GALATIA 5:1-12
CITRA MANUSIA MERDEKA
Khotbah Ibadah Hari Minggu
Minggu, 11 Agustus 2019
Oleh: Pdt. Frilliany Putiray, M.Si (Teol)
PENDAHULUAN
Surat Galatia
merupakan surat yang ditulis oleh Paulus untuk meyakinkan jemaat di Galatia
bahwa ia benar adalah rasul Yesus Kristus. Tetapi pertama-tama surat ini
ditulis untuk memberikan pandangan yang benar tentang kebenaran Injil yang
diberitakan Paulus, terkait kontroversi/ perdebatan/ pertentangan di tengah
jemaat akibat pengajaran sesat. Sebelumnya Paulus telah mengunjungi jemaat ini
dan memberitakan Injil Kristus kepada mereka. Namun dengan segera ketika Paulus
pergi dari situ, mereka berbalik kepada injil lain yang diberitakan untuk
mengacaukan iman kepada Kristus yang telah terbentuk dalam persekutuan (1:7).
Paulus menyebut
pemberita palsu dengan sebutan pengacau. Pengacau itu menekankan bahwa kaum
beriman yang bukan Yahudi, seperti orang-orang Galatia, harus menjalankan
upacara-upacara Yahudi, termasuk sunat. Dengan pengetahuannya tentang Taurat,
Paulus mempertahankan pandangannya bahwa menaati hukum Taurat tidak membawa
seseorang lebih dekat kepada Allah. Apa yang membuat seseorang menjadi anak
Allah adalah imannya akan Yesus Kristus (3:11). Bagi Paulus, hukum Taurat
adalah penuntun bagi orang percaya sampai Kristus datang, supaya kemudian
dibenarkan oleh karena iman (3:24).
TELAAH PERIKOP
Ada beberapa hal
yang akan diperhatikan dari bacaan ini.
Pertama, keselamatan merupakan anugerah yang
diberikan berdasarkan kemurahan Allah, sepenuhnya bergantung pada iman akan Yesus Kristus. Keselamatan di
dalam Kristus itu yang kemudian memerdekakan
orang percaya dan memberikan bagi mereka kebebasan
dari beban perbudakan. Ini adalah kemerdekaan berdasarkan penebusan karena
anugerah, yang harus diperhadapkan dengan keadaan manusia, seperti orang Yahudi
pada zaman Paulus, yang terikat dengan upacara-upacara agamawi. Dengan kata
lain, anugerah kebebasan menjadi mungkin hanya karena Kristus telah membayar
dosa manusia dan Roh Kudus memimpin orang percaya keluar dari perhambaan dosa
itu.
Kedua,
pokok persoalan ialah sunat. Bacaan ini menegaskan pandangan Paulus bahwa bukan
perbuatan melakukan Taurat (sunat) yang akan menyelamatkan seseorang, melainkan
iman kepada Allah di dalam Yesus Kristus (2:16). Dalam Roma 4:11, Paulus mengatakan bahwa tanda sunat diterima oleh
Abraham sebagai meterai kebenaran
berdasarkan iman yang ia tunjukkan. Berarti bahwa karena sikap ketaatan
iman Abraham kepada Allahlah maka diperhitungkanNya itu sebagai kebenaran.
Sunat kemudian dipakai Allah sebagai meterai/cap/segel untuk mensahkan iman
Abraham kepadaNya. Jelaslah bahwa iman kepada Allah yang membenarkan perilaku
Abraham, bukan sunat. Keselamatan hanya datang dari Kristus, bukan dari Kristus
+ Taurat. “Jikalau kamu menyunatkan diri,”
nampak bahwa ternyata mereka belum melakukan sunat.
Paulus
menegaskan bahwa tindakan itu berarti seseorang membuat dirinya sekali lagi
berada di bawah seluruh hukum Taurat, karenanya siapa Kristus dan apa yang
dilakukanNya, sama sekali tidak akan berguna bagi orang itu. Dengan penyerahan
diri di bawah Taurat, dan keinginan untuk dibenarkan karena melakukan Taurat,
orang tersebut pada prinsip dan kenyataannya memisahkan diri dari lingkungan
kaish karunia dan dari kesetiaan iman dalam Yesus Kristus (Roma 5:2).
Ketiga,
karena sunat dipakai hanya sebagai sarana untuk mensahkan tindakan iman yang
dipandang Allah sebagai kebenaran, maka hal yang penting sebenarnya bukan sunat
atau tidak disunat, melainkan iman yang
bekerja oleh kasih (agape:
kesedian memberi diri). Tindakan imani yang dinyatakan melalui kasih ini
diulang oleh Paulus tiga kali, ayat 6, 13, 14. Betapa menegaskan bagi orang
percaya di Galatia bahwa iman kepada Allah dalam Yesus Kristus perlu dinyatakan
lewat tindakan kasih yang nyata kepada sesama. Dalam tindakan seseorang
mengasihi sesamanyalah, maka nampak imannya kepada Kristus. Bagi Paulus,
prinsip pengontrol hidup ialah iman terungkap dalam kasih, sebagaimana halnya
dalam hidup Kristus. Hakikat dari kekristenan bukanlah legalisme, melainkan
hubungan pribadi dengan Yesus Kristus yang dicirikan oleh kasih.
Paulus menyadari bahwa ajakan untuk tunduk kepada Taurat
bukanlah berasal dari Allah yang telah memanggil mereka. Paulus yakin, jemaat
Galatia akan memperhatikan apa yang dia katakan, dan akan tetap berada dalam
kasih karunia Yesus Kristus. Pengacau yang mengganggu ketenangan kepercayaan
mereka pun akan menderita, menanggung hukuman yang setimpal dengan perbuatannya
itu. Menyikapi kenyataan ini, Paulus mengingatkan jemaat Galatia bahwa mereka
adalah orang-orang merdeka yang telah dimerdekakan oleh Kristus dari legalitas
peraturan-peraturan agamawi. Eleutheroo
atau merdeka adalah istilah yang dipakai oleh Paulus yang berarti jangan
mau lagi dikenakan kuk perhambaan! Perhambaan dimaksud adalah bukan
saja hamba dosa, tetapi juga berbagai aturan lama keyahudian yang begitu mengikat.
Mengapa? Karena dalam persekutuan dengan Kristus, ada kemerdekaan.
Penggunaan kemerdekaan iman ini harus nyata dalam sikap
kasih terhadap sesama, dan bukan menjadi kesempatan untuk hidup di dalam dosa.
Jemaat Galatia dinasihati untuk berdiri
teguh pada kebenaran yang telah mereka terima yaitu Injil Yesus Kristus.
Kemudian saling mendukung dalam
kehidupan persekutuan, saling menguatkan
dalam iman kepada Kristus (ay.15).
RELEVANSI
Silakan uraikan relevansi bahan khotbah ini dalam
kehidupan sehari-hari.
No comments:
Post a Comment