ULANGAN
16:13-15
Jemaat Tuhan,...
Kitab Ulangan merupakan kitab terakhir dari kitab-kitab Musa yang biasa
disebut dengan Pentateukh (latin: 5 kitab/5 wadah/5 gulungan). Itu berarti
Kitab Musa tediri dari lima kitab. Lima kitab dimaksud adalah: Kejadian,
keluaran, imamat, bilangan dan ulangan.
Mengapa kitab kelima ini disebut dengan kitab Ulangan? Nama asli Ibrani
dari kitab ini adalah
‘elleh
haddebarim yang berarti “Inilah perkataan-perkataan” atau,
lebih sederhana, debarim (“perkataan-perkataan; lih. 1:1).
Selanjutnya ketika lima kitab Musa ini ditersemahkan ke dalam bahasa Yunani,
kelima kitab ini kemudian disebut dengan istilah Septuaginta.
Dalam kitab Septuaginta atau biasa
disimbolkan dengan LXX, kitab ini disebut dengan istilah to deuteronomion touto yang
berarti “pemberian hukum yang kedua
ini” yang diambil dari Ulangan 17:18. Penggunaan istilah “pemberian hukum yang kedua ini” didasari
bahwa isi dari kitab ini adalah “Pengulangan”
dari hukum2 yang sudah disampaikan Musa sebelumnya. Itulah sebabnya nama kitab
Musa yang kelima ini dalam terjemahan Indonesia disebut sebagai Kitab Ulangan.
Kitab Ulangan berisi tentang pidato
Musa ketika bangsa Israel sedang berada di wilayah Moab, di daerah di mana
Sungai Yordan mengalir ke Laut Mati (1:5). Sebagai tindakan akhir melimpahkan
kepemimpinannya kepada Yosua, ia memberikan kata-kata perpisahannya yang begitu
emosional kepada bangsa Israel untuk mempersiapkan mereka masuk ke Kanaan.
Penekanan rohani kitab ini adalah panggilan untuk berkomitmen total kepada
Allah dalam ibadah dan ketaatan.
Dengan kata lain kitab ini merupakan
nasehat Musa yang mengulang kembali kisah perjalanan umat selama 40 tahun di
padang gurun dan mengingatkan mereka segala ketetapan –peraturan – hukum TUHAN,
Allah Israel supaya mereka tidak melupakan Firman dan kisah perjalanan mereka
bersama TUHAN ketika sebentar lagi memasuki Tanah Perjanjian yakni Negeri
Kanaan.
Jemaat
Tuhan,...
Pada Kitab Ulangan 16, Musa mengingatkan tentang tiga hari raya besar
yang harus dirayakan oleh umat Tuhan. Tiga hari raya itu adalah: Hari raya
Paskah (ayat 1-2); Hari Raya Roti Tidak Beragi (ayat 3-8); dan Hari raya Pondok
Daun (ayat 13-15). Bacaan kita hari mengulas tentang Hari Raya Pondok Daun.
Apakah hai raya pondok daun itu? Dan bagaimana memaknainya dalam hidup orang
percaya?
Jemaat Tuhan...
Hari Raya PONDOK DAUN Juga disebut Perayaan Menuai (Kel 23:16;
34:22), atau disebut "Hari Raya" (1Raj 8:2,65; Yeh 45:25),
atau pesta Yahwe (Im 23:39).
Pesta ini merupakan pesta terakhir dari ketiga Pesta, yang menurut Kel 23:16-17
dan Ulangan 16:1-15 harus dirayakan setiap tahun. Alasan sejarah pesta itu
seperti disebutkan oleh Im 23:42-43 adalah sebuah usaha dari waktu
kemudian untuk mengkaitkan pesta-pesta besar dengan peristiwa-peristiwa tertentu
pada awal sejarah bangsa Israel.
Hari Raya
Pondok Daun (bahasa Ibrani: sukkÅt)
atau perayaan Tabernakel adalah
sebuah Hari Raya Yahudi;
merupakan perayaan pengucapan syukur bagi Israel atas hasil
panen yang dirayakan selama tujuh hari pada bulan purnama di antara bulan September dan Oktober. Tepatnya,
hari raya ini dilaksanakan pada 15 Tisyri menurut Kalender Yahudi).
Perayaan ini disebut dengan "Sukkot" dalam bahasa Ibraninya
karena aspek utama dari festival ini adalah sebuah pondok (sukkah).
Di dalam Alkitab,
festival ini dimaknai sebagai festival panen utama bangsa Yahudi (Keluaran 23: dan Ulangan 16:), serta
juga disebut festival utama Bait Allah (Bilangan 29), dan
sebagai pengingat bagi bangsa Israel mengenai pengembaraan yang mereka lakukan
di padang pasir ketika keluar dari tanah Mesir (Imamat 29). Pada masa pengembaraan, umat Israel
tinggal dalam pondok-pondok sementara, yang pada perayaan ini direpresentasikan
dengan sebuah pondok. Dalam konsep sebagai festival panen, perayaan ini
menandakan berakhirnya musim panen. Para petani datang ke Yerusalem bersama
keluarganya untuk bersyukur atas hasil panen yang mereka terima. Selama masa pergi ke Yerusalem ini
mereka tinggal di dalam pondok tersebut.
Jemaat Tuhan,....
Dalam Ulangan 16:13-15 kita menemukan ada beberapa penekanan penting
dalam perayaan Pondok Daun ini, yakni:
1.
Kapan dilaksanakan?
Dalam ayat 13 disebutkan bahwa hari raya ini dilaksanakan
setelah mereka selesai melakukan panen. Dengan kata lain hari raya ini adalah
hari raya syukur panen. Setiap orang Israel yang telah selesai panen wajib
merayakan hari raya pondok daun ini. Itu berarti umat diajarkan lewat hari raya
ini untuk melakukan persembahan syukur kepada Allah sambil membawa hasil panen
mereka ketika akan melaksanakan perayaan ini.
Melaksanakan hari raya setelah panen berarti bahwa
umat tidak melupakan Tuhan atas segala anugerah dan karyanya dalam kehidupan
mereka dan yang telah memberkati tanah mereka dan membuat segala usaha mereka
berhasil (ay.15)
2.
Bagaimana dilaksanakan?
Pada ayat 15 bacaan kita bahwa hari raya ini harus
dilakukan selama 7 hari dengan suasana pesta yang penuh sukacita. Hari raya ini
selain melambangkan rasa syukur, juga menggambarkan suasana hati yang girang
dan gembira. Mereka melakukan pesta jamuan dan menikmati suasana tersebut
dengan kegembiraan dengan penuh sukacita
Secara tidak langsung kegiatan ini merupakan hari2
umat menikmati hasil panen sekaligus hari-hari yang digunakan untuk rehat dan
istirahat dari beban kerja yang sangat berat semasa menuai hasil panen
tersebut. Hal ini bukan hanya menjadi penyegaran jiwa dan suasana hati, tetapi
juga menyegarkan fisik dari kelelahan yang amat sangat saat sekian lama
bekerja.
3.
Siapa saja yang merayakannya?
Perhatikanlah ayat 14 bacaan kita! Perayaan dan
pesta itu bukan saja untuk kaum keluarga, namun untuk seluruh warga dan para
pekerja. Bukan saja untuk para pemilik ladang atau tuan, namun juga bagi
seluruh hamba dan kaum miskin termasuk orang asing, anak yatim dan para janda.
Mereka yang tidak memiliki apa2 dan kurang mampu turut diundang dan menikmati
kegembiraan itu.
Dengan kata lain, perayaan ini sarat dengan
pengajaran kemanusiaan untuk mengajak umat belajar peduli dan berbagi berkat
TUHAN, Allah mereka kepada kelompok orang atau pribadi yang kurang beruntung
secara ekonomi. Umat dipangil untuk tidak hidup egois dan angkuh namun
sebaliknya diajak untuk bersedia peduli dan berbagi bagi mereka yang membutuhkan.
Jemaat Tuhan.....
Orang Kristen memang tidak memiliki kewajiban untuk merayakan hari raya
ini. Namun pelajaran tentang makna dibalik perayaan Pondok Daun wajib dilakukan
dalam kehidupan beriman kita. Ada
beberapa pokok penting dari ajaran Firman Tuhan ini yang dapat kita maknai
dalam kehidupan beriman kita, yakni:
Pertama, Jangan pernah melupakan Tuhan yang telah
memberkati dan membawa keberhasilan dalam hidup kita ini. Bersyukur kepada
Tuhan atas karya dan anugerahnya adalah kewajiban iman setiap orang percaya.
Memberikan persembahan syukur atas hasil berkat yang Tuhan anugerahkan harusnya
dipahami sebagai panggilan iman dan bukan hanya sekedar kewajiban dan ataupun
tradisi semata. Bersyukur dan berterimakasih kepada Allah adalah cara yang
paling baik untuk mengakui bahwa Tuhanlah yang telah melakukan segala perkara
indah dalam hidup kita ini.
Kedua, Janganlah menjadi pribadi yang egois dan
serakah sehingga melupakan orang lain di tengah keberhasiolan kita. Dalam
tradisi Israel, hari raya pondok daun dilakukan secara bersama lewat mengundang
siapapun termasuk mereka yang lemah dan rentah secara eknomi. Kamum papah
seperti para hamba, janda, yatim dan orang asing turut bergembira dalam pesta
keberhasil panen itu. Sudahkah kita mengingat orang lain yang kurang beruntung
dalam keajaiban keberhasil hidup kita? Sudahkah kita berbagi dengan orang lain
sebagai tanda syukur keberhasil kerja dan usaha kita. Itulah makna Pondok daun
bagi kita dewasa ini.
No comments:
Post a Comment