TITUS 3:1-7
PENGANTAR
Titus adalah seorang pelayan yang
dikader oleh Rasul Paulus. Ada banyak kondisi sulit yang dihadapi Titus di
Kreta tempat ia melayani. Salah satunya adalah perlakuan tidak adil pemerintah
terhadap umat waktu itu dan juga sikap dan pola hidup umat Krsiten di Kreta
yang tidak mejadi teladan Kristus bagi orang lain. Ada beberapa saran Paulus
terhadap kondisi ini yang harus segera dilakukan dan diajarkan Titus kepada
jemaatnya yang tertuang dalam suratnya kepada Titus
TELAAH PERIKOP
Paulus
menganjurkan kepada Titus untuk memperhatikan beberapa hal penting ketika
menghadapi kondisi di Kreta, yakni:
1. Bagaimanakah Sikap Orang Kristen Kepada Pemerintah? (ay.1)
Umat Percaya dimintakan untuk melakukan ketaatan penuh
kepada para penguasa atau pemerintah lewat tunduk kepada setiap perintah yang
disampaikan. Mengapa perlu taat kepada pemerintah bahkan tunduk pada
kekuasaan mereka. Dalam Roma 13:1-7 kita menemukan alasannya, yakni:
Pertama, pemerintah ada karena perkenan Allah
(ayat 1). Entah mereka baik atau buruk, Tuhanlah yang mengizinkan mereka
berkuasa. Kepada Pilatus yang menyalibkan-Nya, Yesus berkata: “Engkau tidak
mempunyai kuasa apa pun terhadap Aku, jikalau kuasa itu tidak diberikan
kepadamu dari atas” (Yohanes 19:11). Kita tunduk pada pemerintah, bukan
berdasarkan baik tidaknya mereka, tetapi karena kita menghormati Allah yang
menetapkan mereka.
Kedua, karena pemerintah ditetapkan oleh
Allah, maka otoritas tertinggi ada di tangan Allah. Pemerintah yang memimpin
menurut cara Allah akan memimpin dengan adil (ayat 3). Jika perintah mereka
berlawanan dengan firman Tuhan, yang mutlak harus ditaati adalah Tuhan.
Beberapa contoh sikap dalam Alkitab: dua bidan di Mesir yang tidak menaati
Firaun; Daniel yang melanggar titah Raja Darius, Petrus dan Yohanes yang
menolak perintah mahkamah agama. Mereka tidak kasar berontak, tetapi dengan
jelas dan tegas menyampaikan kebenaran apa pun risikonya.
2. Bagaimanakah Sikap Orang Kristen Kepada masyarakat sekitar? (ay.2)
Paulus berpesan melalui Titus agar
jemaat, pengikut Yesus, selalu ramah terhadap semua orang. Berlaku ramah bukan
hanya kepada sesama pengikut Yesus, melainkan juga kepada semua orang, kepada
mereka yang berlaku baik terhadap jemaat maupun yang tak menyukai jemaat.
Kelemah-lembutan adalah suatu karunia Roh Kudus (Gal.5:23). Dengan demikian
karena orang percaya telah dikuasai Roh Kudus maka sudah sepatutnya hidup ramah
kepada semua orang.
3. Apakah Motivasi melakukan dua hal di atas? (3-7)
Paulus menekankan bahwa semua perbuatan baik yang
dilakukan oleh orang percaya dengan cara tunduk kepada pemerintah ataupun
berbuat baik kepada semua orang bukanlah pertama-tama dilakukan atas motivasi
demi menyenangkan pemerintah atau sesama manusia, namun sebagai wujud hidup orang
percaya yang telah diselamatkan oleh anugerah keselamatan dari Tuhan Yesus
Kristus.
Perbuatan baik kepada pemerintah dan sesama haruslah
dipahami bukan sebagai syarat untuk dapat diselamatkan. Sebab umat percaya
tidak diselamatkan karena perbuatan baik kita (ay.4) namun justru karena
anugerah Allah. Karena itu motivasi yang tepat untuk tunduk pada para penguasa
dan sesama harus dilakukan sebagai tanda syukur atas kemurahan Allah.
APLIKASI DAN RELEVANSI
Kekristenan bukan hanya sebuah ajaran ketuhanan (teologi).
Kekristenan adalah sebuah nilai hidup yang harus diterapkan dalam kehidupan
nyata, di tengah masyarakat. Dari surat Paulus ini kita dapat belajar
bagaimana seharusnya orang-orang Kristen bersikap ketika harus hidup sebagai
kelompok minoritas, di sebuah masyarakat dan pemerintahan yang tidak mengenal
nilai-nilai kekristenan. Paulus menasihati orang-orang Kristen di pulau
Kreta agar mereka tunduk dan taat kepada pemerintah. Sikap yang serupa
juga harus ditunjukkan terhadap masyarakat, yaitu sikap bersahabat dan
anti-kekerasan.
Mudahkah bersikap demikian? Tentu tidak mudah! Apalagi bila
kita hidup di tengah pemerintah dan masyarakat yang tidak bersahabat dengan
kekristenan. Namun, orang-orang Kristen mempunyai beberapa alasan (motivasi)
yang jelas untuk bersikap demikian. Pertama, kita harus ingat bahwa kita
juga orang-orang berdosa (ay.3). Firman Tuhan mengajarkan kita untuk
bersikap rendah hati, juga secara rohani. Bukankah sikap arogan dan
merasa diri paling suci (dan orang lain sesat) sering digunakan sebagai alasan
untuk memusuhi atau bahkan menganiaya orang lain? Di Indonesia, kenyaatan
semacam ini sangat memprihatinkan. Kedua, kita harus senantiasa mengingat
kasih dan kemurahan Allah yang telah menyelamatkan kita. Jika kita ingat kasih dan kemurahan Tuhan kepada kita, masih adakah
alasan untuk menahan kasih dan kemurahan kita kepada orang lain? Amin
No comments:
Post a Comment