ESTER 7:8-10
Seorang bapak membawa anaknya ke sebuah lembah.
"Nak, coba kamu teriakkan sebuah kata," ujarnya. "Untuk apa,
Pak?" tanya sang anak. "Coba saja," kata bapak itu lagi. Sang
anak menurut. Ia beranjak ke ujung lembah. Anak itupun berteriak
"Hai!". Sejenak sepi dan tidak terdengar balasan apa-apa. Tetapi
tidak lama kemudian terdengar suara gema dari arah lembah,
"Hai … hai … hai … " Begitu pula
dengan setiap kata yang diteriakkannya setelah itu. Kembali dengan kata yang
sama. Bapak itu pun membukakan hikmah yang hendak ia ajarkan. "Nak,
seperti itulah hidup kita. Apa yang kita tabur, itu juga yang akan kita
tuai," katanya.
Umat Tuhan....
Bacaan hari ini
mencatat kejadian yang membuktikan tentang hukum tabur tuai tersebut. Kisah ini
harus di runtut dari permulaan untuk dapat mengerti kisah seutuhnya dari bacaan
kita. Kisah ini sebaiknya di mulai dari pasal 4 kitab Ester, yakni Setelah peristiwa berhasilnya Mordekhai menggagalkan
rencana pembunuhan raja Ahasyweros. Muncul masalah baru muncul bagi Mordekhai
ketika ia bertemu dengan Haman, pejabat tinggi raja. Haman adalah keturunan
bangsa Amalek dan musuh orang Yahudi (Keluaran 17:14-16; Ulangan 25:17-19).
Sedangkan Mordekhai adalah adalah keturunan raja Saul, raja pertama Israel yang
mengalahkan orang Amalek (1 Samuel 15:1-33).
Haman menetapkan agar semua pegawai raja
yang di pintu gerbang istana raja berlutut dan sujud kepada Haman, sesuai
dengan perintah raja. Namun Mordekhai yang juga adalah pejabat istana raja,
tidak mau melaksanakan perintah untuk berlutut dan bersujud kepada Haman.
Mendengar laporan tersebut panaslah hati Haman (Ester 3). Sebenarnya Mordekhai
menolak perintah tersebut, bukan karena ia tidak menghormati kedudukan dan
jabatan Haman. Namun karena Mordekhai hanya boleh sujud dan menyembah Tuhan
Allah yang ia sembah.
Karena kecewa atas sikap Mordekhai. Maka
secara terus menerus Haman merancang muslihat, untuk memusnahkaan kaum Yahudi
di kerajaan Ahasyweros dengan merekayasa suatu fakta tentang kaum Yahudi yang
sangat dikenal dengan fanatisme mereka terhadap Tuhan Allah yang mereka sembah
(Ester 3). Maka Haman menghadap raja Ahayweros untuk menghasut raja agar
kaum Yahudi dimusnahkan dari kerajaan Ahasyweros.
Umat Tuhan....
Muslihat
jahat Haman tidaklah berjalan mulus, karena Mordekhai dan ratu Ester tidak
tinggal diam untuk menolong kaumnya dari niat jahat Haman. Dengan kerendahan
hati dan dengan kelemahlembutannya, ratu Ester memohon kepada raja agar
mempertimbangkan kembali keputusannya untuk memusnahkan kaumnya dari kerajaan
Ahasyweros. Atas permohonan ratu Ester tersebut raja Ahasyweros menanyakan
kepada ratu Ester, siapakah sebenarnya yang menjadi otak dari muslihat
tersebut. Dengan berani Ester mengatakan bahwa Hamanlah yang merancangnya
(pasal 7 ayat 6). Mendengar perihal tersebut, takutlah Haman sehingga ia
menghadap sang ratu, berlutut pada katil tempat ratu Ester berbaring. Haman
memohon kepada ratu Ester agar ia dimaaafkan. Ketika raja kembali dari taman
istana, ia melihat pemandangan tersebut tidak pantas dilakukan oleh seorang
pejabat istana terhadap sang ratu (ayat 8). Maka raja menitahkan agar Haman
dihukum mati.
Haman kena batunya. Sehari sebelumnya dia telah mendampingi seorang
Yahudi mengadakan pawai kemenangan di sepanjang jalan-jalan kota itu, sekarang
ia mengemis kepada seorang perempuan Yahudi untuk menyelamatkan nyawanya! Para
sida-sida tampaknya telah melaporkan sejumlah kejahatan yang dilakukan oleh
Haman agar sesuai dengan amarah raja kepadanya, dan mengakhiri laporan tersebut
dengan menunjuk pada tiang setinggi tujuh puluh lima kaki yang ada di
halaman rumah Haman yang kelihatan dengan jelas dari istana. Dengan mengikuti
saran dari para penasihatnya, seperti biasa, raja memerintahkan untuk menggantung
Haman di tiang yang telah dibangun sendiri olehnya.
Umat Tuhan....
Perjuangan Mordekhai dan ratu Ester
mempertahankan dan menjaga keutuhan kehidupan kaum Yahudi di kerajaan
Ahasyweros tidaklah sia-sia, meskipun dalam sekian waktu lamnaya Mordehkai dan
ratu Ester harus merahasiakan identitas mereka. Namun tindakan tersebut adalah
suatu perjuangan dan pengorbanan yang luar biasa untuk keselamatan kaumnya.
Sikap yang rendah hati dan sikap hormat
yang diwariskan Mordekhai kepada ratu Ester menjadikan ratu Ester gigih memperjuangkan
keselamatan kaumnya dari niat jahat Haman. Ratu Ester tidak hanya memikirkan
keselamatan dirinya bersama Mordekhai semata-mata, tetapi ia mau berkorban dan
berjuang untuk seluruh lapisan masyarakat di kerajaan Ahasyweros.
Umat Tuhan....
Firman Tuhan mengajarkan kepada kita supaya kita menabur
yang baik, karena apa yang kita tabur pasti akan kita tuai (Galatia 6:7). Kalau
kita menabur yang baik, kita pasti menuai yang baik pula. Demikian sebaliknya,
kalau kita menabur yang tidak baik, pasti kita akan menuai yang tidak baik
juga. Seseorang pernah berkata, “jangan lemparkan batu kepada orang lain,
karena jika itu kembali kepadamu, pasti sangat menyakitkan. Lemparkan roti
kepada orang lain dan jika itu kembali kepadamu pasti menyenangkan.”
Menabur dan menuai adalah dua hal yang saling terkait.
Tidak saja dalam pertanian, tetapi juga dalam hidup sehari-hari. Ketika kita
menanam benih padi yang baik, biasanya kita pun akan menuai padi yang baik.
Ingatlah bahwa kehidupan kita seperti Bumerang, Apa yang kita lemparkan itu
juga yang akan kembali. Haman menabur kejahatan, maka dia sendirilah yang
menuai kejahatan itu. Kitapun diajarkan agar selalu menabur dan meranjangkan
kebaikan bagi orang lain, supaya hanya kebaikanlah yang kita terima.
Umat Tuhan....
Kisah dalam bacaan kita ini juga menunjukkan bahwa kekuasaan seseorang
bagaimanapun tingginya masih mempunyai batasan. Kekuasaan yang dimiliki oleh
Haman terbendung oleh kekuasaan raja, sehingga dengan kejahatan yang telah
dilakukannya itu, raja memerintahkan untuk menggantung Haman di tiang yang
telah dibangunnya sendiri.
Karena itu, berita Firman Tuhan hari ini juga mengajak kita semua untuk
bersedia merendahkan hati dalam situasi apapun supaya kita jangan “kena
batunya” seperti Haman. Tidak ada hukuman yang terlewatkan oleh Tuhan untuk
setiap perbuatan jahat yang dilakukan manusia baik dari jaman dahulu sampai
dengan jaman sekarang. Setiap hari kejahatan manusia terus terjadi dan
terungkapnya kasus karena Tuhan menghukum melalui proses yang tidak satu orang
manusiapun yang mampu menyimpan kejahatan itu. Atau dengan perkataan lain
sehebatnya menutupi kesalahan maka akan terungkap juga dan sanksi akan dihadapi
oleh yang bersangkutan. Mari kita selalu berbuat baik dan benar di dalam Tuhan.
Salam damai. Amin.
Shalom bapak I Nyoman Djepun, blog yang sangat menarik dan memberkati :) Perkenalkan saya Uthey dari CBN, ingin mengajak Bapak terlibat dalam pelayanan pemberitaan Injil melaui media. Cek caranya di bit.ly/mari-berbagi :) God bless you
ReplyDelete