara kita bersyukur atas keselamatan yang diberikan.

 

 

3.       Prilaku Hidup Orang Yang Diselamatkan (ay.16)

 

Terdapat hal yang menarik yang disampaikan oleh penulis kitab ibrani mengenai sikap dan perilaku hidup orang yang diselamatkan. Mereka yang diselamatkan seperti pada ayat 15 harus bersyukur. Bersyukur dengan mulut atau bibir tidaklah cukup. Ternyata ada cara lain yang penting juga yang dilakukan lewat perbuatan nyata sebagai bentuk orang bersyukur kepada Tuhan. Apakah itu? Dalam ayat 16 dijelaskan bahwa bentuk bersyukur terhadap keselamatan yang telah diperoleh, dilakukan dengan cara berbuat baik kepada orang lain.

 

Berbuat baik dengan cara memberi bantuan kepada orang lain adalah sikap hidup orang percaya, yang oleh Allah dianggap sebagai korban korban yang berkenan kepadaNya. Ternyata perbuatan baik melalui memberi bantuan kepada orang lain adalah juga dianggap sebagai korban syukur atas keselamatan. Orang yang berbuat baik kepada orang lain adalah orang yang bersyukur pada keselamatan yang Tuhan berikan .

 

RELEVANSI DAN APLIKASI

Berdasarkan beberapa poin di atas, maka terdapat beberapa hal yang dapat kita relevansikan dalam kehidupan beriman kita sebagai orang percaya, yaitu:

 

1.     Orang berdosa harus menerima penghukuman yakni dibakar oleh api neraka sebab upah dosa adalah maut. Dalam tradisi Yahudi, korban penghapus dosa adalah domba yang dibakar di luar perkemahan mewakili dosa-dosa mereka. Tuhan Yesus telah menggantikan kita sebagai korban penghapusan dosa itu. Penyalipan yang adalah pengorbanannNya adalah bukti nyata bahwa IA telah mewakili kita, dibakar, dihancurkan dan menerima hukuman yang seharusnya kita terima. Tuhan Yesus mengambil alih hukuman itu dan menjadi korban bagi kita.

 

Karena itu seharusnya kita mendekatkan diri kepadaNya dengan cara meninggalkan cara hidup duniawi dan keluar dari godaan-godaan dunia. Sebagaimana korban dibakar keluar dari kema pertemuan. Janganlah kita mau lagi hidup di dalam godaan dunia, tetapi keluarlah dari hidup duniawi dan jumpailah Kristus dan hidup dalam kebenaranNya.

 

2.    Selanjutnya, bagi kita yang telah diselamatkan, mulut dan bibir kita tidak lagi hidup sebagai orang yang tidak pernah tahu mengucap syukur. Sebaliknya mulut dan bibir kita selalu mengagungkan dan memuliakan Tuhan. Biarlah orang lain mendengar dari mulut kita perkataan-perkataan yang memuji dan memuliakan nama Tuhan. Berhentilah mengucapkan kata kata yang tidak berfaedah, tidak menjadi kesaksian, dan perkataan yang tidak berbuah baik. Melainkan biarlah tiap kata yang terucap dari mulut dan bibir kita adalah pengagungan dan kesaksian bagi kemuliaan nama Tuhan.

 

Kita perlu mengendalikan lidah kita. Sebab lidah kita adalah alat kecil yang bisa dilakukan untuk dua hal yaitu mengucapkan kata-kata yang jahat dan tidak benar atau mengucapkan kata-kata kebenaran sebagai kesaksian bagi hormat dan kemuliaan nama Tuhan. Orang yang telah diselamatkan tahu untuk memanfaatkan mulut dan bibir dengan benar dan baik. Siapapun kita yang telah diselamatkan kita tahu mengendalikan lidah kita. Mari kendalikan mulut kita sebagai bukti bahwa kita adalah orang yang diselamatkan.


3.     Catatan terakhir untuk kita bawa pulang dalam kehidupan beriman adalah berbuatlah baik. Sebab, perbuatan baik dengan cara memberi bantuan kepada orang lain adalah bentuk nyata dari orang-orang yang telah diselamatkan. Perbuatan baik kita kepada orang lain akan dipandang Tuhan sebagai korban syukur. Orang percaya harus memberi bantuan kepada orang lain. Hal itu bukan hanya tanggung jawab beriman, tapi itu ekspresi dari orang yang bersyukur atas keselamatan yang diberikan.

 

Dengan kata lain, perbuatan baik atau menolong orang lain adalah ciri khas kekristenan. Sebab orang kristen adalah orang yang diselamatkan, maka orang Kristen sudah pasti berbuat baik dan memberi bantuan kepada orang lain sebagai bukti bahwa kita telah diselamatkan.

 

Saya tertarik dengan program pemerintah, bapak Presiden Prabowo tentang memberi makan siang gratis, makanan bergizi kepada anak-anak. Pada Injil Matius 25:37-40 dijelaskan ternyata memberi bantuan lewat makanan, minuman, dan menolong orang lain adalah cara dan ciri khas orang Kristen yang telah diselamatkan dan sebagai wujud mengasihi Tuhan.

 

Jika kita sebagai orang Kristen atau gereja tidak melakukannya, maka kita gagal sebagai orang yang katanya telah diselamatkan. Jika kita enggan menolong orang lain, maka bisa jadi bahwa pemerintah jauh lebih Kristen dari kita yang katanya Kristen dan telah diselamatkan.

 

Karena itu marilah meninggalkan kehidupan dunia dengan godaan-godaan yang penuh dosa; mari jadikan mulut kita untuk mengucapkan hal-hal yang benar dan baik untuk memuliakan Tuhan; dan marilah menjadi alat Tuhan untuk menolong dan berbuat baik kepada orang lain. Dengan mengerjakan tiga hal ini, bapak ibu dan saya terkategori sebagai orang Kristen yang telah mengecap keselamatan dari Yesus Kristus Juruselamat kita. Amin.

 

YESUS DI TAMAN GETSEMANI

  MARKUS 14:32-42 CAWAN PENDERITAAN   PENDAHULUAN Peristiwa ini terjadi di Getsemani tempat Tuhan Yesus ditangkap. Nama Getsemani ...