LUKAS 24:13-16
Ibu-Ibu PKP
yang dikasihi Tuhan...
Dapatkah kita membayangkan bagaimanakah kondisi hati kita
jika ditinggalkan oleh orang yang benar-benar kita cintai? Perasaan yang paling
mendominasi adalah rasa kehilangan. Rasa itu memunculkan kondisi diri yang
sedih, beradaptasi lagi untuk menata hati karena kehilangan. Tentu, situasi ini
bukanlah situasi yang menyenangkan, atau mudah untuk dikalahkan. Untuk beberapa
orang yang ditinggalkan, kesedihan hati bisa sangat mendominasi di dalam
kehidupan mereka, sehingga mereka tidak dapat beraktivitas dengan normal, tidak
dapat tertawa, dan menikmati hidup dengan sewajarnya.
Sama seperti kondisi hati dua orang murid Tuhan Yesus
ketika mereka sedang melakukan perjalanan ke Emaus dalam bacaan kita saat ini.
Belum hilang rasa sedih mereka karena ditinggalkan oleh Dia yang sangat
dicintai, mereka harus merasa sedih lagi karena mengetahui kubur-Nya kosong.
Situasi yang sangat pedih, perih, dan kehilangan yg mendalam membuat mereka
sejenak menjadi lupa bahwa Tuhan Yesus Kristus adalah Allah, penuh dengan kuasa
yang juga mampu memulihkan kesedihan hati mereka. Sampai saat Tuhan Yesus
datang di antara mereka, hadir di sela-sela waktu mereka berjalan, mereka tidak
mampu menyadari bahwa Ia adalah Tuhan Yesus yang mereka cintai dan mereka
rindukan selama ini.
Seperti dikatakan dalam Injil Lukas: “Kami dulu
mengharapkan bahwa Dialah yang Nabi yang akan dating yang akan menyelamatkan
Israel” tapi akhirnya Yesus mati disalib. Sementara ada kabar burung bahwa
Yesus bangkit. Dan menampakkan diri kepada para wanita yang pergi ke makamnya.
Kedua murid itu semakin tidak karuan pandangan mereka tentang Yesus yang selama
itu dia ikuti. Hati mereka tidak karuan Kecewa, putus asa dan bingung. Mereka
pun takut kepada orang Yahudi yang juga mengejar para pengikut Yesus. Di tengah
keputusasaan dan kekalutan itu Yesus hadir.
Namun karena kekalutan dan keputusasaan yang menyelimuti
pikirannya maka dia tidak menyadari bahwa yang ada di sampingnya itu adalah
Yesus. Sungguh aneh bahwa mereka tidak mengenali Yesus. Mereka adalah orang
yang dekat dengan Yesus, bagaimana mungkin Mereka tidak mengenali Yesus. Para
penafsir Injil Lukas mau menggambarkan bahwa mereka begitu kalut dan kecewa
bercampur ketakutan. Disebutkan ada sesuatu yang yang menghalangi mata mereka.
Apakah yang menghalangi mata mereka. Ini mau menggambarkan bahwa kehadiran
Yesus tidak dilihat oleh mereka. Yesus menyertai mereka namun mereka tidak
menyadari akan kehadirannya.
Ibu-Ibu PKP
yang dikasihi Tuhan...
Perhatikan bacaan kita di atas, tidak
disebutkan bahwa Tuhan Yesus datang mendekati mereka dengan menyamar, tidak
juga disebutkan bahwa Allah menaruh sesuatu untuk menghalangi mata. Tetapi
jelas disebutkan bahwa ada “sesuatu” yang menghalangi mata kedua orang ini
sehingga mereka tidak dapat mengenali Tuhan Yesus.
Apakah “sesuatu” yang menghalangi mata
mereka itu. Kita bisa belajar dari pengalaman kedua orang murid ini bahwa bisa
saja ada sesuatu yang menghalangi mata kita untuk mengenali Tuhan Yesus, bahkan
saat Dia sebenarnya sedang menghampiri kita, berdiri di sisi kita, dan berjalan
bersama kita.
Pertama, jika kita
memperhatikan ayat 17-20, kita akan menemui betapa dalamnya kesedihan mereka
atas kematian Tuhan Yesus. Krisis, entah itu positif atau negatif bisa menutupi
mata kita untuk mengenali Tuhan Yesus. Krisis seringkali membuat kita melupakan
bahwa kita mempunyai Yesus yang jauh lebih besar dari semua krisis yang bisa
menimpa hidup kita.
Kedua, perhatikan
ayat 21! Ada sebuah pengharapan pada diri murid-murid tentang bagaimana peran
Mesias di dalam kehidupan bangsa Israel. Sayangnya pengharapan mereka tidak
sesuai dengan kehendak Allah. Apakah salah berpengharapan? Tidak, tetapi dari
pengalaman murid-murid ini, kita melihat bahwa pengharapan-pengharapan yang
salah, yang kemudian tidak terpenuhi seringkali menghalangi mata kita untuk
melihat ada kehendak Allah yang jauh lebih sempurna daripada
pengharapan-pengharapan manusia yang seringkali bersifat egois.
Ibu-Ibu PKP
yang dikasihi Tuhan...
Pertanyaan yang lebih penting adalah, bagaimana supaya
“sesuatu” yang menghalangi mata kita untuk mengenali Yesus itu bisa diangkat.
Jawabannya ada di ayat 32, “Bukankah hati kita berkobar-kobar, ketika Ia
berbicara dengan kita di tengah jalan dan ketika Ia menerangkan Kitab Suci
kepada kita?”. Ya, dengarkan perkataan Allah, renungkan kebenaran Kitab Suci,
jangan menjadi lamban untuk percaya; maka mata kita tidak akan lagi terhalang
untuk mengenali keberadaan Yesus yang selalu dekat dengan kita.
Sebagai sebuah refleksi bagi kita, dalam kekalutan
kegagalan kita sering mengatakan dan mencari Tuhan: Di manakah Engkau Tuhan
mengapa Engkau tidak menyertai aku justru dalam saat-saat begini. Mengapa
Engkau meninggalkan aku di saat aku membutuhkanMu! Kesedihan yang mendalam
ternyata bisa berpengaruh terhadap perilaku kita. Kesedihan yang dialami dua
murid Tuhan Yesus membuat mereka tidak bisa mengenal Tuhan Yesus. Sama seperti
kita yang ada kalanya tertimpa pergumulan hidup. Saat kita mulai larut dengan masalah
yang kita hadapi, mampukah kita tetap selalu merasakan kehadiran dan
pertolongan Tuhan?
Ibu-Ibu PKP
yang dikasihi Tuhan...
Ada sebuah cerita kecil yang bagus untuk kita simak: Ada
seorang anak kecil berjalan bersama Yesus di pantai. Walaupun anak kecil itu
tidak melihat Yesus namun dia percaya Yesus berada di sampingnya karena dia
melihat ada empat tapak kaki. Dua tapak kakinya dan dua lainnya adalah tapak
kaki Yesus. Anak itu begitu gembira melihat tapak-tapak kaki itu. Namun ketika
berada di lam kerikil dan berbatu dia hanya melihat dua tapak kaki. Dia mulai
takut dan panic. Di mana tapak kaki yang lainnya. Kemudian dia berteriak. Tuhan
di mana Engkau? Mengapa tapak kakimu tidak ada. Yesus menjawab. Anakku.. ketika
engkau berada dalam pasir yang lembut Engkau menapak dengan kakimu sendiri
tetapi ketika berada dalam bebatuan aku menggendongmu supaya kakimu tidak
terantuk pada batu. Lalu anak itu tersenyum dan mengatakan pada Yesus: Yesus
engkau sungguh penolongku.
No comments:
Post a Comment