BAHAN PERSIAPAN IBADAH GERAKAN PEMUDA
GPIB JEMAAT BETHANIA MAKASSAR
10 DAN 11 AGUSTUS 2014
I KORINTUS 9:26-27
(10 AGUSTUS 2014)
PENGANTAR
Surat ini ditujukan
oleh Paulus kepada jemaat-jemaat yang tersebar di kota Korintus. Kota Korintus dalam perjanjian baru adalah sebuah kota pelabuhan yang berada di Semenanjung
Makedonia. Paulus mengunjungi
Korintus pada perjalanan misi ke 2 dengan melewati medan perjalanan yang sangat berat baik melalui darat dan laut maklum waktu itu belum ada kendaraan apalagi pesawat
terbang, WAKTU ITU alat transportasi yang biasa digunakan adalah jalan
kaki.
Tapi luar biasa seorang
Paulus yang telah menjadi hamba Tuhan tidak pernah mundur apapun resikonya demi
memberitakan Injil. Biasanya ketika ia berpindah pada jemaat yang lain maka ia
selalu menulis surat kepada jemaat jemaat yang pernah ia kunjungi. Surat adalah
sarana komunikasi yang tepat waktu itu. Beda sekarang yang sangat mudah
dijangkau dengan HP.
Dalam Alkitab tercatat
2 kali ia mengirim surat pada jemaat Korintus. Kalau
kita mencermati surat yang pertama
dan yang kedua, telah terjadi masalah yang sangat serius dalam dinamika jemaat
karena banyaknya penyusup yang menyamar sebagai pelayan untuk mendapatkan keuntungan diri sendiri. Paulus banyak menulis dengan
tegas untuk menjelaskan siapa dia,
apa motivasi pelayanannya dan apa kerinduannya kepada jemaat melalui surat-suratnya.
TELAAH PERIKOP (I Kor. 9:26-27)
Beberapa orang di Korintus
mempertanyakan kerasulan Paulus (ay.2) dan meragukan segala bentuk
pengajarannya. Di sisi lain juga timbul persoalan soal fasilitas dalam
pelayanan. Jemaat Korintus banyak mengfasilitasi kebutuhan pelayanan dari
tenaga pelayan terutama para rasul dan pemberita injil. Namun menariknya adalah
terdapat perlakukan tidak adil yang diterima oleh Paulus dan Barnabas mengenai
fasilitas pelayanan itu (ay.6).
Fasilitas pelayanan apakah yang dimaksud
oleh Paulus? Jika memperhatikan ayat 6 bacaan perikop ini maka kita mendapat
kesan bahwa HAK RASUL yang dimaksud oleh Paulus adalah dibebaskan dari pekerjaan tangan karena tanggungjawab yang harus
fokus dalam pelayanan. Adalah hak para rasul untuk mengharapkan mendapat
imbalan duniawi (makanan, minuman, hak untuk menikah, dll) setelah melaksanakan
tanggungjawab pelayanan (ay.5, 8-12). Mengapa hal ini ditegaskan oleh Paulus?
Sebab adalah hak Paulus sebagai rasul untuk hidup dari pemberitaan injil
setelah ia memberitakan injil (ay.14). Hal ini secara tidak langsung mengkritik
Korintus yang mengabaikan pembiayaan kebutuhan hidup para pelayan, termasuk
pada rasul Paulus, yang telah berjerih payah melayani.
Yang menarik dari uraian tentang hak
Rasuli ini, kita menemukan ayat 15 yang menjelaskan soal integritas pelayan
Tuhan yang ditunjukkan oleh Paulus. Hak Rasul itu TIDAK PERNAH DIPERGUNAKANNYA.
Hal ini memberi indikasi bahwa kemungkinan besar bahwa Paulus tidak menikah.
Dan untuk kelangsungan hidupnya, ia tidak meminta hal dari jemaat, melainkan
berusaha sendiri sebagai pembuat tenda untuk menghidupi keluarganya.
Mengapa Paulus tidak sibuk
mengejar-ngejar hak nya itu? Hal ini terjawab dalam ayat 26-27 bacaan kita.
Rupasnya fokus pelayanan Paulus bukanlah fasilitas pelayanan dan hak yang harus
ia peroleh dari hasil melayani. Fokus pelayanan Paulus adalah pelayanan itu
sendiri. Ia mengandaikan bahwa melayani dalam pelayanan itu bagaikan melakukan
pertandingan dalam gelanggang pertandingan dengan target menjadi juara atau
menang mencapai garis akhir (ay.24). Dengan kata lain, fokus pelayanan Paulus
adalah mengakhiri pelayanan hingga tuntas dan selesai.
Bagaimanakah cara Paulus untuk
mengakhiri dengan baik dan memenangkan pertandingan dalam gelangan pelayanan?
Apakah strategi Paulus agar tetap fokus dalam pelayanan? Ada beberapa pokok
penting yang disampakan Paulus:
1.
Menguasai
diri dalam segala hal (ay.25)
Menguasai diri yang dimaksud Paulus adalah dalam
segala hal. Hal ini menunjukkan bahwa seorang pelayan perlu mengasah kemampuan,
kekuatan dan potensi diri kearah peningkatan optimal sehingga dalam segala hal
dan segala kebutuhan dapat menyelesaikan dengan baik dan benar. Adalah penting
unuk menguasai dir dalam segala hal. Sebab bukankah banyak orang mengalami
kejatuhan justru karena penguasaan diri yang kurang baik? Entah itu menyakut
emosi dan mentalitas diri.
2.
Tujuan
yang benar (ay.26)
Maksud Paulus dari ayat 26 ini sangat jelas. Jika
tujuan tidak dimiliki saat melakukan sesuatu maka akan sia-sia. Seorang
petanding memiliki tujuan untuk beroleh makota atau piala. Bagaimana dengan
kekristenan itu? Paulus menyebut dalam Filipi 3:14 bahwa tujuannya melayani
adalah untuk menjawab panggilan Tuhan Yesus untuk memperoleh hadiah panggilan
sorgawi. Tujuan yang tepat akan memberikan motivasi yang tepat juga. Inilah
yang dinaksud oleh Paulus.
3.
Menyiapkan
dengan baik agar tidak ditolak (ay.27)
Melatih tubuhku yang
dimaksudkan, tentu saja, adalah disiplin diri. Berjalan dengan Allah menuntut
adanya pengorbanan diri, pengorbanan hal-hal yang tidak harus jahat, tetapi
yang menghalangi pengabdian jiwa sepenuhnya kepada Allah - seperti berbagai
kesenangan dan keuntungan duniawi. Pada zaman yang mengutamakan kemewahan,
seperti saat ini, kata-kata Paulus ini memiliki makna nyata bagi hamba Kristus
yang sungguh-sungguh. Paulus
memanggil banyak orang untuk ikut berlomba dalam kehidupan Kristen melalui
Injil. Dia tidak ingin ditolak. Kata ini tidak berarti kehilangan
keselamatan. Artinya secara harfiah ialah tidak
disenangi. Jelas sang rasul
memperhatikan agar ia tidak ditolak oleh wasit pertandingan untuk memperoleh
hadiahnya. Dia tidak takut dihalangi sang bentara untuk ikut di dalam lomba.
Semua ikut berlari, tetapi tidak semua menerima hadiah; dan Paulus ingin
memperoleh hadiah itu.
RELEVANSI DAN APLIKASI (diksusikan)
No comments:
Post a Comment