Mazmur 68 : 25 - 30
Pendahuluan
Pernahkah bapak-bapak
menyaksikan secara langsung atau melalui media televisi sebuah arak-arakan?
Arak-arakan ini adalah Istilah yang biasa dipakai untuk menamakan suatu
peristiwa kesenian atau "keramaian," yang terkait dengan suatu pesta
perayaan. Arak-arakan selalu mengandung aspek berjalan, pawai, yang bergerak
dari suatu tempat ke tempat yang lain. Sesuatu yang diarak adalah yang dibawa
berjalan (keliling) dengan diramaikan atau ditonjolkan. Istilah lain yang
memiliki arti serupa adalah karnaval (dari bahasa Inggris carnival). Dalam
banyak tradisi, perayaan individual atau keluarga seperti pernikahan, biasa
disertai arak-arakan. Demikian pula untuk perayaan upacara-upacara komunal,
seperti hari kemerdekaan, hari-jadi kota, hari kartini dll.
Arak-arakan
boleh dibilang acara yang paling meriah dari suatu rangkaian upacara, karena
paling menampak pada publik, melibatkan partisipasi paling banyak orang, paling
ramai, dan paling lebar jangkauan arealnya--karena bergerak atau berkeliling.
Pelbagai penampilan bisa hadir dalam acara itu, mulai dari anak-anak dengan
seragam sekolah, pegawai negeri dengan seragam Korpri, musik, tari-tarian,
sulap, atraksi kocak, sampai pada demonstrasi kekebalan tubuh. Sehingga kita
bisa membayangkan betapa ramainya suasana pada saat arak-arakan berlangsung.
Tapi arak-arakan tidak sekedar ramai-ramai, atau senang-senang. Ia memiliki
makna yang kompleks, yang timbul dari kesadaran ataupun bawah-sadar--karena itu
tidak semuanya bisa ditebak dengan mudah apa "artinya." Ada yang
sekedar senang-senang, turut bergembira meramaikan, ada yang menunjukkan
kemakmuran, keberuntungan atau kemalangan kelompoknya, dan ada juga yang berupa
sindiran kritis atau protes terhadap situasi sosial-politik yang terjadi saat
itu…
Bapak-bapak yang terkasih
dalam Tuhan,
Pada pembacaan Alkitab kita pada malam ini, kita pun
menemukan sebuah arak-arakan besar untuk merayakan pemindahan tabut perjanjian
Tuhan dari obed-edom ke kemah baru yang telah dibangun oleh Daud di bukit sion
(2 Sam 6:2-18) dengan tujuan akhir yaitu tabut itu akan dibawa ke Yerusalem
(Mzm 68:30). Dalam arak-arakan itu, Mazmur inilah yang dinyanyikan dan
dikumandangkan bagi Allah yang telah menyertai
umat Israel dan membebaskannya dari berbagai kesengsaraan. Marilah kita
melihat perikop demi perikop dalam pembacaan kita.
·
Jika kita melihat ayat 26, pada barisan depan arak-arakan
didahului oleh penyanyi-penyanyi, di tengah-tengah yaitu dayang-dayang yang
memukul rebana dan pemetik-pemetik kecapi. Hal ini mau menunjukkan bahwa
arak-arakan bagi Tuhan diiringi oleh madah syukur dan puji-pujian bagi Allah
yang telah membebaskan umat Israel dari berbagai cobaan dan kesesakan.
Puji-pujian ini dilantunkan sebagai sebuah persembahan bagi kemuliaan Allah
yang telah melakukan banyak perbuatan besar bagi bangsa Israel.
·
Pada ayat 27 dan 28, merupakan puji-pujian yang harus
didendangkan kepada Allah oleh seluruh umat tanpa kecuali termasuk umat Israel
itu sendiri yang merupakan bagian dari kedua belas suku Israel yang diwakilkan
oleh empat suku yaitu Benyamin,Yehuda, Zebulon dan Naftali.
·
Pada ayat 29 dan 30, pada arakan itu bukan hanya puji-pujian
yang dinaikkan kepada Allah tetapi juga permohonan dan harapan agar Tuhan Allah
mengerahkan kekuatanNya dan menunjukkan kekuatanNya karena Allahlah yang
bertindak dalam kehidupan umatNya.
Bapak-bapak yang terkasih
dalam Tuhan,
Demikian Firmah Tuhan ditafsirkan, sekarang apa yang dapat
kita terapkan dalam hidup beriman kita?
Pertanyaan penting bagi saya dan saudara, seberapa seringkah
kita memuliakan Dia?memuji namaNya? Menaikkan puji-pujian bagiNya? Baik dalam
suasana apapun, duka terlebih sukacita. Seberapa seringkah kita menyediakan dan
memberikan diri kita untuk melakukan pujian penyembahan bagi Tuhan karena
perbuatanNya yang selalu ajaib dalam hidup kita? Atau bahkan kita sering lupa
jika kita dalam keadaan senang, happy, bahagia? Kita hanya datang kepadaNya di
saat kita sedang membutuhkan pertolonganNya, di saat kita susah…
Firman Tuhan mau mengingatkan kita bahwa dalam situasi apapun
baik suka dan duka haruslah senantiasa kita menaikkan syukur kepada Allah
melalui puji-pujian dan penyembahan. Daud melakukan itu, dia bermazmur untuk
menyatakan kemenangannya bersama Allah ketika dia mengingat betapa Tuhan telah
banyak berkarya dalam kehidupannya.
Kita pun saat ini diingatkan untuk melakukan hal yang sama.
Puji-pujian bukan hanya kita naikkan pada saat kita beribadah di gereja saja
atau dalam persekutuan-persekutuan pelkat seperti ini, tetapi baiklah kita
melakukannya di dalam keluarga kita. Ajak istri dan anak-anak untuk melakukan
pujian dan penyembahan sebagai bukti rasa terima kasih kita kepada Tuhan yang
telah melakukan banyak perkara besar dalam hidup kita .
Kiranya
Roh Kudus memampukan kita agar hidup selaras dengan firman Tuhan yang telah
kita dengar. Tuhan Yesus memberkati. AMIN
No comments:
Post a Comment