Jemaat Kekasih Kristus.
Kita pasti pernah mendengar suatu kata bijak yang mengatakan bahwa “Kehidupan ini bagaikan roda pedati yang berputar”. Artinya ada saat bagian tertentu dari roda itu berada di bawah namun ada waktu juga posisnya menjadi di atas. Maknanya bagi kehidupan kita saat ini bahwa tidak selamanya orang akan mengalami keburukan hidup, saatnya juga akan mengalami kebahagiaan. Hal senada juga disampaikan oleh Kitab Pengkhotbah tentang ada waktu untuk menangis ada waktu untuk tertawa; ada waktu untuk lahir dan ada waktu untuk meninggal dll.
Bacaan kita saat ini juga berkisah tentang suatu kondisi hidup yang dialami oleh orang-orang Yahudi di masa kekuasaan kerajaan besar Persia yang berhasil menjajah 127 wilayah daerah jajahan yakni mulai dari India hingga Etiopia (bd. 1:1). Namun kisah menarik dalam Kitab Ester ini tidak akan dipahami dengan baik, apabila tidak lebih dahulu membaca pasal-pasal awal kitab Ester secara keseluruhan. Kitab ini mengisahkan tentang 2 tokoh penting Yahudi yakni Ester dan Mordekhai yang ada di Istana Ahasyweros, kerajaan Persia. Bangsa Yahudi di sana mengalami banyak ketidak-adilan, khususnya oleh peran jahat dari tokoh kalangan istana yang sangat berpengaruh bernama Haman.
Jemaat Kekasih Tuhan.
Mordekhai adalah pengasuh Ester, ialah seorang Yahudi yang hidup dalam pembuangan, hidup dalam keadaan politik yang tidak tentram, mengalami tekanan secara sosial dan emosional dalam kebudayaan asing, tetapi ia berhasil mendidik dan membesarkan Ester. Kalau kita pernah membahas tentang Ester, maka perjuangan Ester tidak bisa dipisahkan dari perjuangan Mordekhai, yang memilih sikap yang benar dalam menghadapi kesulitan yang dihadapinya termasuk perlakuan buruk Haman atas dirinya.
Namun rencana jahat Haman yang bermaksud untuk membunuh Mordekhai, berhasil digagalkan oleh ratu Ester dengan cara menceritakan kepada Raja Ahasyweros tentang jasa Mordekhai sebagai pahlawan waktu dulu telah menyelamatkan raja dari usaha pembunuhan (bd. 2:22). Hukuman mati atas dirinya yang dijatuhkan karena ia kurang menghormati Haman, yaitu orang kesayangan dalam istana raja Persia, Ahasyweros, sudah disahkan raja bersama dengan rencana pemusnahan orang Yahudi di seluruh kerajaan. Mordekhai akan digantung dan tiang gantungan sudah didirikan. Tetapi Ratu Ester yang Yahudi menghalangi: ada catatan resmi yang memperlihatkan bahwa Mordekhai pernah menyelamatkan raja dari suatu usaha pembunuhan atas dirinya. Dengan diberi keterangan seperti itu, raja menarik kembali perintah pembunuhan atas Mordekhai dan sebaliknya Hamanlah yang digantung pada tiang gantungan.
Akhirnya Mordekhai diangkat menjadi orang kedua setelah raja dan menggantikan posisi dan jabatan Haman. Kini Mordekhai menjadi pejabat yang paling dihormati sesudah raja Ahasyweros. Kisah ini terus berlanjut menjadi semakin menegangkan ketika di dalam pasal 8 ayat 3 dst menyebutkan bahwa walaupun Haman sudah mati namun rancangan jahatnya masih berpenaruh dan mengilhami rakyat untuk membinasakan dan memusnakan orang-orang Yahudi tersebut.
Jemaat Tuhan.
Peran Ester sangat luar biasa dipakai TUHAN, dalam kisah ini, untuk menyelamatkan orang-orang Yahudi. Atas permintaan Ester kepada Raja (bd. 8:3-14), akhirnya dikeluarkanalah undang-undang untuk membolehkan orang-orang Yahudi melakukan perlawanan kepada musuh mereka di seluruh daerah wilayah penjajahan Persia.
Kita menemukan suasana kisah ini mulai berubah. Sejak ayat 15 pasal 8 hingga pasal 9 bacaan kita, kondisi orang Yahudi secara psikologi mengalami beubahan total. Mereka yang dulunya hidup dalam ketakutan dan kesedihan kini berubah menjadi girang dan penuh sukacita. Mengapa? Sebab keselamatan jiwa mereka kini dijamin oleh pemerintahan Raja Ahasyweros. Kini kondisinya berbalik 180 derajat. Dulunya orang sangat takut kepada musuh mereka, namun sekarang justru mereka sangat ditakuti oleh musuh-musuh yang merancangkan kejahatan bagi mereka. Bukan itu saja, para pembesar yang dulunya melakukan penindasan terhadap orang Yahudi, kini mau tidak mau berbalik arah dan mendukung penuh perjuangan orang yahudi tersebut. Hal ini terlihat jelas pada ayat 3 bacaan kita.
Memang benar bahwa Ester berperan cukup penting dalam kondisi ini. Namun kita tidak bisa juga mengabaikan peran dari Mordekhai ketika ia telah menjadi Pejabat Kerajaan. Mordekhai dengan bijak menggunakan kedudukan dan jabatan strategisnya itu untuk mendorong orang Yahudi mempersenjatai diri menghadapi rencana pembunuhan massa yg diilhami oleh Haman. Sebagai penghormatan terhadap Mordekhai, penguasa-penguasa propinsi Persia, yg menerima surat dari Mordekhai, melindungi orang Yahudi juga dan memberikan dukungan penuh atas segala kebutuhan orang Yahudi. Mordekhai menjadi tokoh panutan sekaligus pelindung orang Yahudi saat itu, ketika ia mampu memanfaatkan jabatannya untuk membela kebenaran dan keadilan bagi bangsanya.
Jemaat Tuhan,…
Ada beberapa hal penting dari Firman Tuhan hari ini yang dapat kita bawa dalam kehidupan sehari-hari:
1. Tuhan tidak pernah membiarkan umatNya terus menderita.
Di saat kita mengalami penderitaan, apa yang sering kita dipikirkan? Terutama ketika derita itu datang dari kebenaran yang kita perbuat dan karena ketidak-adilan orang lain? Pastilah sebagai umat percaya kita berpikir kapan Tuhan bertidak? Mengapa Dia membiarkan ini terjadi? Keadilan macam apa jika menderita seperti ini? Dll
Hari ini kita belajar pada kisah di atas, bahwa tidak selamanya orang benar itu dibiarkan goyah sebab Tuhan menopang tangannya (bd.Mzm 3723-24). Kita belajar untuk memahami bahwa ada saat untuk menderita namun ada saat pula untuk bahagia; ada masa dimana kita berduka namun juga kita saat nanti akan menjalani masa penuh sukacita. Penting untuk direnungkan adalah Tuhan itu adil, dan pembalasan itu adalah hak Tuhan kepada semua ciptaanNya. Tidak mungkin Tuhan membiarkan umatNya. Tugas kita adalah, belajar untuk bersabar menunggu waktu pemulihan itu, seperti orang Yahudi menerima itu dari Tuhan.
2. Berperanlah seperti Ester dan Mordekhai
Memang benar bahwa Tuhanlah sumber segala kuasa dan kekuatan sehingga orang Yahudi di seluruh wilayah kerajaan Persia memperoleh hari sukacita. Namun perlu disadari bahwa hal itu juga terjadi karena Ester dan Mordekhai bersedia dipakai Tuhan untuk melaksanakan rencanaNya. Bayangkan jika Ester dan Mordekhai dengan posisi penting di Kerajaan itu tidak mau peduli dengan penderitaan rakyat sebangsanya, maka sudah pasti orang Yahudi tidak akan pernah merayakan Hari Raya Purim tanda sukacita dan syukur atas kelegaan yang mereka rasakan waktu itu.
Saudara dan saya juga dipanggil untuk mampu berperan seperti Ester dan Mordekai. Di posisi yang cukup elit dalam kerajaan Persia mereka tidak segan untuk meyatakan kebenaran dan keadilan bagi kaumnya. Ini bukan sintimen ras atau karena alasan sesama bangsa. Tapi olebih dari pada itu, Ester dan Mordekhai bersedia untuk berpihak kepada mereka yang menderita dan mengalami ketidakadilan. Selama masih bisa diperjuangkan mereka tetap perjuangkan. Demikian halnya kiranya dengan kita sebagai orang percaya. Di manapun saudara berada, di level apapun posisi saudara dalam pemerintahan, perusahan ataupun di tengah masyarakat, kita dipanggil untuk menjadi Ester dan Mordekhai modern. Kita diajak untuk mampu memperjuangkan keadilan dan mengutamakan pembekaan kepada mereka yang menjadi korban.
Sudah saatnya orang percaya berani keluar dari sona nyaman dan siap terancam demi membebaskan orang lain dari ancaman ketidakadilan dan perlakuan buruk dari orang lain. Sebagai orang percaya kita harus berani melakukannya, sebab Tuhan menempatkan saudara di posisi itu karena ada maksud dan tujuan serta bukan suatu kebetulan.
Karena itu, mari kita lakukan Firman ini dalam hidup kita, dengan memulainya di dalam keluarga. Ajarkan anak-anak kita, ingatkan suami atau Istri kita bahwa apapun yang kita alami dalam hidup ini, Tuhan tidak pernah meninggalkan kita. Selanjutnya mari juga memiliki keberanian untuk menjadi alat di tangan Tuhan untuk membela kebenaran dan berpihak kepada mereka yang mengalami ketidak-adilan. Selanjutnya, jangan lupakan Tuhan dalam setiap peristiwa hidup kita.. AMIN.