PEMIMPIN YANG BERKHIKMAT
Bahan Bacaan Alkitab Ibadah Rumah Tangga
Rabu, 21 Agustus 2019
A. PENGANTAR
Nehemia, Ibrani: נְחֶמְיָה
(baca: Nekhemyah), yang
berarti: Yahwe (Allah) itu besar. Dia adalah
juru minuman bagi Raja Artahsasta (Nehemia 2:1) dari Persia, yang mengangkatnya menjadi bupati Yehuda
(Nehemia 8:9), sekitar 445 sM. Ia termasuk salah seorang organisator yang
paling kuat dari masyarakat Yahudi yang pulang kembali setelah pembuangan.
Nehemia Kembali ke Yerusalem untuk membangun kembali tembok-tembok Yerusalem
(dalam Nehemia 2:1-6:19). Tugas itu dilakukannya dalam waktu 52 hari pad atahun
445 sM, meskipun usaha pembanguan kembali dirintangi dengan perlawanan dari
pihak bangsa Samaria dan musuh bangsa Yahudi lainnya (6:15). Ia menjadi wakil
penguasa Persia dan ia tunjukkan suatu sikap ikhlas tanpa pamrih (5:14-19) dan bijaksana
(Neh 7:1-3). Ia bela kepentingan sesama warga negara yang miskin
di kampung halamanya itu (Nehemia 5:1-13).
B. PENJELASAN NATS
Perikop bacaan kita saat ini adalah pemgalan kisah
tentang bagaimana seorang pemimpin seperti Nehemia membela warganya yang miskin
dan mengalami pemiskinan terstruktur oleh pemerintahan dan para pembesar saat
itu.
Sebenarnya apa yang sedang terjadi dalam kisah kita
ini? Mengapa muncul persungutan dan keluhan dari warga yang kembali dari
pembuangan? Berdasarkan ayat 1-13 bacaan kita, maka ada beberapa hal yang perlu
diuraikan mengenai kondisi keluhan tersebut, yakni:
1.
Nehemia
dan umat yang kembali dari pembuangan sedang disibukkan dengan pembangunan
ulang tembok Yerusalem. Sebagai pemimpin rombongan ia dengan hebatnya mengatur
strategi pembangunan berdasarkan kualifikasi para ahli dan kemmapuan tiap orang
(3:1-32)
2.
Saat
melaksanakan pembangunan, rupanya tidak berjalan dengan mulus. Beberapa orang
menjadi perusuh dan penentang pelaksanakaan pembangunan itu. Sanbalat dan Tobia
merupakan “otak” dibalik aksi menhhalangi pembangunan itu (4:1-4). Kendati
demikian pembangunan tetap dilakukan (4:5)
3.
Di sisi
lain, kemampuan para pekerja ternyata merosot tajam dari segi kekuatan dan
tenaga untuk membangun. Bahkan terdengar kabar bahwa akan terjadi kerusuhan
yang dilakukan oleh kelompok yang tidak menyetujui pembangunan tersebut. Namun
Tuhan juga turut campur tangan melalui Nehemia yang mengatur strategi berjaga
sambil terus membangun (4:10-23).
4.
Pembangunan
terus berlanjut. Tetapi rupanya kondisi pasca kembali dari pembuangan, membuat
kemmapuan finasial sebagian besar umat tidak mampu membiayai kebutuhan hidup di
tanah gersang yang telah ditinggalkan 70 tahun itu. Banyak dari mereka
mengalami kelaparan sehingga terlilit hutang dan terjebak dalam sistem
jual-beli budak saat itu. Pada perikop ini kondisi tersebut digambarkan sebagai
berikut:
a.
Jumlah
hasil persediaan gandum sebagai bahan pokok berbanding terbalik dengan jumlah
mulut yang harus diberi makan (ay.2). Sangat mungkin disebabkan karena kondisi
tanah yang belum semua dapat digarap.
b.
Dampak
dari minimnya pasokan bahan pokok makanan ini membuat beberapa warga menjual
kebun anggur, ladang dan rumah mereka demi mendapatkan gandum yang harganya
demikian tinggi (ay.3). Dapat dibayangkan kondisi sangat memprihatinkan terjadi
saat itu. Bukan saja tidak bisa makan, mereka kini tidak ada tempat berteduh
atau mencari nafkah karena sumber nafkah yakni kebun dan ladang sudah dijual,
termasuk rumah sebagai tempat mereka tinggal.
c.
Kondisi
ini diperparah dengan jumlah pajak yang sangat tinggi harus dibayar kepada raja
(ay.4). Hal membayar pajak adalah hal wajar pada masa itu terutama kepada
penguasa. Andaikata kondisi mereka makmur tentu tidak akan menjadi masalah pada
waktu itu.
d.
Rupakanya
ada yang mengambil kesempatan di tengah kesempitan orang banyak yang menderita
pada waktu itu. Hal ini tergambar pada ay.5 bacaan kita. Demi kelangsungan
hidup, akhirnya mereka berhutang pada saudara mereka sebangsa yang memiliki
tingkat ekonomi yang lebih baik. Cara berhutangpun dilakukan dengan sitem riba
(bunga) yang mencekik para orang miskin tersebut.
Bukan itu saja, ketika tidak mampu
membayar karena bunga yang tinggi, maka keluarga penghutang menjadi jaminan dan
kemudian menjadi budak dari saudara sebangsanya sendiri. Para penguasa memberi
bunga yang tinggi dan mengatur sistem jual beli budak dengan harga yang murah
ini tentu mendapat keuntungan saat membangun kekuatan ekonomi dan bisnis di
daerah yang baru mau berkembang itu.
Selanjutnya, apa reaksi
Nehemmia sebagai wakil pemerintahan Persia waktu itu? Nehemia diangkat sebagai
Bupati (5;14), sehingga memiliki wewenang dan kekuasaan langsung dari Kerajaan
Persia, sehingga wajar jika jika orang banyak datang mengadu padanya.
Perhatiakan apa yang dilakukan oleh Nehemia sebaga seorang pemimpin di masa
“kacau” itu:
1. Perlu untuk ditekankan bahwa
kondisi di kampung halaman tidak memiliki berbagai fasilitas penunjang, dan
siap untuk menghadapi kedatangan orang banyak. Sebaliknya, Nehemia baru
memasuki tahap awal perbaikan infrastuktur, sistem pemerintahan dan sistem
keagamaan. Kacau adalah istilah yang tepat dimasa bupati Nehemia pada saat itu.
2. Ketika mendengar keluhan itu,
Alkitab menyebut bahwa reaksi Nehemia
adalah “sangat marah”. Sebelum
mengurai arti mengapa ia sangat marah tersebut, mari perhatikan secara detail
redaski ayat 6 bacaan kita: “Maka sangat
marahlah aku, ketika kudengar keluhan mereka dan berita-berita itu.”. LAI
menerjemahkan keluhan untuk kata זְעָקָה
(baca:ze`aqah) yang sebaikanya
diterjemahkan dengan tangisan. Perhatikanlah di tengah kesibukan
dan keterbatasan Nehemia melaksanakan tugas-tugas yang tidak mudah itu, ia tidak mengabaikan KELUHAN dan tangisan
warga golongan miskin dan tidak berpangkat itu.
Alkitab menyebut bahwa segera bereaksi. Saya membayangkan ketika sedang
sangat sibuk itu, tiba-tiba mereka datang “mengganggu” Nehemia dengan masalah
perut mereka. Nehemia segera berhenti beraktifita dan dengan penuh seksama
duduk mendengar jeritan golongan tidak mampu yang datang padanya. Bagian ini
penting untuk memberi arti tentang pemimpin yang seperti apakah Nehemia itu.
3. Mengapa Nehemia sangat marah?
Sangat beralasan. Sekian tahun umat Israel menderita oleh bangsa luar. Tanah
yang berlimpah susu dan madu itu kemudian dikuasai oleh bangsa lain. Nyatanya
ketika TUHAN membawa mereka pulang dan menikmati kebebasan, justru umat kembali
mengalami penindasan dan permudakan, merasan, dan perampasan hak, bukan oleh
bangsa lain tapi oleh bangsa sendiri. Itulah sebabnya Nehemia disebut sangat
marah.
4. Tindakan jitu serang pemimpin
yang baik adalah tidak langsung
bertindak melainkan mengolah informasi yang masuk padanya dengan cara
menimbang dengan penuh ketelitian. Itulah yang digambarkan pada awal ayat 7
bacaan kita.
Selanjutnya sebagai pemimpin, ia
menggunakan wibawa kekuasaannya dengan memanggil para pejabat dan pemuka
sebagai sumber segala masalah tersebut. Tanpa ragu dan kuatir, Nehemia membuka
“kesalahan” mereka di depan mata mereka. Nehemia tidak memihak kepada para
pejabat itu demi zona nyaman dan tidak enak hati. Ia tidak memilih berdiri di
samping para pebisnis kotor yang menyengsarakan rakyatnya. Ia dengan tegas
meminta mereka menghentikan perbuatan jahat mereka dan mengembalikan semua
orang yang telah terjerat hutang dan sistem perbudakan.
Nehemia berhasil
menjadi pemimpin yang baik dan berhikmat, ketika ia lebih memihak kepada
kebenaran dan kemudian menolong rakyatnya yang mengalami kesengsaraan hidup.
C. RELEVANSI DAN
APLIKASI
No comments:
Post a Comment