Pendahuluan
Bagian bacaan kita hari ini tidak akan dipahami dengan baik, apabila tidak lebih dahulu membaca pasal-pasal awal kitab Ester secara keseluruhan. Kitab ini mengisahkan tentang 2 tokoh penting Yahudi yakni Ester dan Mordekhai yang ada di Istana Ahasyweros, kerajaan Persia. Bangsa Yahudi di sana mengalami banyak ketidak-adilan, khususnya oleh peran jahat dari tokoh kalangan istana yang sangat berpengaruh bernama Haman. Dalam pasal 5:9-14 kita menemukan bagaimana kemudian Haman merancangkan pembunuhan terhadap paman dari Ester, yakni Mordekai.
Tetapi justru rancangan jahat Haman kepada Mordekai berlaku sebaliknya. Tuhan bertindak melalui Ester sehingga kemudian Haman justru yang digantung dan bukanlah Mordekai (7:1-10). Tidak berhenti di situ, rancangan jahat Haman yang telah terlajur diedarkan melalui surat perintah untuk membinasakan orang Yahudi pun dapat diubah menjadi sesuatu yang baik bagi orang Yahudi sendiri. Dalam 8:1-17 kita menemukan bahwa raja Ahasyweros, melalui surat bersegel cicin Raja, membolehkan Israel untuk membela diri dari musuh-musuhnya, sehingga mereka bukan dibantai musuh, malah sebaiknya merekalah yang membantai musuh mereka.
Telaah Perikop
Ayat 13-14
Pada bacaan ini kita menemukan bahwa sejak ayat 1-12 pasal 9, orang Yahudi mendapat kesempatan untuk membalas kemalangan yang selama ini ditmpakan oleh musuh-musuh mereka bahkan dalam benteng Susan sendiri, orang Yahudi berhasil membinasakan 500 orang musuh.
Menarik untuk diperhatikan bahwa ketika Ester diberikan kesempatan oleh raja untuk meminta sesuatu sehubungan dengan kondisi yang terjadi saat itu, pada ayat 13 kita menemukan bahwa Ester meminta tambahan hari lagi bagi orang Yahudi di benteng Susan untuk melakukan pembalasan terhadap musuhnya. Lebih menarik lagi adalah, Sang Raja bagaikan di tusuk hidungnya, langsung mengiyakan dan mengabulkan permintaan Ester (ay.14). Dengan kata lain, orang Yahudi di benteng Susan mendapat tambahan “bonus” untuk membalas segala kejahatan yang dilakukan oleh musuh-musuh mereka.
Ayat 15-17
Apa yang dilalukan oleh orang-orang Yahudi di benteng Susan? Pada hari ke-14 mereka berkumpul dan melakukan hal yang sama seperti hari yang ke 13 yakni membunuh dan membantai musuh-musuh mereka. Pada hari ke-14 itu, orang-orang Yahudi berhasil membantai 300 orang. Dengan demikian, total musuh yang dibantai di Benteng Susan oleh orang Yahudi adalah 800 orang, yakni 500orang hari ke-13 dan 300 orang di hari ke-14.
Bagaimana dengan orang-orang Yahudi di luar benteng Susan namun hidup dalam wilayah kerajaan Persia yakni di 127 daerah jajahan? Pada ayat 16 disebutkan bahwa mereka berhasil mengalahkan 75ribu musuh dan membinasakan mereka di hari ke-13. Bagaimana dengan hari ke-14. Orang Yahudi di luar benteng Susan tidak melanjutkan perlawanan sebagaimana dengan yang ada di benteng Susan. Sebab ijin perlawanan hanya diberikan kepada orang Yahudi di dalam benteng Susan. Mereka yang diluar benteng dan yang tersebar di 127 daerah jajajah yakni hingga India sampai Etiopia sekalipun (bd.8:9) tidak iri hati dan tetap mematuhi perintah raja.
Lalu apa yg mereka lakukan pada hari ke-14 di luar Benteng Susan? Pada ayat 17 menyebutkan mereka beristirahat atau berhenti dan menjadikan hari itu hari perjamuan tanda syukur dan hari sukacita. Mereka tidak berpikir dengan iri tentang mengapa saudara2 mereka di benteng Susan masih diijinkan membunuh musuh pada hari ke-14. Justru sebaliknya hari itu dimanfaatkan mereka sebagai hari sukacita.
Ayat 18-19
Terdapat persamaan penting antara orang-orang Yahudi di dalam dan di Luar Benteng Susan. Yakni masing-masing mereka menyempatkan diri untuk bersyukur lewat perjamuan dan menjadikan hari itu sebagai hari Sukacita walaupun berbeda selisih satu hari. Hari itu pula menjadi cikal bakal hari raya Purim. Yakni pada hari ke-14 dan ke-15 bulan Adar tiap tahunnya diperingati sebagai hari sukacita hari kemenangan yang diberikan Tuhan kepada umatNya.
Aplikasi dan Relevansi
Ada beberapa hal penting dari Firman Tuhan hari ini yang dapat kita bawa dalam kehidupan sehari-hari:
1. Tuhan tidak pernah membiarkan umatNya terus menderita.
Di saat kita mengalami penderitaan, apa yang sering kita dipikirkan? Terutama ketika derita itu datang dari kebenaran yang kita perbuat dan karena ketidak-adilan orang lain? Pastilah sebagai umat percaya kita berpikir kapan Tuhan bertidak? Mengapa Dia membiarkan ini terjadi? Keadilan macam apa jika menderita seperti ini? Dll
Hari ini kita belajar pada kisah di atas, bahwa tidak selamanya orang benar itu dibiarkan goyah sebab Tuhan menopang tangannya (bd.Mzm 3723-24). Kita belajar untuk memahami bahwa ada saat untuk menderita namun ada saat pula untuk bahagia; ada masa dimana kita berduka namun juga kita saat nanti akan menjalani masa penuh sukacita. Penting untuk direnungkan adalah Tuhan itu adil, dan pembalasan itu adalah hak Tuhan kepada semua ciptaanNya. Tidak mungkin Tuhan membiarkan umatNya. Tugas kita adalah, belajar untuk bersabar menunggu waktu pemulihan itu, seperti orang Yahudi menerima itu dari Tuhan.
2. Berperanlah seperti Ester dan Mordekhai
Memang benar bahwa Tuhanlah sumber segala kuasa dan kekuatan sehingga orang Yahudi di seluruh wilayah kerajaan Persia memperoleh hari sukacita. Namun perlu disadari bahwa hal itu juga terjadi karena Ester dan Mordekhai bersedia dipakai Tuhan untuk melaksanakan rencanaNya. Bayangkan jika Ester dan Mordekhai dengan posisi penting di Kerajaan itu tidak mau peduli dengan penderitaan rakyat sebangsanya, maka sudah pasti orang Yahudi tidak akan pernah merayakan Hari Raya Purim tanda sukacita dan syukur atas kelegaan yang mereka rasakan waktu itu.
Saudara dan saya juga dipanggil untuk mampu berperan seperti Ester dan Mordekai. Di posisi yang cukup elit dalam kerajaan Persia mereka tidak segan untuk meyatakan kebenaran dan keadilan bagi kaumnya. Ini bukan sintimen ras atau karena alasan sesama bangsa. Tapi olebih dari pada itu, Ester dan Mordekhai bersedia untuk berpihak kepada mereka yang menderita dan mengalami ketidakadilan. Selama masih bisa diperjuangkan mereka tetap perjuangkan. Demikian halnya kiranya dengan kita sebagai orang percaya. Di manapun saudara berada, di level apapun posisi saudara dalam pemerintahan, perusahan ataupun di tengah masyarakat, kita dipanggil untuk menjadi Ester dan Mordekhai modern. Kita diajak untuk mampu memperjuangkan keadilan dan mengutamakan pembekaan kepada mereka yang menjadi korban.
Sudah saatnya orang percaya berani keluar dari sona nyaman dan siap terancam demi membebaskan orang lain dari ancaman ketidakadilan dan perlakuan buruk dari orang lain. Sebagai orang percaya kita harus berani melakukannya, sebab Tuhan menempatkan saudara di posisi itu karena ada maksud dan tujuan serta bukan suatu kebetulan.
3. Jadikan tiap peristiwa sebagai momentum syukur kepada Tuhan
Perhatikan apaya yang dilakukan oleh orang Yahudi yang berada di dalam dan di luar benteng Susan pada hari ke-15 dan ke-14 pasca perlawanan mereka. Hari-hari itu dijadikan hari Sukacita dan Perjamuan sebagai cikal bakal Hari Raya Purim. Moment itu dipakai sebagai cara mereka memperingati dan mensyukuri perbuatan Allah yang ajaib dalam hidup mereka. Tanda syukur bahwa Tuhan telah melawat umatNya.
Bagaimana dengan kita umatNya kini dan disini? Sudahkah kita mengingat Tuhan ditiap peristiwa dalam hari-hari hidup kita. Jadikanlah setiap hari sebagai peristiwa penting untuk mensyukuri kemurahan dan kebaikan Tuhan.
Karena itu, mari kita lakukan Firman ini dalam hidup kita, dengan memulainya di dalam keluarga. Ajarkan anak-anak kita, ingatkan suami atau Istri kita bahwa apapun yang kita alami dalam hidup ini, Tuhan tidak pernah meninggalkan kita. Selanjutnya mari juga memiliki keberanian untuk menjadi alat di tangan Tuhan untuk membela kebenaran dan berpihak kepada mereka yang mengalami ketidak-adilan. Selanjutnya, jangan lupakan Tuhan dalam setiap peristiwa hidup kita. Tuhan memberkati kita. AMIN.