KISAH RASUL 7:54-60
MENDERITA DEMI IMAN KEPADA YESUS
KRISTUS
Bahan Bacaan Alkitab Hari Minggu
26 Agustus
2018
PENGANTAR
Kisah ini bermula pada pasal 6:1-7 ketika tujuh orang
dipilih sebagai Diaken untuk melayani orang miskin, satu dari tujuh orang itu
adalah Stefanus. Nama ini dalam bahasa Yunani: Στέφανος (Stephanos) berarti “Mahkota”. Ia kemudian dipenuhi oleh kuasa dan
karunia untuk mengadakan banyak tanda dan mujizat sambil memberitakan Injil
(6:8), namun karena pemberitaannya itu, Stefanus di tangkap.
Stefanus bukannya “tobat” dan atau cari aman supaya
cepat dibebaskan, ia justru semakin berkobar memberitakan Firman. Bahkan pada
pasal 7:1-53, isi pembelaan Stefanus bukan mengenai dirinya melainkan mengenai
Yesus Kristus yang ia agungkan dan bagaimana Israel harusnya bersikap pada
Allah. Stefanus justru “menelanjangi” kesombongan iman dan kekudusan palsu para
imam dan orang banyak pada waktu itu.
TELAAH PERIKOP
Terdapat beberapa pokok penting yang menjadi penekanan dalam bacaan kita
pada hari ini, yakni:
1. Kebenaran acap kali menyakitkan untuk didengar (ay.54,57,58)
Apakah reaksi para imam dan orang banyak ketika
kebenaran sejati dibukakan di hadapan mereka oleh Stefanus? Alkitab menyebut
bahwa mereka menyambutnya dengan gertakan gigi (ay.54). Istilah gertakan
gigi merupakan kata lain dari marah atau geram. Maka mereka marah atau geram?
Apa sebenarnya yang diungkapkan oleh Stefanus?
Di hadapan banyak orang, Stefanus berkisah
tentang kejahatan nenek moyang Israel
di hadapan Tuhan (ay.2-50) dan menyebut itu sebagai sebuah kesalahan besar.
Pada bagian akhir dari pembelaannya itu, Stefanus menyatakan bahwa kejahatan
nenek moyang Israel itu juga
dipraktekkan oleh mereka saat ini, yakni hingga saat ini Israel yang ada
tidak jauh berbeda dengan nenek moyang mereka. Mereka keras kepala dan tidak
bersunat hati bahkan menentang roh kudus (ay.51) dan bahkan tidak mau menuruti
Taurat yang telah mereka terima (ay.53). Bayangkanlah bahwa ucapan tajam ini
disampaikan dan ditujukan Stefanus kepada semua pendengar, mahkama Agama dan
ahli Taurat.
Kebenaran yang disampaikan oleh Stefanus
menusuk hati mereka. Mereka marasa ditelanjangi. Borok dan kebusukan mereka
dibuka oleh Stefanus di depan umum. Merasa tertampar dan dipermalukan, demikian
kondisi saat itu. Tidak heran jika kemudian mereka bereaksi marah, dan geram.
Kebenaran yang diungkapkan Stefanus bagaikan belati yang menusuk dan amat
menyakitkan. Bukannya sadar dan berubah, mereka justru merasa itu adalah
penghinaan dan Stefanus layak dihukum.
Kebenaran yang diungkapkan acapkali
menyakitkan. Inilah yang terjadi pada adegan di bacaan kita saat ini. Rasa malu
dan terhina lebih besar dari rasa ingin berubah karena dikritik orang kecil dan
bukan siapa-siapa dibanding mereka para ahli taurat yang mumpuni tentang
kebenaran. Menyakiti dan membnuh Stefanus adalah cara mereka untuk menutupi
rasa malu akibat kebenaran yang dibuka oleh Stefanus. Orang yang sulit menerima
kebenaran mutlak karena merasa diri telah benar akan sulit untuk mendapati diri
salah atau menerima kesalahan. Itulah yang terjadi.
2. Keteguhan dan ketulusan Stefanus menghadapi penderitaan (ay.55,56,59,60)
Stefanus
akhirnya dianiaya. Di kondisi tertekan itu, Tuhan justru menguatkan Stefanus
dan mengijinkannya mengalami pengalaman spiritual yang indah untuk mengimbangi
pengalaman jasmani yang menyakitkan. Apakah itu? Stefanus diijinkan melihat
kemuliaan Allah dan menyaksikan Yesus Kristus yang duduk di sebelah kanan Allah
(ay.55). Istilah “duduk disebelah kanan” setara artinya dengan turut menerima
bagian kuasa. Jika Allah memerintah, maka yang duduk disebalah kananNya,
berarti juga turut memerintah bersamaNya. Yesus yang mereka salibkan justru
berada pada posisi mulia dan secara spontan diteriakkan Stefanus penglihatan
itu kepada mereka (ay.56). Otomatis semakin panaslah mereka sehingga menyeret
Stefanus dan melemparinya dengan batu (ay.58)
Apa reaksi Stefanus? Bacaan saat ini menggiring kita tentang bagaimana
bersikap menghadapi penderitaan akibat iman pada Yesus Kristus. Stefanus bukan
saja bertahan dan tidak luntur imannya, ia juga justru semakin berserah diri
kepada Allah. Stefanus berucap kepada Allah saat deraan batu ia alami: “Ya
Tuhan Yesus, terimalah rohku” (ay.59). Penyerahan diri kepada Allah
itulah yang dilakukan Stefanus. Ia tidak bertanya kepada Allah: “mengapa
aku mengalami ini semua?” Stefanus tidak menghujat Allah ketika ketidak
adilan ia alami; ia tidak kecewa imannya ketika penderitaan datang jusru ketika
ia sedang melakukan kebenaran. Ya, satu-satunya tindakan Stefanus saat itu
adalah datang berserah kepadaNya Sang Sumber kehidupan.
Hal yang paling dramatis secara iman terajadi diakhir bacaan kita ini.
Adalah hak Stefanus untuk membela diri dan atau mencari keadilan dihadapan
Allah. Logisnya, ia harusnya meminta pertolongan Tuhan dengan cara memohon
penghukuman bagi para penganiaya itu. Tapi tidak bagi Stefanus. Alkitab justru
memperlihatkan adegan ketulusan yang murni dari kasih yang tulus Stefanus
kepada mereka. Ia berdoa kepada Tuhan: “Tuhan, jangan tanggungkan dosa
ini kepada mereka!” Wow… luar biasa bukan? Stefanus seakan mengingat
dosa Yesus di kayu salib dan kemudian meneladani dan mengikutinya: “Ya
Bapa, ampunilah mereka sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat”.
Stefanus bukan saja bersedi amenderita untuk Tuhan Yesus, ia
juga mampu berserah kepadaNya dan berhasil melepaskan pengampunan bagi mereka
yang telah menyakiti, menganiaya dan membunuhnya.
RELEVANSI DAN APLIKASI
Berdasarkan uraian
di atas tentunya ada banyak hal yang dapat direlevansikan atau diaplikasikan
Firman Tuhan ini dalam kehidupan sehari-hari. Beberapa diantaranya mengenai:
1.
Kebenaran tetaplah kebenaran yang
harus diungkapkan sebagaimana stefanus melakukannya;
2.
Kebenaran tidak semua dapat
diterima orang banyak dan acapkali berekasi negatif terhadap kebenaran yang
diungkapkan;
3.
Strategi
jitu menghadapi tekanan karena iman kepada Allah adalah dengan cara berserah
diri kepada Allah
4.
Dibutuhkan
ketulusan dan kasih yang mengampuni menghadapi kejahatan orang bagi kita
sebagaimana yang Yesus telah teladankan bagi kita.
Silakan kebangkan bahan ini dalam aplikasi khotbah nanti….
No comments:
Post a Comment