MENENTUKAN KEBUTUHAN YANG TEPAT
Bahan Khotbah Ibadah Minggu
Minggu ,
8 Maret 2020
Oleh: Pdt. Cindy Tumbelaka, MA
Pengantar
Kalau … kitab 1Tawarikh
kita berjumpa dengan kisah kepemimpinan Daud se-bagai raja Israel … maka dalam
kitab 2Tawarikh, kisahnya bertumpu pada kehidupan Salomo, … raja … yang akan
memenuhi kerinduan Daud mendirikan rumah bagi TUHAN. Pembahasan dalam kitab
2Tawarikh, umumnya terkait proses pendirian bait Allah, pentahbisan dan
penyelenggaraan ibadah-ibadahnya serta kegemilangan bangsa Israel di bawah
kepemimpinan Salomo (kutipan SDGK).
Pemahaman Teks
Ay. 1 Penulis kitab 2Tawarikh memperkenalkan
Salomo, sebagai anak Daud yang disertai TUHAN sehingga kedudukannya sebagai
raja menjadi kuat dan kekuasaan besar.
Ay. 2-6 Setelah Salomo menjadi raja (1Taw
29:28), ia memerintahkan kepada seluruh Israel (kepala-kepala pasukan seribu
dan pasukan seratus, para hakim dan semua pemimpin, yakni para kepala puak)
untuk mempersembahkan 1.000 korban bakaran di atas mezbah di Gibeon (di bukit
pengorbanan). Pada bagian ini, penulis kitab 2Tawarikh sempat menjelaskan
tentang mengapa mereka ke Gibeon, yaitu karena di situlah Ke-mah Pertemuan
Allah diletakkan. Kemah suci itu dibuat oleh Musa sewaktu mereka di padang
gurun. Kemah itu diletakkan di bukit pengorbanan yang di Gibeon namun tabut
Allah, yang semula ada di dalamnya, telah dipindahkan Daud ke kemah lain, yang
dibuat Daud khusus untuk tabut itu di Yerusalem (ay. 4). Yang tertinggal pada
kemah suci (buatan Musa) di Gibeon adalah mezbah tembaga buatan Bezaleel bin
Uri bin Hur (ay. 5). Mezbah itu masih ada di depan Kemah Suci TUHAN (ay. 5). Maka
ke sanalah Salomo dan jemaah itu meminta petunjuk TUHAN (ay. 5).
Ay. 7 Ayat ini memper-lihatkan bahwa
kepada orang yang meminta petunjuk-Nya (ay. 6), Allah seolah bersedia
memberikan apapun yang dimintanya.
Ay. 8-10 Intinya, Salomo meminta hikmat dan
pengertian untuk memimpin seluruh bangsa Israel (ay. 10). Dalam pidato
pengangkatan Salomo menjadi raja, Daud, yang adalah bapa Salomo sekaligus raja
sebelumnya, memperkenalkan Salomo sebagai yang masih muda dan kurang
berpengalaman untuk pekerjaan sebesar ini, yaitu memimpin bangsa Israel
sekaligus membangun rumah bagi nama TUHAN (1Taw 29: 1). Kemungkinan besar,
‘cap’ yang diberikan Daud terhadap Salomo inilah yang membuat Salomo menyadari
kelemahan dan keterbatasan dirinya sekaligus tantangan besar yang segera
dihadapinya. Karena itu, Salomo memohon
agar kasih setia TUHAN kepada Daud, juga berlanjut kepada dirinya, sebagai anak
Daud dan raja pilihan TUHAN, tidak hanya pada hari ia menjadi raja tetapi
sampai ia harus ‘keluar’ (= mengakhiri) masa pemerintahannya.
Ay.
11-3 Berdasarkan
jawaban Salomo, Allah memberikan apa yang diminta Salomo, yaitu hikmat dan
pengertian, ditambah hal-hal lain, yang bagi Salomo merupakan ‘bonus’ tetapi
bagi Allah, itu juga yang diperlukan Salomo untuk melangsungkan
pemerintahannya, yaitu kekayaan, harta benda dan kemuliaan.
Renungan dan Penerapan
Firman
TUHAN yang mengatakan: “Mintalah apa yang hendak Kuberikan kepadamu (ay.
7)” sebenarnya merupakan bentuk lain dari cobaan terhadap ‘kemanusiaan.’ Kemanusia-an kita ‘dicobai’ ketika Allah
(seolah) akan memberikan apa saja yang kita minta. Seandainya Salomo meminta
kekayaan, harta benda, kemuliaan atau nyawa orang yang membencinya, kemungkinan
besar, Allah akan mewujudkannya sesuai dengan firman-Nya sendiri. Akan te-tapi,
Salomo berhasil melawan godaan itu karena ia (sebenarnya) sangat dipengaruhi oleh
perkataan Daud tentang dirinya, yaitu ia masih sangat muda dan kurang
berpengalaman un-tuk menjadi raja Israel.
Dengan kata lain, Salomo berhasil melawan godaan untuk meminta kekayaan,
harta dan kemuliaan karena ia harus terlebih dahulu ‘menyelesaikan’ masalah pada
dirinya sendiri, yaitu masih terlalu muda dan kurang pengalaman. Dalam hal ini,
Salomo mengajarkan kita untuk meminta yang dibutuhkan bukan yang diinginkan.
Bagaimana
menentukan apa yang dibutuhkan dengan yang diinginkan? Yesus berkata bahwa apa yang keluar dari
mulut berasal dari hati (Mat 15:18).
Ketika kita dipercaya untuk mengerjakan suatu tanggung jawab atau
dipilih untuk menjabat posisi tertentu, apa yang ada di benak kita akan
terungkap lewat permintaan yang kita sampaikan kemudian. Jika benak kita
dipenuhi oleh ‘perayaan’ akan tahta dan jabatan maka permintaan kita adalah
hal-hal yang diperlukan untuk ‘mengukuhkan’ status kita yang baru, seperti
(meminta) fasilitas, tunjangan, bayaran, wewenang, perlakuan khusus, dll. Sebaliknya, jika benak kita dipenuhi oleh
‘pergumulan’ tentang bagaimana seharusnya kita bekerja supaya dapat ‘keluar
masuk se-bagai pemimpin’ maka permintaan kita adalah segala sesuatu yang
berguna untuk menyele-saikan masalah dan mengerjakan tanggung jawab itu sampai
selesai (purna bakti). Inilah yang
diajarkan Salomo yaitu supaya kita fokus pada tugas dan tanggung jawab supaya
kita pun tahu apa yang lebih dibutuhkan daripada yang diinginkan.
Bacaan
ini sangat kuat menggambarkan kebutuhkan Salomo akan petunjuk Allah. Persembahannya
itu bukan saja merupakan ungkapan syukur akan pengangkatan dirinya se-bagai
raja tetapi ritual meminta petunjuk Allah. Ada banyak orang Kristen memaknai
ibadah syukur yang diadakan seseorang (atau keluarga) dalam rangka kenaikan
pangkat atau baru menjabat posisi tertentu sebagai ‘perayaan keberhasilan’
padahal, hari itu sebenarnya merupakan langkah awal dari suatu perjalanan
selanjutnya.
Belajar dari Salomo: kenaikan pangkat maupun menjabat posisi tertentu bukanlah akhir dari
suatu perjalanan karir maupun pelayanan melainkan awal. Karena itu, ritual meminta petunjuk Allah
harus lebih diutamakan ketimbang perayaan atau jamuan kasih. Salomo pun sadar
bahwa untuk sampai mengakhiri masa jabatan ini dengan baik (ditutup dengan
keberhasilan), bukanlah hal yang mudah. Segala sesuatu dapat terjadi di tengah
jalan: dukungan yang menghilang bahkan berbalik menjadi pengkhianatan,
pekerjaan yang bertambah banyak di luar kendali, munculnya masalah-masalah
baru, situasi yang menjadi tidak kondusif, dll.
Untuk mengantisipasi apa yang dapat terjadi pada kemudian hari, benarlah
permintaan Salomo bahwa kita membutuhkan hikmat dan pengertian. Kita tidak
punya jawaban untuk apa yang akan terjadi nanti namun dengan hikmat dan
pengertian dari Tuhan, kita akan tahu apa yang tepatnya harus dilakukan kelak.
‘Bonus’ yang diberikan Tuhan kepada Salomo pun akan
diberikan kepada kita sepan-jang Tuhan melihat bahwa kita juga membutuhkan
hal-hal itu untuk menyelesaikan masalah dan mengerjakan banyak hal. Tidak perlu
minta ini-itu, Tuhan tahu apa yang kita butuhkan.
No comments:
Post a Comment