KISAH RASUL
16:1-3
A. PENDAHULUAN
Timotius dikenal sebagai anak rohani Paulus, seperti yang tertulis
dalam 1 Timotius 1:2. Di usia mudanya, Timotius sudah sanggup tampil di depan,
menjadi teman sekerja Paulus dalam melayani. Paulus adalah seorang Rasul yag
dikenal giat melakukan Pekabaran Injil di daerah-daerah non Yahudi, yang juga
sebagai manusia biasa, dia membutuhkan teman sekerja sebagai rekan
sepelayanannya. Pada bacaan kita, Paulus memilih Timotius sebagai rekan
sekerjanya dan kawan sepelayanannya.
B. GALIAN PERIKOP
(Tafsiran)
Jika kita mencari tahu latar latar belakang dari Timotius, kita akan
mendapati awal perjumpaan Paulus dengan Timotius tertulis di Kisah Rasul 16:1-3
bacaan kita saat ini. Paulus bertemu dengan Timotius pada saat ia tiba di
Listra (sekarang dikenal sebagai Turki). Ibu Timotius adalah seorang Yahudi
yang telah menerima Yesus, sedang ayahnya orang Yunani. Alkitab mencatat bahwa
Timotius terkenal sebagai orang baik di kalangan orang-orang percaya. (Kisah
Para Rasul 16:2).
Dari mana ia tumbuh seperti itu dan bisa bersinar sejak usia mudanya? Di
dalam Timotius 1:5 kita menemukan pernyataan sebagai berikut: ”...Sebab
aku teringat akan imanmu yang tulus ikhlas, yaitu iman yang pertama-tama hidup
di dalam nenekmu Lois dan di dalam ibumu Eunike dan yang aku yakin hidup juga
di dalam dirimu" .
Ayat tersebut menjelaskan bahwa ternyata ibu dan nenek Timotius mempunyai peran
sangat penting dalam mendidiknya. Nenek dan ibunya memberi teladan hidup yang
baik bagi Timotius. Selanjutnya kita bisa baca di dalam 2 Timotius 3:15 bahwa
sejak kecil, Timotius telah dikenalkan dengan Alkitab, sehingga dirinya diberi
hikmat dan dituntun pada keselamatan oleh iman kepada Kristus. Semua ini
berasal dari iman
neneknya, Lois, kemudian turun pada ibunya,
Eunike, hingga lalu sampai kepada Timotius.
Dengan demikian kita menemukan alasan mengapa pada ayat 2 bacaan kita,
Timotius disebut sebagai pribadi yang dikenal baik oleh banyak orang Kristen di
sana. Ternyata ada dua faktor penyebab, yakni:
1. Faktor Keluarga, yakni didikan dan teladan serta
warisan iman yang diterima Timotius dari neneknya, kemudian ibunya dan akhirnya
mempola prilaku Timotius menjadi pribadi yang baik dan beriman.
2.
Faktor Pribadi, yakni sejak kecil
Timotius sudah belajar untuk mengenal Kitab Suci dan berusaha mengenal Allah
lewat Firman Tuhan yang ia baca tiap hari.
Selanjutnya ada hal penting untuk
diperhatikan dari sisi sudut pandang pemilihan rekan sepelayanan yang dilakukan
Paulus kepada Timotius. Sebenarnya memilih Timotius adalah resiko besar bagi
paulus. Paulus berani memilih Timotius dengan segala resiko yang
ada. Dikatakan bahwa ayah Timotius adalah seorang Yunani.
Ini
adalah tindakan yang bernai. Sebab antara orang Yahudi dan Yunani secara politis
maupun keagamaan tidak pernah akur dan selalu bermusuhan. Bagaimana mungkin
Timotius akan diterima oleh jemaat Yahudi yang sangat fanatis soal Hukum Musa.
Di sinilah kita melihat kebijaksanaan seorang pelayan yang menilai dan
memperlakukan calon rekan sepelayanannya.
Paulus
melakukan beberapa tahapan sebelum Timotius bertugas. Yaitu dengan melakukan
surat terhadap Timotius. Disini Paulus benar-benar melakukan apa yang
diperlukan bagi seorang pewarta injil supaya tidak menjadi batu
sandungan, dikemudian hari. Dalam ayat 3 bacaan kita, Paulus meminta agar
Timotius disunat menurut tradisi Yahudi sehingga ia dapat diterima dalam
kelompok Yahudi yang sekaligus diterima oleh kelompok Yunani karena ayahnya
adalah seorang Yunani.
Karena
Timotius berasal dari keturunan campuran, bapanya Yunani dan ibunya orang
Yahudi yang telah menjadi percaya, Paulus menyuruh untuk menyunatkan dia. Hal
itu di lakukan Paulus bukan karena dia masih terikat dengan ketentuan hukum
Taurat, tapi untuk menciptakan suasana yang tetap kondusif dikalangan
orang-orang Yahudi. Jadi bukan untuk kepentingan Paulus, tapi untuk kepentingan
orang banyak.
C. APLIKASI DAN RELEVANSI (Penerapan)
Ada
beberapa pokok penting dari Firman Tuhan ini yang dapat kita terapkan, yakni:
1. Terkadang kita juga harus bersikap seperti Paulus yang demi kepentingan
orang banyak rela mengalah dari idealisme diri sendiri. Sikap mengalah ini
bukan berarti kalah, tapi justru untuk hasil dan kepentingan yang lebih besar.
Kita mau belajar seperti Paulus yang mau mengalah dan melepas idealismenya demi
terwujudnya keadaan yang menunjang pelayanannya. Tapi ingat, dia rela mengalah
karena punya tujuan yang pasti, keselamatan jiwa-jiwa. Segala
sesuatu yang dapat diperbuat demi keselamatan jiwa-jiwa sekalipun harus
mengham-bakan diri, yang menjadi jiwa pelayanan Paulus, biarlah itu juga
menjiwai pelayanan kita (1 Korintus 9:19-23). Idealis
itu baik, tapi bukan menjadi hal yang harus dipertahankan mati-matian, iman
itulah yang harus dipertahankan sampai mati. Jadilah orang yang bisa membawa
dan menyesuaikan diri di-manapun kita berada.
2. Timotius dipilih oleh Paulus karena ia dikenal baik dalam lingkungan jemaat
dan masyarakat. Timotius menjadi seperti itu karena peran keluarga yakni orang
tua yang sangat membentuknya. Orang tua bukan
hanya pengajaran atau didikan, tapi orang tua pun harus sanggupmenjadi
teladan bagi anak-anaknya. Karena itu sangatlah penting peran keluarga
untuk menciptakan kehidupan anak yang bertumbuh menjadi baik dan kemudian kelak
dipakai Tuhan dalam berbagai pekerjaan mulia seperti yang terjadi pada
Timotius.
3. Tidak mudah memang menjadi pewarta injil. Dan tidak mudah juga untuk
bekerjasama dengan dengan orang lain. Namun ketika mereka dipersatukan dalam
ikatan tugas, mereka benar-benar memahami kebersamaan tersebut. Itulah yang
terjadi antara Paulus dan Timotius, terlebih apabila kita membaca surat2 Paulus
kepada Timotius dalam Alkitab. Alangkah indahnya ketika kita juga dapat bekerja
bersama.Paulus bukan sekedar memilih Timotius
tetapi ia sekaligus menempatkan Timotius untuk masa depan. Masa depan
perkembangan injil dan menjadikannya sebagai kawan sekerja dalam pelayanan
tanpa memandang latar belakang Timotius.
No comments:
Post a Comment