Bahan
Bacaan Alkitab Ibadah Rumah Tangga
Rabu,
13 November 2019
Pendahuluan
Kisah ini terjadi
disaat Israel telah berhasil menduduki dan mendiami Tanah Perjanjian beberapa
waktu lamanya, dan di saat itu, pepimpin mereka, yakni Yosua telah menjadi tua
dan lanjut umurnya (bd.23:1). Merasa bahwa masa tugasnya hampir berakhir, dan
kematiannya sudah dekat maka Yosua mengumpulkan seluruh orang Israel termasuk
para pemimpin tiap suku2nya untuk menyampaikan pidato perpisahan.
Dalam tradisi Israel,
sebagaimana bangsa2 purba pada umumnya, pidato perpisahan seorang pemimpin yang
berisi nasehat, ucapan berkat, wejangan hikmat dll, adalah wajar dan selalu
dilakukan sebelum sang pemimpin meningalkan para rakyatnya (bd. Kej.49;
Ul.32,33). Pidato perpisahan Yosua ini terbagi dua
bagian, yang pertama di pasal 23 dan bagian kedua dipasal 24. Yosua 24:1-28
ini bukan hanya berisi pidato perpisahan Yosua tapi juga berisi pembaharuan
perjanjian Umat Israel kepada Allah yang pernah mereka lakukan di Sinai, yang
saat ini dibaharui di Sikhem.
Mengapa perlu
diperbaharui? Karena Yosua mendapati bahwa dalam perjalanan waktu, umat telah
menghianati janji setia mereka dan banyak melakukan kesalahan kepada TUHAN
sehingga mereka jatuh ke dalam dosa (bd. Misl pasal 7 dll). Untuk lebih jelasnya, walau bacaan kita sesuai SBU membatasi pada ayat
22-28, ada baiknya kita melihat keseluruh perikop sebagai suatu kesatuan yang
utuh supaya mudah dimengerti.
Eksegese Teks
(ay.1) Yang
dipanggil oleh Yosua untuk membaharui perjanjian mereka dengan Allah adalah
semua orang.
(ay.2-13) ayat 2a
merupakan bagian Pembukaan yang menekankan siapa pembuat pejanjian itu yakni
TUHAN Allah Israel. Selanjutnya ayat 2b-13 berisikan tentang kilas balik
tentang Kasih Setia TUHAN yang telah dilakukanNya bagi umat Israel, mulai dari
nenek moyang mereka Abrahan (bd. ay.2b) hingga mereka sampai dan mendiami serta
menikmati Tanah Perjanjian yang diberikan TUHAN Allah mereka kepada umat
perjanjian-Nya (bd. ay.13). Maksud dari prolog historis ini adalah untuk
mengingatkan umat Israel tentang berbuatan Allah bagi mereka, kebaikan,
kesetiaan dan kemurahan TUHAN Allah yang tak berkesudahan bagi mereka.
(ay.14-15) Setelah
seluruh alur mundur ini disampaikan sebagai suatu kisah dan kesaksian bagi umat
Israel tentang siapa TUHAN Allah mereka itu, maka Yosua menyampaikan ketentuan
yang merupakan ketetapan Allah untuk mereka kerjakan dan laksanakan. Hal yang
dituntut TUHAN Allah bagi umat Israel melalui pidato Yosua ini adalah janji
setia umat untuk hanya beribadah kepadaNya, sebagaimana kesetiaan-Nya yang tak
pernah luntur bagi umat kepunyaan-Nya. Umat dituntut untuk menjauhkan allah
lain seperti allah nenek moyang mereka dulu beribadah, baik di seberang sungai
efrat maupun di mesir (bd. Ay.14).
Menarik untuk disimak
bahwa Yosua cukup bijaksana untuk mengetahui bahwa ada kemungkinan untuk
memilih beribadah (bd. ay.15). Umat Israel diminta untuk membuat pilihan dari 3
(tiga) pilihan “sesembahan” yang nantinya sebagai pusat beribadahan mereka.
Pilihan-pilihan itu adalah:
-
allah yang kepadanya nenek moyangmu beribadah
di seberang sungai Efrat;
-
allah orang Amori yang negerinya kamu diami;
-
atau beribadah kepada TUHAN Allah. Umat
diberikan kesempatan untuk menjatuhkan pilihan.
Sebelum umat
menyatakan pilihan mereka, Yosua dengan mantap menyatakan pilihannya yang pasti
dan tidak dapat diganggu-gungat: “Tetapi
aku dan seisi rumahku, kami akan beribadah kepada TUHAN!” (ay.15). Perhatikan
kalimat ini, dan bayangkan cara Yosua mengucapkan pilihannya. Pastilah dengan
suara lantang, dan ini yang penting, yakni dengan sikap berdiri di
hadapan Allah (bd. Ay.1b). Pilihan itu berarti bukan sekedar pilihan
tetapi sudah merupakan janji yang disampaikan di hadapan Allah.
(ay.16-18) Umat kemudian
melakukan pilihan bahwa mereka pula tetap setia dan beribadah hanya kepada
TUHAN Allah. Umat bukan sekedar membuat perjanjian, namun mengerti benar
pilihan mereka itu lewat memberikan uraian alasan mengapa pilihan itu
dilakukan, yakni mengaminkan apa yang dikatakan TUHAN melalui Yosua dalam prolog
historis tadi (bd. Ay.17,18).
(ay.19-20) Tidaklah
mudah untuk melaksanakan perjanjian seperti begitu mudah diucapkan lewat mulut.
Yosua mengenal bangsa itu, sehingga ia mengajukan keraguannya, bahwa sulit bagi
mereka untuk melakukan apa yang barusan diucapkan (bd.ay.19). Selanjutnya Yosua
mengajukan tantangan, bahwa jika mereka ingkar janji dan selanjutnya
meninggalkan TUHAN Allah dan beribadah kepada allah asing, maka TUHAN tidak
akan mengampuni mereka, bahkan akan membalas mereka, meninggalkan mereka serta
membinasakan mereka (bd. Ay.20).
Ia menyatakan bahwa
TUHAN Allah itu kudus dan merupakan Allah yang cemburu, yang menuntut
keseriusan, kesetiaan umat serta tidak memandang sepele ucapan janji itu.
Adalah dosa tak terampuni jika mereka menghianati Allah. Pemahaman ini penting
untuk diketahui umat.
(ay.21-28) Umat
Israel menjawab tantangan itu dengan pasti: “…hanya kepada TUHAN saja
kami akan beribadah”. Ketetapan hati umat ini dipastikan hingga 2x
mengucapan janji (ay.24) dan mereka bersedia menjadi saksi bagi janji mereka
sendiri. Itu adalah pilihan yang tepat. Selanjutnya mereka kembali ke kediaman mereka masing-masing (ay.28)
Aplikasi / Penerapan (untuk didiskusikan)
Beberapa hal barangkali bisa menjadi bahan pertimbangan untuk membuat
aplikasi dalam khotbah nanti:
1.
Kita perlu merenungkan ulang perjalanan waktu
tentang berbagai hal yang telah kita alami dan lakukan di 11 bulan perjalanan
hidup kita di tahun 2019. Saatnya pula merenungkan pekerjaan TUHAN dalam hidup
kita di hamper setahun berselang. Mengingat, merenungkan, perjalanan historis
masing-masing hidup kita bersama TUHAN kita dapat menyimpulkan tentang siapa
Dia dalam hidup masing-masing kita. Itulah yang dilakukan oleh Yosua di awal
perikop bacaan kita.
Bagi
Yosua, Allah adalah Pribadi yang Perkasa dan Agung. Hal itu terlihat dari bagaimana kisah-kisah perjalanan hidup Israel
diputar ulang bagai nonton film flash back, melalui pidato Yosua. Kitapun perlu
melakukan yang sama. Mengingat, mengungkapkan ulang tentang apa yang Tuhan buat
dalam hidup kita supaya kita tidak melupakan berbuatanNya yang ajaib dalam
hidup kita.
2.
Semua kita pasti
setuju bahwa perbuatan-perbuatan Allah itu bagi kita disetiap perrjalanan hidup
adalah bukti dari kebaikan Allah bagi kita. Namun tak jarang, kita melupakan
Dia yang amat baik itu. Kita perlu membaharui “janji kesetiaan” kita lagi.
Sebab nyatanya, banyak dari orang percaya yang mengalami kejatuhan dalam dosa
dan melupakan kebaikan dan kemurahan Tuhan sebagaimana yang dilakukan oleh
Israel.
Yosua berinisiatif membaharui janji mereka di hadapan
Tuhan. Mungkin kisah itu kurang relevan bagi kita saat ini. Namun paling tidak,
sudahkah kita sadari bahwa Allah yang baik itu tak jarang kita balas dengan
perbuatan kita yang tidak baik? Maka perbaharuilah hidup kita supaya pantas
disebut sebagai pribadi yang mengecap kemurahan kasih Allah.
No comments:
Post a Comment