10 September 2024
PENGANTAR
Apakah hubungan antara Paulus dengan jemaat Tesalonika? Kota Tesalonika adalah ibukota dari Makedonia yakni salah satu provinsi Kerajaan Rowawi yang sangat makmur. Kisah Tesalonika mengenal dan menerima Tuhan Yesus dimulai dari kehadiran Paulus dan Silas di sana (Kisah 17:1-4). Kehadiran Paulus dan Silas di Tesalonika inipun disebabkan karena perbuatan tidak menyenangkan yang dialmi mereka ketika mengabarkan Injil di Filipi (Kisah 16:19-40).
Menarik jika membaca kisah pekabaran Injil Paulus di Tesalonika. Kisah sukses dialami di sana sebab yang menerima Injil bukan hanya orang Yahudi, melainkan juga para pembesar provinsi Makedonia yang berada di Tesalonika yakni orang Yunani dan para perempuan terkemuka (Kisah 17:4).
Tapi tidak semua berjalan lancar, penolakan dilakukan oleh beberapa kalangan Yahudi yang menjadi provokator sehingga terjadi kerusuhan dan akhirnya Paulus dan timnya menuju Berea (Kisah.17:10). Berapa lama Paulus dan Tim berada di Tesalonika, tidak disebutkan. Tetapi sangat mungkin cukup lama sehingga kita menemukann dalam bacaan kita bahwa Paulus memiliki hubungan emosional yang erat dengan jemaat Tesalonika. Mari perhatikan lebih jauh bacaan kita saat ini.
TELAAH TEKS
Teks pada ayat 8-10 sebaiknya dipahami mulai
dari ayat 1 surat 1 Tesalonika agar keutuhan pemahaman dapat kita peroleh.
Beberapa pokok penting yang menjadi perhatian khusus adalah:
1.
Hubungan
Erat Pelayan dan Jemaat (ay.1-5)
Perhatikan cara Paulus menulis pembuka surat ini. Setelah menyebut diri
sebagai penulis surat dan salam rasuli (ay.1), Kita menemukan suasana penuh
kasih diucapkan Paulus: “Kami selalu mengucap syukur kepada Allah karena
kamu dan mengingat kamu dalam doa kami”. Paulus membangun
hubungan khusus dengan jemaat yang ia layani. Relasi ini bukan karena mencari
keuntungan, melainkan karena kondisi rohani. Hal ini terlihat kuat pada ay.4
yakni Tesalonika telah dipilih Allah secara khusus.
Bagaimana Paulus menjaga relasi dengan jemaatnya agar iman mereka tetap
terpelihara? Paulus mengingat tentang pekerjaan iman mereka, usaha kasih
mereka, dan ketekunan pengharapan mereka (ay.2). Apakah itu? Apa pusat
perhatian dan ingatan Paulus tentang jemaat Tesalonika? Hal-hal positif
tentang Tesalonika itulah yang diingat Paulus.
Padahal Paulus dapat juga memilih mengingat keburukan Tesalonika,
bukan? Tentang bagimana penolakan beberapa orang waktu Paulus dan timnya
melakukan penginjilan di sana? Bukankah hal itu cukup menyakitkan untuk di
kenang? Paulus memilih mengingat hal positif. Yang ia ceritakan dan bagikan
tentang Tesalonika adalah hal-hal yang baik untuk membangun iman mereka.
2.
Reaksi
penerima Injil (ay.6-7)
Sebagai jemaat penerima Injil, ternyata Tesalonika bertumbuh dan
berbuah lebat bagi kemuliaan Tuhan. Mereka mengikuti teladan yang diajarkan
justru ketika mereka dalam penderitaan (ay.6). Kemungkinan besar jemaat
Tesalonika sedang mengalami kondisi tidak nyaman karena iman “yang baru” itu.
Namun mereka tidak menjadi goyah. Bahkan hal yang sangat mengagumkan adalah
mereka berhasil menjadi teladan bagi banyak orang (ay.7).
Iman yang bertumbuh dan berbuah dari jemaat Tesalonika ini terlihat
dari kemampun mereka bertahan iman di tengah kondisi buruk dan penuh dengan
penderitaan. Jemaat ini mampu bersinar justru ketika sedang berada di tengah
badai yang mengamuk. Api pelayanan mereka tidak padam di tengah gelap yang
pekat sekalipun. Tidak heran jika Makedonia dan Akhaya terkagum-kagum dan
menjadikan ini sebagai teladan dan kesaksian iman (ay.7).
3.
Buahmu
dinikmati banyak orang (ay.8-10)
Ternyata Tesalonika tidak perlu “menyombongkan” kisah iman mereka; dan
Paulus tidak perlu “mengumbar” kisah sukses penginjilannya. Mengapa? Kisah
perjuangan Iman jemaat Tesalonika menjadi inspirasi banyak orang. Bukan hanya
Makedonia dan Akhaya, bahkan tersebar ke semua tempat (ay.8). Buah dari iman
Tesalonika “dipetik” dan dinikmati oleh banyak orang.
Hal-hal baik tentang Tesalonika tersebar dari mulut ke mulut dan
menjadi cerita berantai yang menarik perhatian banyak orang (ay.9). Hampir
mustahil meninggalkan tradisi nenek moyang mengenai penyembahan berhala. Namun
Tesalonika melakukannya dan itu sangat menggemparkan. Mereka tidak lagi
melayani allah dari benda mati, mereka tidak lagi memberi tubuh mereka pada
proses “persundalan suci” ala menyembahan berhala. Hal-hal dunia yang
mengasikkan itu ditinggalkan jemaat Tesalonika. Mereka hidup baru. Mereka
berbuah lebat dan berlimpah untuk dinikmati banyak orang.
Bukan hanya itu saja, mereka siap menderita sambil menanti kedatangan Yesus Kristus (ay.10). Kapankah Tuhan Yesus itu datang kembali? Surat yang ditulis sekitar tahun 70 M ini menarik untuk dihubungkan dengan kisah kesetiaan iman mereka. Hingga mereka meninggal Tuhan Yesus belum datang kembali. Bahkan hingga surat ini kita baca, 2000 tahun kemudian, Kristuspun beluam datang untuk menghakimi mereka yang bersalah. Tapi jemaat Tesalonika tetap tekun dalam penderitaan. Padahal hal ini tidak logis dan bertentangan dengan hal-hal logika pada ajaran Filsafat yang digandrungi pada masa itu. Kesetiaan mereka menjadi sesuatu yang layak diteladani dan dikagumi.
APLIKASI DAN RELEVANSI (bahan diskusi dalam persiapan)
No comments:
Post a Comment