KELUARAN 32:1-14
ALLAH YANG
MENGAMPUNI UMATNYA
Bahan Bacaan Alkitab Hari Minggu
19 Agustus 2018
PENGANTAR
Menunggu adalah pekerjaan yang membosankan, apalagi menunggu sesuatu
yang tidak pasti dan tak kunjung datang. Inilah yang dirasakan oleh umat Israel
ketika mereka mulai bosan menunggu Musa yang tidak kelihatan sejak naik ke
gunung Sinai. Itulah sebabnya mereka mencari cara supaya dapat menenangkan diri
di gurun itu, sekaligus mencari pengalihan situasi secara spiritual yakni
membuat “tuhan” baru untuk disembah.
TELAAH PERIKOP
Terdapat beberapa pokok penting yang menjadi penekanan dalam bacaan kita
pada hari ini, yakni:
1. Membuat lembu emas (ay.1-6)
Siapakah
yang paling bertanggung-jawab terhadap kondisi ini? Mari merujuk bacaan kita.
Alasan mereka membangun lembu emas karena tidak ada kepastian tentang kehadiran
Musa (ay.1) sebagai satu-satunya pribadi yang menghubungkan umat dengan Allah.
Tidak ada Musa berarti tidak ada komunikasi dengan Allah. Jadi sangat mungkin
alasan utama mereka membangun lembu emas karena mencari kepastian tentang
adanya Allah; kehausan spiritual; dan atau kehilangan keyakinan di tengah
ketidak pastian padang gurun.
Bagaimana
proses berdirinya patung lembu emas itu? Umat berseru kepada Harun untuk
membuat bagi mereka “allah” yang akan berjalan menggantikan Musa (ay.1). jadi,
ide pertama datang dari umat Israel yang tegar tengkuk itu. Kemudian apakah
rekasi Harun? Harun menyambut positif keinginan mereka, dan meminta mereka
untuk mengumpulkan perhiasan dari emas (ay.2,3), lalu ia membangun patung dari
tuangan emas itu berbentuk anak lembu. Stelah selesai, ia menunjuk patung itu
dan berkata kepada Israel: “Inilah allahmu yang telah menunttun engkau keluar
dari tanah mesir (ay.4). Harun dengan sengaja menyamakan TUHAN, Allah Israel dengan
patung anak lembu tuangan itu dan bahkan membangun mezbah serta mengajak umat
untuk menyampaikan korban bakaran dan menyembah benda itu (ay.5,6).
Harun
gagal menjadi pemimpin, ketika seharusnya sebagai pendamping Musa dalam
memimpin umat Israel ia mengajak umat untuk bersabar dan atau menolak
permintaan gila mereka. Beberapa penafsir menyebut bahwa waktu itu Harun
menghadapi ancaman, sehingga terpaksa ia melakukannya. Tapi bagaimanapun hal
itu tidak dapat dibenarkan.
2. Rekasi TUHAN Allah Israel (ay.7-10)
TUHAN, Allah tidak menemui Harun atau
bangsa itu, melainkan datang berbicara kepada Musa di gunung itu dan
menyampaikan apa yang terjadi di bawah gunung. Di mata TUHAN, prilaku Israel
disebut telah rusak (ay.7). Istilah
rusak ini dari kata שָׁחַת (shaw-khath') yang berarti rusak, hancur, penyebab masalah. Istilah ini
dipakai juga pada Yeremia 12:10 mengenai kerusakan kebun anggur. Yang bermakna tidak dapat diperbaiki lagi. Jika Tuhan
saja bereaksi dan menyebut bahwa Israel telah rusak total, maka dapat kita
bayangkan kekejian yang mereka lakukan itu sehingga TUHAN menyebut mereka
sebagai tidak dapat diperbaiki.
Tidak dapat diperbaiki ini kemudian meningkat status mereka di hadapan
Tuhan sebagai bangsa yang tegar tengkuk (ay.9) alias tidak mau berubah
atau tak ingin diubah. Berbagai hal kejahatan berulang dan terus terjadi.
Demikian bangsa ini maju “melawan” Allah tanpa malu. Itulah sebabnya hukuman diranjangkan oleh Allah bagi
mereka. Kebinasaan adalah hukuman yang TUHAN siap berikan bagi mereka
(ay.10)
3. Musa “meluluhkan” hati TUHAN (ay.11,14)
Jika saudara membaca dua ayat
ini, maka seyogyanya kita kagum terhadap keberanian Musa dan cara berpikirnya
untuk “melunakkan” hati TUHAN, Allah Israel. Ia mengunakan pendekatan “kasih
karunia” untuk menjadi kesaksian bagi bangsa lain. Musa tidak sedang membela
Israel, tidak sedikitpun dia membantah pernyataan Allah tentang rusak
dan tegar tengkuknya Israel. Tidak, Musa tidak membantah TUHAN. Tetapi
di sisi lain Musa mengingatkan janji yang sudah Tuhan beri kepada bapak2
leluhur yang berbenturan dengan kondisi rusak Israel. Memang mereka tidak
termaafkan. Tapi ada janji yang harus Tuhan tepati yakni menjadikan mereka
sebagai bangsa yang besar. Apa usul Musa? Berbaliklah dari mukaMu yang
bernyala-nyala itu (ay.12), demikian usul Musa. Dengan kata lain Musa
meminta Tuhan lupa terhadap kejahatan Israel dan ingat pada janji
yang diberikan kepada Abraham, Ishak dan Yakub.
Dengan kata lain, Musa memohon
Kasih Karunia Allah bangi bangsa Israel. Musa berdiri di antara Israel dan
TUHAN, Allah. Musa menjadi pembela dan sekaligus jembatan penghubung antara
TUHAN Allah dan umatNya itu. Musa mendekati Allah dengan sesuatu yang tidak
dapat disangkalinya, yakni janjiNya. Maka demi janjiNya itu, maka Allah
menyesal merencanakan untuk menghukum umatNya itu (ay.14). Jadi, bukan karena
Musa, Allah batal menghukum umatNya, tetapi karena Kasih KaruniaNya lewat
mengingat janjiNya kepada Abraham Ishak dan Yakub.
RELEVANSI DAN APLIKASI
Berdasarkan uraian
di atas tentunya ada banyak hal yang dapat direlevansikan atau diaplikasikan
Firman Tuhan ini dalam kehidupan sehari-hari.
1.
Israel telah dianggap rusak dan tidak dapat diperbaiki oleh Allah.
Satu-satunya cara adalah dibinasakan. Mengapa? Apa yang telah dilakukan mereka?
Ini bukan hanya soal lembu emas tuangan, tetapi akumulasi dari semua pelangaran
yang mereka perbuat, yang oleh Allah disebut tegar tengkuk. Penting
sekali untuk belajar dari kisah ini. Ketidak-taatan, kesalahan, tetapi kemudian
bertobat pasti diampuni. Tetapi, tegar tengkuk, tak mau berubah dan terlabel
sebagai rusak, sudah pasti dibuang alias dibinasakan. Konsep sederhana
inilah yang ternyata digunakan oleh Allah ketika menghadapi kekerasan hati
Israel.
Pilihan bukan pada Allah tetapi pada kita,
yakni apakah kita masih mau berubah menuju ketaatan atau justru cendrung
mengeraskan hati alias tegar tengkuk. Jangan sampai Tuhan “menyerah” pada tegar
tengkuk kita, dan kemudian memberi label rusak dan tidak dapat
diperbaiki lagi. Kebinasaan adalah hasil akhir jika tidak mau berubah.
2.
Harun gagal melaksanakan fungsi kepemimpinan. Demi kemauan dan
kesenangan umat, ia menyetujui untuk membuat patung lembu emas tuangan itu. Seharusnya
sebagai “tangan kanan” Musa, Harun bersikap sebagai seorang pemimpin yang
konsisten. Apapun yang terjadi, umat tidak akan dibiarkan “memasuki” jurang
maut.
Bukankah demikian juga dengan manusia pada
umumnya? Yang penting aman, apa suara dan kemauan mayoritas, lakukan saja asal
posisi aman bagi kita. Kita diingatkan bahwa jika kita tidak menegur orang yang
berbuat jahat dan kemudian mereka mendapat hukuman, maka kita yang diam atas
kejahatan itu akan dituntut oleh Allah atas hukuman yang ditimpakan kepada
mereka (Yeh.33:8).
3.
Jadilah seperti Musa yang bertangung-jawab kepada Allah atas segala
kesalahan umat. Jadilah pribadi yang juga mampu memohon belaskasihan Allah bagi
orang yang melakukan kesalahan. Dengan kata lain jadilah pribadi yang benar
(seperti Musa) untuk kemudian mampu berdiri di hadapan Allah memohon
pengampunan bagi orang lain dan keselamatan mereka.
4. Silakan hubungkan teks ini
dengan kehidupan sehari-hari tentang bagaimana Kasih Allah jauh lebih besar
dari geram dan amarahNya.