Bahan Kotbah Ibadah Rumah Tangga
Rabu, 26 September 2018
A. LATAR BELAKANG NATS
Surat ini ditujukan kepada orang Kristen Yahudi diaspora yakni mereka
yang tersebar dalam perantauan. Yakobus menujukan surat ini kepada duabelas
suku yang telah percaya kepada Yesus Kristius (1:1).
Sepertinya, Yakobus melihat berbagai persoalan yang sedang dihadapi
oleh jemaat Tuhan ini dengan cara umum, yakni tentang perbagai pencobaan hidup
yang harus mereka alami sebagai kaum pendatang maupun pencobaan iman sehubungan
dengan status mereka sebagai orang percaya (1:2-18); bagaimana seharusnya sikap
orang percaya berhubungan dengan Firman Tuhan yang telah mereka terima
(1:19-27); relasi dan interaksi dalam jemaat maupun di luar jemaat (2:1-13;
3:1-18); iman yang harusnya diejawantahkan dalam perbuatan (2:14-26); dan
beberapa pokok penting yang berhubungan dengan tindakan, cara hidup serta sikap
yang harus dilakukan oleh seorang yang percaya kepada Yesus Kristus (4:1-5:20).
Pada perikop pasal 2:21-26, Yakobus memberikan penjelasan tentang
bagaimana pentingnya perbuatan yang menyokong iman setiap orang percaya. Teks ini
sebaiknya dibaca keseluruhan perikop, yakni ay 14-26, untuk memahami secara
mendalam Firman Tuhan ini.
B. TELAAH PERIKOP
Untuk lebih
memahami ayat 21-26, maka sebaiknya keseluruh perikop ini dipahami sebagai
suatu kesatuan. Rupanya jemaat penerima surat ini sedang bertentang mengenai
iman dan perbuatan. Apakah yang menjamin keselamatan, iman atau perbuatan? Demikian
barangkali persoal yang ada pada saat itu. Yakobus memberikan wejangan yang
menarik ketika memperhadapkan iman dengan perbuatan. Menurut Paulus, iman tidak
berguna tanpa perbuatan (ay.14) bagaikan kepedulian dalam kata namun tidak
dilaksanakan dalam laku yang nyata (ay.15-17). Rupanya banyak jemaat pada waktu
itu beragumentasi untuk lebih mementingkan iman dari pada perbuatan (ay.18),
sehingga Yakobus menantang mereka dengan membandingkan dengan setan yang percaya ada satu Allah saja
dan mereka gemetar, namun setan tidak tunduk kepada Allah (ay.19). Untuk
memperjelas pentingnya perbuatan benar selain iman kepada Allah, Yakobus
mengambil contoh dua orang tokoh berbeda yakni Abraham dan Rahab.
1. Abraham (ay.21-24)
Abraham adalah
tokoh panutan Israel, dan menjadi bapa leluhur mereka. Ia dikenal sebagai
Sahabat Allah. Yakobus memberikan kesaksian tentang seberapa dalam hubungan
Abraham dengan Allah melalui pernyataannya: ..."Lalu percayalah Abraham
kepada Allah, maka Allah memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai
kebenaran." Karena itu Abraham disebut: "Sahabat Allah." (Yak.2:23). Istilah yang dipakai Yakobus untuk
frasa Abraham adalah sahabat Allah yakni
αβρααμ φιλος του θεου. Istilah φιλος
(philos)[1] yang berarti kekasih, yang dikasihi,
sahabat (LAI memilih menerjemahkan dengan istilah sahabat).
Mengapa Abraham menjadi Sahabat Allah (yang dikasihiNya)? Hal ini tentu
tidak instan. Ada proses penting yang dilalui Abraham. Abraham taat pada
panggilan. TUHAN Allah memanggil Abraham dan berkata: “Pergilah dari
negerimu dan dari sanak saudaramu...” (Kej,12:1,2). Istilah yang dipakai
adalahלךְ־לְךָ֛ (lekh-lekha) yang secara harfiah
berarti “Jalan-berjalanlah
kamu!”. Istilahלךְ־לְךָ֛ (lekh-lekha)
bermakna
perintah yang sifatnya tegas dan kasar.[2]
Apa reaksi Abraham? Ia tidak bertanya mengapa dan atau kemana arahnya, tetapi
langsung mengerjakannya (bd. Kej.12:4). Tindakan Abraham ini disebut dengan ketaatan yang sungguh. Bahkan hal
dramatis terjadi ketika harus mempersembahkan Ishak (ay.21), Abraham dengan
rela membawa anak satu-satunya itu untuk dipersembahankan.
Semua pasti setuju bahwa iman Abraham sungguh
luar biasa. Tapi darimana mengetahui bahwa iman Abraham itu luar biasa? Tentunya
dari ketaatannya melaksanakan apapaun yang Tuhan mau dan perintahkan. Hal itu
disebut dengan perbuatan iman. Jadi, iman hanya dapat dilihat dari perbuatan iman. Jika
perbuatan bertentangan dengan iman maka sesungguhya iman itu mati (ay.17).
Sebab perbuatan iman membuat iman
menjadi sempurna (ay.23). Dengan kata lain, Abraham dibenarkan oleh
perbuatannya dan bukan hanya oleh
iman saja (ay.24). Penggunaan istilah “hanya” oleh Yakobus ini untuk
memberikan penekanan bahwa Iman SANGAT dibutuhkan untuk membuat orang
dibenarkan, tetapi JUGA SANGAT perlu melakukan tindakan atau perbuatan yang
menggambarkan iman itu supaya juga dibenarkan.
2. Rahab (ay.25-26)
Rahab dalam
bahasa Ibrani רחב (Rakhab), lebar. Ia adalah seorang
perempuan sundal yang rumahnya di atas tembok kota Yerikho (Yos.2:1). Ia yang
menyelamatkan dua orang Israel yang menjadi pengintai (mata-mata). Mata-mata
Yosua menginap di rumahnya, disembunyikannya terhadap polisi kota dengan cara
ditutupi batang jerami di atas sotoh. Sesudah menyusun jejak palsu untuk
polisi, Rahab membuat perjanjian dengan mata-mata itu. Oleh karena itu Rahab
dan keluarganya tetap dilindungi keselamatan hidupnya. (Yos.2:1-21).
Menarik bahwa
tokoh ini diangkat oleh Yakobus sebagai contoh orang yang dibenarkan? Tetapi bukankah
ini ada yang aneh? Bukankah Rahab adalah orang yang tidak percaya? Lalu mengapa
ia dibenarkan? Bukankah untuk dibenarkan seperti Abraham, bukan hanya modal
perbuatan, tetapi juga modal Iman (sebab Abraham beriman kepada Allah). Bagaimana
dengan Rahab? Hal ini perlu diluruskan!
Bahwa benar, bukan
turunan Abraham dan sangat mungkin tidak mengenal TUHAN, Allah Abraham. Tapi benarkan
ia tidak percaya kepadaNya? Perhatikan perkataan Rahab dalam Yosua 2:9-11 "Aku tahu, bahwa TUHAN
telah memberikan negeri ini kepada kamu…, sebab TUHAN, Allahmu, ialah Allah di
langit di atas dan di bumi di bawah.”. Apa yang diucapkan Rahab sesungguhnya
adalah perkataan iman dan kemudian
disertai dengan perbuatan benar, yakni menyelamatkan parah pengintai itu. Maka tidak
diragukan lagi bahwa Rahab telah beriman kepada TUHAN, Allah Abraham
sebagaimana dikonfirmasi oleh penulis kitab Ibrani 11:13 dan sekaligus
melakukan perbuatan iman sehingga ia
dibenarkan untuk diselamatkan.
C. RELEVANSI
DAN APLIKASI
Silakan susun Aplikasi Khotbah berdasarkan uraian
diatas. Ide pokok adalah mengajak jemaat untuk memahami pentingnya perbuatan
iman atau perbuatan yang benar untuk menunjukkan iman percaya kita kepada
Allah. Jangan hanya percaya pada Kasih Allah tetapi kita tidak menunjukkan
perbuatan kasih itu bagi orang lain. Jika kita percaya bahwa Allah maha
pengampun, maka harusnya pula kita sedia mengampuni orang lain. Perbuatan yang
nyata akan semakin menyempurnakan iman kita.
[1] Philos merupakan kata benda yang juga berfungsi sebaga kata keterangan. Istilah
ini setara dengan istilah Ibrani diterjemahkan dengan אֹהֵב יְהוָֹה
- 'Oheb 'Adonay (yang dikasihi YHWH = sahabat
dari YHVH). Dalam perjanjian Baru, istilah Philos selalu
diterjemahkan dengan istilaha Sahabat dengan makna yang dikasihi. Untuk
selasnya tentang istilah ini silakan melihat penjelasannya pada: http://www.sarapanpagi.org/philos-sahabat-yang-dikasihi-studi-kata-bahasa-yunani-vt176.html#p360
[2] Pada umumnya Istilahלךְ־לְךָ֛ (lekh-lekha) ini merupakan suatu kalimat
langsung yang ditujukan seseorang untuk segera melaksanakannya tanpa menunda
waktu. Itulah sebabnya pengulangan kalimat perintah menjadi penting dalam
menerjemahkannya.