YESUS DIURAPI MARIA
Bahan Khotbah Ibadah Minggu
14 APRIL 2019
P E N D A H U L U A N
Kisah ini terjadi enam hari sebelum
Paskah di Betania, yakni tempat tinggal Lazarus yang dibangkitkan (ay.1). Nama
Betania berasal dari bahasa Ibrani (בֵּית־תְּאֵנָה = Beit-Te'enah). Beit:
"rumah"; Te'enah:
"pohon ara") artinya "rumah dari (pohon) ara". Origenes
ketika menafsir Yoh.6:40, lebih suka membaca ayat ini sebagai 'Betabara' (Yunani:
βηθαβαρα – bêthabara ). Menurut dia etimologi 'Betabara' ialah “rumah
persediaan”, yang dihubungkannya dengan 'persediaan' Yohanes Pembaptis.
Ini bisa bermakna lokasi sebagai tempat Yohanes menyiapkan diri membuka jalan
bagi Tuhan; bisa juga bermakna tempat persediaan untuk melaksakan tanggung
jawab sebagai pelayan.
EXEGESE TEKS (Uraian
Perikop)
Berikut ini beberapa hal yang perlu diuraikan dalam perikop ini
sehubungan dengan peristiwa Yesus diurapi oleh Maria:
A. Siapa yang mengadakan
pesta jamuan makan
Cukup kuat dugaan, karena
keterangan diberikan berhubunga dengan kebangkitan Lazarus, maka pesta jamuan
makan itu dilakukan dalam rangka syukuran atas peristiwa itu. Posisi lokasi
jamuan makan sudah pasti di rumah Lazarus. Hal ini terlihat ketika Marta disebut
melayani dan Lazarus turut makan (ay.2). lasimnya, tuan rumah akan menemani
tamu untuk makan, dengan demikian tuan dan nyonya rumah jamuan itu adalah
Lazarus dan saudara-saudara perempuannya.
Dalam tradisi Yahudi cara makan di pesta jamuan tidak sama dengan
kondisi umumnya di dunia modern. Jaman modern tiap orang akan duduk di kursi
dan hidangan diletakkan di meja makan. Berbeda dengan tradisi Yahudi, posisi
duduk setara dengan tempat makanan diletakkan. Mungkin setara dengan istilah
lesehan dewasa ini. Jika telah selesai makan dan masuk percakapan yang santai,
beberapa orang di meja makan besar itu akan setengah berparing dan menyandarkan
badannya di salah satu siku tangannya. Pada posisi inilah kaki Yesus tidak
berada di bawah dan tertutup jubah, sehingga Maria dengan leluasa meminyaki
kakiNya.
B.
Setengah kati minyak
narwastu
Minyak narwastu terkategori sebagai minyak pengharum yang
berkualitas baik dan mahal harganya. Biasanya jenis minyak ini dipakai untuk
mahar perkawinan. Banyak
wanita-wanita yang tidak menikah memakai minyak wangi jenis ini dalam
tabung-tabung di leher mereka. Hal ini sangat mungkin dilakukan oleh Maria yang
dalam catatan Alkitab tidakmenyebut bahwa ia telah menikah.
Jumlah meminyak narwastu yang dituangkan Maria
adalah setengah kati. 1 kati = 136,06ml. Dengan demikian jumlah minyak narwastu
yang dipakai Maria untuk mengurapi Yesus adalah sebesar 68,03ml atau setengah
kati. Sedikit bukan? Sekarang berapa harga minyak narwastu 68,03ml itu menurut
Yudas? Ternyata jumlah minyak narwastu yang dipakai Maria, menurut Yudas,
senilai 300 dinar (ay.5). Dinar adalah mata uang Romawi yang pada masa kini
sulit untuk dipadankan. Para penafsir sepakat bahwa 1 dinar itu setara dengan upah
sehari pekerja harian berdasarkan rujukan Matius 20:2.
Menurut peraturan pemerintah kota palembang,
Upah Minimum Kota (UMK) Palembang adalah Rp.2.917.260 juta/ bulan.
Maka upah harian untuk kota palembang adalah Rp.2.917.260 : 26 (hari kerja) =
Rp.104.187,-. Dengan demikian harga minyak narwastu yang sedikit itu (68,03ml
saja) adalah senilai dengan Rp.104.187 x 300 dinar = Rp.31.256.100,-. Sekitar
31juta harga minyak itu. Fantastik sekali…
C. Yudas dan “kalkulator”
tanpa hati
Saya menyebut “kalkulator” tanpa
hati, karena Yudas menghitung berdasarkan apa yang dilihatnya, dan bukan apa
yang dirasakan oleh Maria dalam hatinya. Mengapa merujuk perasaan Maria? Tuhan
Yesus mengetahui segalanya termasuk isi hati Maria. Maka tindakan Maria yang
meminyaki Tuhan Yesus itu sangat mudah diketahui maksud dan tujuannya oleh
Yesus. Tuhan Yesus menyebut soal ayat 7 mengenai “hari penguburanku”. Dapat dipastikan bahwa apa yang dilakukan
Maria menunjuk pengetahuannya bahwa Guru yang ia cintai ini kurang dari
seminggu akan menuju kematian. Dari mana Maria tahu? Jika merujuk injil Matius,
berita kematian Tuhan Yesus sudah beberapa kali Ia sampaikan kepada para murid.
Dari situlah mari tahu sekaligus paham namun tidak oleh Yudas maupun murid yang
lain.
Tindakan Maria setara dengan
mengingatkan pada penguburan Tuhan Yesus, semakin dipertegas dalam pasal 19:40
yakni ketika jenazah tuhan Yesus dirempahi (rempah2 dimaksud adalah termasuk
menggunakan minyak Narwastu). Yudas berhitung soal harga, tetapi di mata Yesus,
Maria berhitung dengan takaran kasih. Tidak ada alasan lain yang bisa kita
temukan jika melihat nilai minyak itu, dan menggunakan rambutnya untuk menyeka
kaki Yesus, selain tindakan itu adalah tindakan Kasih. Maria mengasih Yesus
dengan tindakan. Di sisi lain, Yudas menunjuk “kepedulian” palsu kepada orang
miskin (ay.5) padahal hati busuknya sedang menyiapkan penghianatan kepada Guru
yang katanya ia kasihi. Bhakan injil Yohanes membeberkan siapa Yudas dan
prilaku jahat dan tamaknya soal uang (ay.6).
Yudas terlihat murni bahkan lebih
murni dari minyak Narswastu ketika ia berbicara soal menolong orang miskin. Di
sisi lain, Maria terlihat wanita pemboros yang menghamburkan minyak mahal pada
tindkan yang tidak berguna. Ternyata, Yudaslah yang munafik, dan Marialah yang
terkonfirmasi sebagi perempuan yang tulus, penuh perhatian dan kasih kepada
Gurunya.
APLIKASI DAN RELEFANSI
Hari ini kita memasuki minggu 1 Pra-Paskah.
Itu berarti 7 hari lagi kita akan memperingati kebangkitan Tuhan Yesus, dan
atau 5 hari lagi peringatan peristiwa agung yakni kematian Tuhan Yesus Kristus.
Motif Yudas dan Maria sudah dibeberkan di atas. Bagaimana dengan motif Tuhan
Yesus? Mengapa Ia bersedia disalibkan? Bukankah di mata orang Yahudi dan
Romawi, penyaliban atau salib adalah kebodohan dan kehinaan? Mengapa Yesus mau
melakukan tindakan bodoh dan memalukan itu? Apa motifnya? Ternyata motifnya
sederhana, yakni “karena begitu besar kasih Allah bagi dunia ini…” (bd.
Yoh.3:16). Kasih itulah motif Yesus
melakukannya.
Kasih yang dimaksud adalah kasih
tanpa syarat. Yakni, kendatipun duni membenciNya, Ia relah mengorbankan
diriNya bagi dunia. Karena tanpa syarat, maka itu disebut ketulusan. Pada
tingkat yang lebih tinggi, Tuhan Yesus tidak hanya bicara tentang kasih melainkan lebih dari itu: Ia
melakukan tindakan kasih. Kasih bukan hanya dimulut saja (seperti
Yudas) melainkan dinyatakan dengan tindakan nyata. Demikian pula Maria yang
mengasihi Yesus dengan mengorbankan nilai mahal minyak Narwastu dan merendahkan
dirinya lewat menjadikan rambutnya sebagai alat menyeka kaki Yesus. Padahal
bukankah rambut wanita adalah adalah suatu kehormatan (bd. 1Kor.11:14). Maria
mengasih Yesus dengan tindakan nyata ang disertai pengorbanan dan kerendahan
hati.
Lonceng tidak akan disebut lonceng jika tidak didentangkankan; lagu
tidak disebut lagu jika tidak dinyanyikan. Demikian jugalah kasih. Kasih hanya
disebut kasih jika ditunjukkan dengan perbuatan nyata. Kasih tanpa tindakan
bagaikan lonceng yang tidak didentangkan atau lagu yang tidak dinyanyikan.
Jangan menjadi Yudas masa kini yang terlihat peduli padahal sesungghunya
serakah dan munafik. Kekudusan hidup harusnya terlihat dalam tindakan nyata.
Niat baik haru pula disertai ketulusan hati.
Demikianlah Tuhan Yesus melakukanNya.
Ia mengasihi kita walaupun belum tentu kita mengasihiNya dengan sungguh; Ia
berkorban bagi para murid walaupun Ia tahu Yudas akan mengkhianatinya dan
Petrus akan menyangkalinya.