AKU SUNGGUH SANGAT MENDERITA
Upaya Memahami Derita Orang Sakit Selama
38 Tahun
Yang Disembuhkan Yesus Pada Hari Sabat di
Kolam Bethesda
Menurut Injil Yohanes 5:1-18
Pdt. I Nyoman
Djepun
P E N D A H U L U A N
Sebagian
besar orang ketika membaca kisah Yohanes 5:1-18 ini hanya terfokus pada suatu
perbuatan supranatural, mujizat ajaib yang diperbuat Yesus yakni menyembuhkan
seorang yang sakit selama 38 tahun (hampir 40 tahun) tersebut. Beberapa orang
bahkan hanya terfokus pada pertentangan menyembuhkan pada hari Sabat.
Makalah
ini mencoba untuk melihat kisah ini dari sudut pandang penderitaan orang sakit
itu selama hampir 40 tahun tersebut dan menemukan alasan mengapa Yesus lebih
memilih pribadinya dibanding begitu banyaknya orang sakit di kolam Bethesda
tersebut.
KOLAM
BETHESDA
Tidak banyak penjelasan mengenai tempat ini. Beberapa ahli menyebutnya dengan kolam Siloam, namun ada juga yang menyebutkan dengan nama lain, yakni “Mata Air Gadis”, ada pula yang menyebut dengan istilah kolam Domba[1]. Kolam Betesda (bahasa Inggris: Pool of Bethesda) adalah sebuah kolam air yang sekarang berada di "Muslim Quarter" di Yerusalem, di jalanan yang menuju Beth Zeta Valley. Pasal kelima Injil Yohanes menggambarkan kolam ini, dekat Pintu Gerbang Domba (Sheep Gate), dan dikelilingi oleh lima serambi (covered colonnade). Nama "Betesda" dikatakan berasal dari bahasa Ibrani dan/atau bahasa Aram: "Bet hesda" (בית חסד/חסדא), yang artinya "rumah kemurahan" atau "rumah anugerah" ("bet" artinya "rumah"). Dalam bahasa Ibrani maupun Aram kata ini dapat juga berarti "malu, dipermalukan". Makna ganda ini dianggap cocok karena lokasi ini dipandang sebagai "tempat dipermalukan", karena kehadiran orang-orang sakit dan cacat, dan "tempat kemurahan" karena terjadi mujizat kesembuhan.[2] Dengan demikian, menyebut Bethesda sebagai rumah belaskasihan identik dengan kondisi saat itu yakni tempat para orang-orang sakit berharap memperoleh pertolongan dan kemurahan dari Tuhan.
Kolam ini sangat luas dan dalam, berbentuk persegi dengan
panjang 350 kaki (lebih dari 100m), lebar 200 kaki (lebih dari 60m), dan dalam
25 kaki (lebih dari 7 m).[3] Hal menarik yang tidak bisa
dijelaskan adalah “bergoncangnya” air kolam yang dengan sengaja dilakukan oleh
malaikat Tuhan (ay.4). Namun beberapa penafsir menyebutkan bahwa goncangan air
tersebut sifatnya “sejenak” yang kemungkinan disebabkan karena ada air yang
memancar dari dasarnya.[4] Tetapi lebih banyak orang
percaya bahwa hal itu disebabkan goncangan dari Malaikat Tuhan yang segaja
turun untuk melakukannya. Apapun alasannya, orang banyak percaya bahwa ada
kesembuhan di dalam air kolam Bethesda tersebut.
Kendatipun peluang
kesembuhan ada pada air kolam itu, namun untuk memperoleh dan merasakan khasiat
goncangan air tersebut tidaklah mudah. Pada ayat 4 dijelaskan bahwa hanya
mereka yang pertama kali masuklah yang akan beroleh kesembuhan. Dengan
demikian, dapat dibayangkan kondisi kacau balau, ramai hiruk pikuk, saling
dorong dan berlomba saat berebutan masuk dalam kolam bilamana air itu
tergoncang.
SIAPAKAH SI SAKIT
ITU?
Alkitab tidak
menyebutkan siapakan orang yang sakit itu. Jenis penyakitnya-pun tidak dijelaskan
dengan detail. Banyak orang menduga bahwa ia menderita lumpuh. Kesimpulan ini
didasarkan runjukan pada Yesus padanya: “Bangunlah, angkatlah tilammu dan
berjalanlah” (bd. ay.8), yang seakan memberi indikasi bahwa ia
menderita lumpuh. Sekali lagi hal inipun tidak dapat dipastikan.
Hal yang mengejutkan
adalah lamanya waktu ia menderita di tempat itu. Pada ayat 5 disebutkan bahwa
ia berada dalam kondisi sakit selama 38 tahun. Alasan Yesus menyembuhkannya
disebutkan pada ayat 6 “bahwa ia telah lama dalam keadaan itu
dan menurut pengakuannya sendiri bahwa, selama 38 tahun tersebut, “tidak
ada orang yang menurunkan aku ke dalam kolam itu...”. Dua alasan ini
dapat menjadi gambaran tentang seberapa menderitanya orang tersebut karena
sakitnya itu. Beberapa kemungkinan dapat terjadi selama 38 tahun menderita
sakit itu dan berada serta hidup disekitar kolam Bethesda tersebut, yakni:
1.
38 Tahun Adalah Waktu
Yang Lama
Silakan bayangkan menderita sakit
dan tak kunjung sembuh selama 38 tahun! Ia bisa saja mengalami kekecewaan yang
amat dalam.[5] Lamanya berada pada titi
terpuruk akan membuat tiap orang kehilangan kesabaran dan juga harapan.
2.
Tilam Tidak Bisa
Hanya Diartikan Sebagai Tikar Untuk Ukuran 38 Tahun
Selama 38 tahun ia berada di
tilam itu. Tilam tersebut kini bukan hanya menjadi alas untuk berbaring. Di
tilam itu ia mengalami penderita dan melanjutkan kehidupan. Di tilam itu juga
ia beraktifitas: tidur, duduk, makan, minum dsb. Ini memberi arti bahwa tilam
itu bukan sekedar selembar tikar, tapi tilam bagi si sakit ini bagaikan “rumah”
tempat ia hidup dan menjalani derita sakitnya. Selama 38 tahun ia hidup “di
rumah” itu. Tilam adalah tempat ia tinggal.
Dengan kata lain, orang ini bukan
hanya sakit menahun yang cukup lama menderita kelumpuhan fiskinya. Namun lebih
dari itu ia mengalami kondisi homeless dimana tak ada tempat layak untuk
bernaung dalam derita yang dialami.
3.
Ia Sangat Mungkin
Menderita Secara Psikis (bukan hanya fisik)
Si lumpuh (orang yang sakit ini)
bukan tidak berusaha memperoleh kesembuhan. Ia telah sekuat tenaga untuk
menjadi yang pertama berada di dalam kolam. Namun selalu gagal karena ada saja
orang yang mendahuluinya. Kegagalan demi kegagalan membuat seseorang mengalami
trauma dan tekanan batin hingga siksaan psikis yang tidak mudah untuk ditanggung.
Dalam kondisi seperti ini, seseorang akan mengalami 3 sisksaan psikis, yakni kebimbangan,
ketakutan, dan kesepian[6]. Tetapi kemampuan menghadapi tekanan hidup
sangat berbeda pada setiap orang. Mungkin saja ia juga menderita psikis, tapi
mungkin juga tidak, tergantung daya tahan psikologinya menghadapi kenyataan
hidup.
4.
Ia Terasing Secara
Spiritual Keagamaan
Selama menderita 38 tahun, tidak
dapat disangsikan bahwa ia tidak pernah melaksanakan kewajiban keagamaannya,
ataupun berada dalam komunitas kerohanian yang menopang bertumbuhnya kualitas
spiritual agar mampu menghadapi penderitaan dengan kekuatan rohani. Ia tidak
terlayani di tempat beribadatan, karena kondisi khususnya. Ia tidak mendapat
pengajaran sesuai kitab suci demi pengutaan keimanannya. Ia sangat terasing
secara spiritual.
Dalam agama Yahudi, terdapat
begitu banyak kewajiban keagamaan yang harus dipenuhi. Baik berupa ibadah
rutin, penyelenggaraan hari-hari raya, maupun upacara-upacara secara individual
ataupun kelompok, serta kewajiban membayar korban bakaran[7] dan jenis persembahan lainnya.
Hal utama dari ajaran Taurat adalah bahwa manusia dapat mendekati Allah melalui
pemberian persembahan korban. Bagaimana mungkin ia melakukannya? Ia terasing
secara spiritual keagamaan. Ia bukan hanya sakit secara psikis, ia juga butuh
kesembuhan rohaniah.
5.
Ia Terabaikan Secara
Sosial Kemasyarakatan
Ini terlihat pada kalimat yang
diucapkannya: “Tuhan, tidak ada orang yang menurunkan aku ke dalam kolam
itu...” Jika hal ini dialaminya, maka dapat dipastikan bahwa orang ini
hidup sendiri. Ia tidak memiliki kerabat, teman atau saudara yang menolong.
Kalaupun memiliki keluarga, ia telah dilupakan! 38 tahun mungkin menjadi sebab
mengapa ia tidak lagi dipedulikan oleh sanak saudaranya.
Mari membayangkan
hidup sendiri selama 38 tahun. Orang ini bukan hanya mengalami derita fisik,
homeless, tetapi juga loneliness atau kesepian[8]. Ia terasing sebagai mahkluk
sosial. Tidak ada yang peduli, itulah yang ingin ia katakan kepada Yesus.
Masing-masing orang sibuk dengan sakitnya, membuat 38 tahun ia hanya melihat
sikap hidup egosentris dalam lingkungan ini. Si sakit ini terperangkap pada
isolasi yang menghalanginya menjalani kehiduoan sosial akibat sakit menahun
yang ia alami.
DERITA TOTAL VS KEPRIHATINAN
TOTAL (sebuah refleksi penutup)
Apapun pemikiran kita
tentang kisah di atas, satu hal yang tidak dapat dilewatkan dalam pikiran saat
membaca cerita ini adalah penderitaan amat sangat dan cukup lama telah dialami
oleh orang sakit tersebut. Itu kiranya yang menjadi alasan kuat, mengapa Yesus
memilih mendekati orang itu di antara begitu banyaknya manusia yang sakit
disekitar kolam Bethesda tersebut. Keprihatinan Yesus terhadap deritanya, telah
menghadirkan kesembuhan total. Ia sakit secara fisik, ia juga sakit secara
psikis. Bukan itu saja, ia menderita sebagai mahkluk spiritual dan mahkluk
sosial. Kehadiran Yesus dengan cara mendekatinya secara pribadi memberikan
harapan baru. Yesus mendekati pribadi yang tak pernah didekati siapapun selama
38 tahun itu.
Ketika penderita
total berjumpa dengan keprihatinan total milik Hati Yesus yang penuh cinta
kasih, terjadilah kesembuhan total. Ia bukan hanya dipulihkan secara fisik dan
psikis. Pada ayat 9 dst, orang ini mulai menjalani kehidupan sosial dan
berkomunikasi dengan masyarakat sekitar. Bukan itu saja, pemulihan spiritual ia
alami, ketika ia disembuhkan langsung menuju ke Bait Allah (ay.14) dan bercakap
dengan Yesus sambil menerima wejangan rohani tentang hidup dalam pertobatan
total kepada Allah (ay.14). Orang yang sakit itu adalah pribadi yang amat
menderita tetapi sekarang ia adalah pribadi yang sangat bersukacita.
Derita total telah pulih karena keprihatian total dari Sang Maha Peduli.
DAFTAR PUSTAKA
Alkitab, Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia (LAI), 2006
Alkitab Edisi Studi, (Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia, 2011
Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan, (Malang: Penerbit Gandum Mas, 1994), hlm.
1709
Ensiklopedi Alkitab Masa Kini Jilid II, Jakarta: Yayaysan Komunikasi Bina Kasih, 2007
Tafsiran Alkitab Masa Kini 3 Matius – Wahyu, Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 2003
Denis Green, Pembimbing Pada Pengenalan
Perjanjian Lama, (Malang, Penerbit Gandum Mas, 2012
ONLINE SOURCE
https://id.wikipedia.org/wiki/Betesda
http://laisanurin.blogspot.co.id/2011/05/manusia-dan-penderitaan.html
http://www.scholidays.com/berita-167-kolam-bethesda.html
[1] Tafsiran Alkitab Masa Kini 3 Matius – Wahyu, (Jakarta:
Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 2003), hlm. 282. Tetapi yang pasti kolam ini
berada di Yerusalem.
[2] Sampai abad ke-19 tidak ada bukti di
luar Injil Yohanes bahwa kolam ini ada; karenanya sejumlah pakar berpendapat
bahwa Injil ini ditulis jauh kemudian, oleh orang yang tidak mengetahui jelas
tentang kota Yerusalem, dan "kolam" itu harus ditafsirkan sebagai
"metafora" bukannya fakta sejarah. Dalam abad ke-19, arkeolog menemukan bekas-bekas kolam
yang cocok dengan penggambaran Injil Yohanes. Lihat: https://id.wikipedia.org/wiki/Betesda
di akses pada tanggal 20 Desember 2015.
[3] http://www.scholidays.com/berita-167-kolam-bethesda.html di akses pada tanggal 20 Desember 2015.
[4] Lihat cacatatan “pinggir” perikop ini pada Alkitab Edisi Studi,
(Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia, 2011), hlm. 1734
[5] Lihat penjelasan perikop ini pada: Alkitab Penuntun Hidup
Berkelimpahan, (Malang: Penerbit Gandum Mas, 1994), hlm. 1709
[6] http://laisanurin.blogspot.co.id/2011/05/manusia-dan-penderitaan.html di akses pada tanggal 20 Desember 2015.
[7] Paling tidak ada 4 jenis korban yang wajib untuk dipersembahkan kepada
Allah, yakni: Korban Bakaran, Korban Sajian, Korban Keselamatan/pendamaian, dan
Korban Penghapus Dosa dan Penebus Salah. Lihat lebih jelas jenis-jenis korban
ini pada: Denis Green, Pembimbing Pada Pengenalan Perjanjian Lama, (Malang,
Penerbit Gandum Mas, 2012), hlm. 58-59.
[8] Kesepian, merupakan perasaan sepi yang amat sangat
tidak diinginkan oleh setiap manusia. Pada hakikatnya manusia itu adalah
makhluk yang bersosial ,hidup bersama dan tidak hidup seorang diri.Faktor ini
dapat mengakibatkan depresi kejiwaan yang berat dan merupakan siksaan paling
mendalam yang menimpa rohani manusia.
No comments:
Post a Comment