YAKOBUS 5:1-6
Ibu-ibu Kekasih Tuhan.
Banyak
orang salah memahami nats ini dengan berpikir bahwa Firman Tuhan melarang untuk
menjadi orang kaya atau mencari kekayaan. Tindakan
mengumpulkan harta yang disapa dalam nas ini tidaklah sama dengan bekerja
mencari nafkah. Alkitab mengharuskan kita bekerja untuk mencari nafkah (2Tes 3:10
Sebab, juga waktu kami berada di antara kamu, kami memberi peringatan ini
kepada kamu: jika seorang tidak mau bekerja, janganlah ia makan, bnd
Kej. 3:17-19) dan karenanya itu bukanlah dosa. Bahkan jikalau kita bekerja
untuk tujuan tertentu seperti ingin membangun atau membeli rumah, dsb itu tentu
tidak bisa disalahkan. Tindakan yang di kecam dalam nas ini adalah orang yang
mengumpulkan harta atau uang demi harta itu sendiri, atau harta itu menjadi
tujuan akhir dari semangat (nafsu) kerjanya dalam hidup ini.
Di
dalam perikop ini, Yakobus menyampaikan kecaman serius kepada orang-orang kaya.
Dia bukan sekadar mengungkapkan dosa-dosa mereka; dia juga berkata bahwa Allah
akan menghakimi dosa-dosa mereka. Siapakah orang orang kaya yang ditegur ini?
Orang orang Kristen di gereja atau orang orang yang tidak percaya? Banyak
penafsir Alkitab yang berpendapat bahwa orang-orang kaya yang dimaksudkan di
sini bukanlah orang-orang percaya karena Yakobus tidak menyebut mereka dengan
sapaan saudara seiman. Tentu saja, sangat sulit bagi kita untuk memastikan
apakah mereka orang percaya atau bukan. Namun satu hal yang pasti adalah bahwa
surat dari Yakobus ini ditujukan kepada jemaat. Seperti surat-surat Paulus yang
dibacakan di depan jemaat, surat dari Yakobus juga dibacakan keras-keras di
depan jemaat di gereja. Surat-surat dari para rasul itu tidak dikirimkan kepada
orang-orang non-Kristen. Jika kita adalah orang orang percaya, maka kita wajib
memperhatikannya.
Pertama-tama,
kita lihat bahwa Yakobus menyebut tentang 4 dosa orang-orang kaya di dalam ayat
1-6:
-
pertama ada
di ayat 3, bahwa mereka hanya peduli pada urusn menimbun kekayaan;
-
kedua ada
di ayat 4, bahwa mereka menahan atau menekan upah para pekerjanya;
-
ketiga ada
di ayat 5, bahwa mereka menceburkan diri pada kesenangan duniawi;
-
keenam ada
di ayat 6, bahwa mereka membunuh orang-orang benar. Walaupun Yakobus
menguraikannya menjadi 4 macam dosa, namun semua itu memiliki akar yang sama,
yaitu keserakahan. Semua dosa itu adalah hasil dari keserakahan.
Ibu-ibu Kekasih Tuhan.
Ungkapan
'mengumpulkan harta' di ayat 3 itu adalah kata kerja dala,m bahasa Yuanani yang
berarti 'menyimpan (save)' atau' mengumpulkan (gather); pada umumnya, benda
yang kita simpan adalah harta yang berharga, jadi kata benda untuk ungkapan
tersebut bermakna 'harta (treasure)'. Apakah arti dari 'mengumpulkan' itu?
Maknanya adalah menimbun sisa yang lebih, entah berupa hasil panen, pakaian,
emas maupun perak. Kelebihan itu ditimbun dan disimpan. Itulah awal dari
keserakahan. Mengapa hal tersebut dikatakan serakah? Karena dengan kelebihan
tersebut, si Kaya bukan menyalurkan kepada orang yang membutuhkannya; namun
justru menimbunnya sampai menjadi rusak atau buruk. Orang tidak mau berbagi
dengan orang-orang lain yang benar benar membutuhkannya.
Dengan
kata lain upaya menimbun ini akan dilakukan dengan berbagai cara supaya jauh
dari kerugian dan pengeluaran biaya. Itulah sebabnya di ayat 4, Yakobus berkata
bahwa orang-orang kaya itu sering berhutang upah kepada para pekerjanya. Ini
bukan karena mereka tak punya uang untuk membayar upah. Yang mereka pikirkan
hanya bagaimana cara untuk terus bisa memperbanyak jumlah uang mereka.
Berhutang upah pada para pekerja atau mempertaruhkan kesejahteraan pekerja,
adalah taktik yang lazim dipakai orang-orang kaya dalam menambah kekayaan
mereka.
Mereka-mereka
yang mengumpulkan sejumlah besar jenis property yang menyenangkan hati mereka,
mereka menyimpannya terus sampai barang-barang itu hancur/rusak, “lebih baik
hancur dari pada dipakai oleh orang-orang yang sedang membutuhkan” (Luk. 6:24
“Tetapi celakalah kamu, hai kamu yang kaya, karena dalam kekayaanmu kamu telah
memperoleh penghiburanmu”)
Mereka-mereka
yang menumpuk harta dengan melakukan ketidakadilan dan penipuan, menyimpannya
dari orang yang layak menerimanya (Yak. 5:4), harta itu akhirnya “terkorosi”
oleh karat. Memang emas dan perak takkan terkena karat seperti halnya besi dan
baja, tapi karena disimpan dalam jangka waktu yang lama apalagi di tempat yang
lembab dan basah, maka akan ada warna gelap mirip karat. Karat atau perubahan
warna ini hendak menyaksikan dan menyadarkan bahwa kekayaan atau harta itu
tidak dipergunakan sebagaimana mestinya, juga untuk membayar pekerja-pekerja
yang layak mendapatkan upahnya.
Ibu-ibu Kekasih Tuhan.
Emas dan Perak yang berkarat sama kondisinya dengan daging yang
“dihinggapi” api, hukuman Allah akan datang atas keserakahan dan ketidakadilan
manusia. Pada hari penghakiman kelak, harta yang sebenarnya akan dinyatakan,
harta yang dipakai bukan untuk kesombongan, bukan untuk kemewahan, atau untuk
dipergunakan di masa yang akan datang (Rom. 2:5 “tetapi oleh kekerasan hatimu
yang tidak mau bertobat, engkau menimbun murka atas dirimu sendiri pada hari
waktu mana murka dan hukuman Allah yang adil akan dinyatakan”).
Dampak
dari mengumpulkan harta di bumi adalah bahwa kita akan mendasarkan jaminan rasa
aman kita pada harta duniawi dan iman kita kepada Allah akan semakin berkurang,
karena kita semakin bergantung kepada kekayaan yang kita miliki di bumi, apakah
kita masih perlu untuk percaya kepada Allah? Banyak orang Kristen, demi
menimbun harta untuk jaminan masa depan, sampai mencurahkan segenap waktu dan
tenaga bekerja keras memperbesar penghasilan mereka. Mereka tak punya waktu
untuk Allah. Yesus menyuruh kita untuk mencari dahulu Kerajaan Allah dan
Kebenarannya namun firman tersebut semakin diabaikan. Yang kita pedulikan serta
kita kejar adalah rasa aman dan kekayaan duniawi dan mulai abaikan hal-hal yang sifatnya rohani.
Ibu-ibu Kekasih Tuhan.
Mencari kekayaan adalah manusiawi dan bukan
dosa. Namun kita diajarkan Firman Tuhan ini bahwa kekayaan adalah berkat Tuhan.
Berkat itu harusnya tidak merugikan orang lain dan merendahkan kemanusiaan
orang lain. Karena kekayaan yang kita cari adalah berkat Tuhan, maka adalah
keliru jika kita menjadi lupa untuk lebih dulu mencari Tuhan Sang Pemberi
berkat itu. Karena itu marilah memuliakan Tuhan dengan harta dan kekayaan.
Marilah pula menyukacitakan orang lain lewat harta kekayaan yang dianugerahi
TUHAN itu. Amin.
No comments:
Post a Comment