Tuesday, July 1, 2014

BAHAN RENUNGAN IBADAH KELUARGA 02 JULI 2014 AMSAL 1:15-19





AMSAL 1:15-19

PENDAHULUAN
Kitab Amsal dalam bahasa Ibrani adalah “Mishele Shelomo” yang berarti Amsal Salomo (1:1). Amsal memperoleh nama dari isinya, yakni pepatah atau peribahasa yang menyampaikan kebenaran dengan cara perbandingan. Kata ‘amsal’ (Ibrani : masyal) artinya melambangkan, menyerupai, misal, perumpamaan, dan juga dapat berarti paralel, serupa atau perbandingan. Dalam kitab lain masyal mungkin berarti sindiran (Ul . 28 :37, Yeh. 14 :8), atau nyayian ejekan (Yes. 14 :4) dimana orang-orang yang dimaksudkan jelas menjadi contoh pengajaran.

Kitab Amsal digolongkan ke dalam kitab hikmat. Amsal adalah  pengajaran moral dan spiritual tentang bagaimana sikap hidup setiap hari. Amsal merupakan ucapan hikmat dari guru-guru yang mengetahui hukum Allah dan ingin menerapkan prinsip-prinsipnya pada segala aspek kehidupan. Inti pengajaran dari kitab “Amsal adalah hiduplah takut akan Tuhan”. Kehidupan yang tidak takut akan Tuhan menuju kepada kebebalan hidup tanpa kendali. Jadi tujuan Amsal adalah memberi petunjuk bagaimana melakoni hidup yang sukses dengan memberikan ilustrasi baik secara positif maupun negatif. 

TELAAH PERIKOP
Penulis kitab Amsal ini mengindentifikasi dirinya sebagai orang tua yang sedang memberikan wejangan hikmat kepada anaknya. Hal ini terlihat pada ayat 8, 10 dan 15 ketika ia menyapa pembaca dengan sebutan: “hai anakku”. Untuk memahami isi dari ayat 15-19, maka sangat perlu bagi kita untuk membaca dan memaknai keseluruhan perikop, yakni ayat 8-19 sebagai kesatuan yang utuh.

Ada beberapa pengajaran hikmat yang disampaikan Salomo kepada pembaca kitabnya dalam keseluruhan perikop ini, yakni:
1.       Salomo membagi dua jenis pengajar atau dua jenis sumber didikan. Sumber didikan yang pertama adalah orang tua atau ayah dan ibu (ay.8). sumber didikan yang kedua adalah “orang berdosa” (ay.10).


2.       Dengan tegas Salomo mengarahkan bahwa reaksi yang harus diberikan ketika menerima didikan orang tua adalah mendengarkan dan  tidak menyia-nyiakan tiap pengajaran mereka, sebab kebaikan (karangan bunga) dan keindahan hidup (kalung bagi lehermu) akan menjadi milik mereka yang patuh dan taat pada didikan orang tua.

Bagaimana reaksi yang harus diberikan terhadap sumber didikan yang berasal dari orang jahat atau orang berdoa? Dengan tegas, Salomo pada ayat 10 memerintahkan untuk tidak boleh menurut dan mematuhi setiap didikan dan godaan dari sumber kejahatan dan sumber dosa.

3.       Pada ayat 11-14 kita menemukan alasan mengapa perlu menolak didikan dari orang berdosa. Salomo memberikan beberapa contoh didikan lewat bujukan jahat dari orang berdosa yang harus di tolak:
-      Mereka mengajar membunuh orang tak bersalah dengan tanpa belas kasihan sedikitpun (ay.11-12).
-      Menjadi kayak sangatlah mudah. Cukup dengan merampok dan merampas harta benda orang lain (ay.13). Menentukan korban dan target rampasanpun cukup lewat buang undi, maka pundi2 kekayaan mereka akan menjadi milik kita (ay.14).

4.       Dengan alasan didikan dan bujukan jahat itulah, Salomo meminta agar jangan mengikuti bujuk rayu tersebut. Dengan tegas Amsal memerintahkan agar jalan jahat itu jangan dicontohi. Istilah “tahanlah kakimu dari pada jalan mereka” (ay.15) menunjuk soal meneladani dan atau mencontohi gaya hidup dan jalan hidup. Dengan kata lain, penulis Amsal ini menekankan bahwa mengikuti jalan hidup orang berdosa sama artinya dengan mematuhi dan mendengarkan didikan dan ajaran mereka.

5.       Terdapat hal menarik yang disampaikan oleh Salomo pada ayat 17-19 bacaan kita untuk menunjuk siapakah sesungguhnya orang berdosa yang melakukan kejahatan tersebut. Salomo mengandaikan bahwa perbuatan orang berdosa itu bagaikan seekor burung yang terbang tanpa menyadari jerat jaring yang dibentangkan dihadapannya (ay.17). Sudah pasti ketika burung itu terbang bebas dan kenjang tidak mengetahui jaring didepannya, hasil akhir adalah kematiannya sendiri (ay.18).

Demikian juga dengan kebodohan orang berdosa ketika mengerjakan dosa. Seakan merasa bebas dan leluasa melakukan perbuatan jahat itu tanpa harus menanggung beban sedikitpun. Membunuh, merampok dan menjarah tanpa belas kasihan menjadi kesukaan yang tiada tara. Mereka berpikir bahwa tidak akan konsekuensi logis dari dosa tersebut. Namun, suatu saat nanti tanpa di sadari, di depan telah menanti jaring penghakiman atas segala perbuatan jahat mereka. Upahnya adalah kematian dan kesengsaraan.

6.       Pada bagian akhir perikop ini yakni ayat 19, Salomo menyimpulan pengajarannya dengan penekanan ajaran “tabur tuai”. Mereka adalah seperti burung yang melihat perangkat, tetapi tidak menyadari bahwa mereka telah masuk kedalamnya. Mereka bangkit untuk membunuh orang lain, justru merekalah yang menjadi korbannya. Kekayaan yang mereka dapatkan dari hasil kejahatan akan merampas mereka dari kehidupan mereka. Memang, orang yang mencari nafkah dengan memakai kekerasan akan membayarnya dengan nyawanya sendiri.


RELEVANSI DAN APLIKASI
Dari beberapa pokok uraian perikop ini, terdapat beberapa hal penting untuk direlevansikan dalam kehidupan kita, yakni:
1.       Perhatikanlah bahwa menurut Salomo ada dua sumber didikan, yakni summber didikan yang baik dan sumber didikan yang jahat. Sumber didikan yang baik datang dari orang tua; dan sumber didikan yang jahat akan datang dari bujukan orang berdosa.

Jika Salomo menunjuk bahwa sumber didikan yang baik datang dari orang tua, maka pernyataan ini justru harus menjadi evaluasi diri yang dalam bagi kita para orang tua. Evaluasi dimaksud berupa uji kopetensi diri dan kemampuan diri sebagai sumber didikan yang baik. Apakah sebagai orang tua kita telah mengajarkan apa yang baik? Benarkan bahwa dalam giat dan laku kita sebagai orang tua, anak menemukan teladan yang patut dicontohi untuk menjadi panutan yang benar dalam hal ajaran dan didikan?

Dengan demikian, tugas utama sebagai orang tua adalah menjadi pengajar dan pendidik yang baik. Tugas mulia ini harusnya dilakukan dengan takut akan Tuhan (ay.1). Artinya, ukuran ajaran itu baik adalah dalam bingkai takut akan Tuhan. Orang tua harus mengajarkan sesuatu yang terbingkai dalam ajaran takut Tuhan. Ukuran ini sangat jelas dan tak terbantahkan. Sehingga perintah penting bagi kita para orang tua adalah harus menjadi pribadi yang takut akan Tuhan untuk dapat mendidik dan mengajarkan kebenaran kepada anak-anak kita. Sebab bukankah ada banyak peristiwa tak terbantahkan bahwa kejatuhan anak dalam dosa ketika salah menjalani hidup ini datangnya dari didikan orang tua yang keliru?

2.       Di era teknologi canggih dan kemajuan zaman saat ini, sumber pengajaran bukan hanya datang dari perjumpaan dan bujuk rayu orang-orang jahat. Jikalau Salomo menyebut bahwa bujuk rayu orang jahat jangan dituruti karena mendatangkan dosa, maka pemahaman ini perlu diluaskan di tengah kemajuan jaman.

Sebagai orang tua, kita diajak untuk berhikmat dan bijaksana. Bahwa di zaman teknologi maju saat ini kita tidak hanya mengawasi pergaulan mereka dengan orang jahat yang akan mendatangkan dosa. Sebab kemajuan teknologi saat ini justru adalah salah satu sumber terbesar hadirnya pengajaran yang jahat dan sesat.

Perhatikanlah dan pilahlah acara televisi yang patut di tonton untuk pengajaran yang sehat; perhatikan pula penggunaan internet dan kejahatan dunia maya teknologi komunikasi (handpone, tablet dll) yang sudah terbukti menjerat banyak orang dalam dosa. Dengan kata lain, fungsi orang tua dalam mendidik bukan hanya mengajarkan hal yang baik namun juga memiliki waktu yang cukup untuk mengawai sumber2 pengetahuan lain yang mereka peroleh dierah globalisasi dan kemajuan teknologi ini.

3.       Bagaimanapun, apa yang kita tabur itu yang akan kita tuai. Hal ini memberi makna penting dalam hal menjadi teladan sebagai orang tua kepada anaknya; dan menjadi pengajar yang baik bagi mereka. Pengajaran yang keliru akan menuai keburukan bagi mereka. Pola hidup tidak benar dari kita orang tua, akan membentuk karakter hidup tidak benar dalam diri anak-anak kita.

Karena itu marilah menjadi pengajar yang baik. Ajarkanlah kebenaran lewat takut akan Tuhan. Maka anak2 karunia kita akan menjadi pribadi yang baik dan benar di mata Allah dan beroleh masa depan yang cerah. Amin.

KEANGKUHAN RAJA BELSYAZAR

  DANIEL 5:21-30     Pendahuluan Nama Daniel adalah nama dari orang Ibrani yakni dani’el yang berarti Allah adalah Hakim-ku . Ia terk...