Wednesday, November 12, 2025

1 PETRUS 2:23-25

 1 PETRUS 2:23-25
Bahan Khotbah Ibadah Keluarga
19 November 2025


PENGANTAR



Para penerima surat 1 Petrus ini, hidup dalam masa-masa sukar. Mereka ada di zaman sulit. Saat dimana Kekristenan alami penganiayaan. Dibenci oleh
Kaizar Nero, sang penguasa. Tentu saja, bagi yang memiliki mentalitas cari aman, pilihan mengikuti jejak Yesus, bukanlah keputusan cerdas. Mereka akan memilih menolak salib, sebab itu derita. Terhadap yang setia beriman, namun minim pemahaman, Petrus bukan saja mencerdaskan, namun juga menguatkan melalui suratnya ini.

 


TELAAH PERIKOP (Tafsiran)


Untuk dapat memahami aya 23-25, sangat baik untuk membaca dan menemukan penjelasan keseluruh perikop yakni ay. 18-15. Perikop ini dapat dibagi dua, yaitu
pertama, berisi nasehat tentang bagaimana bersikap sebagai seorang Kristen dengan status sosial tertentu ditengah masyarakat (ay.18-20) dan kedua, apa dasar dari atau alasan dari nasehat-nasehat tersebut (ay.21-25).

 

1.      Isi Nasehat dan Himbauan Petrus (ay.18-20)


Tidak mudah untuk mengerjakan nasehat yang ada pada ayat 18-20 bacaan kita. Bagaimana mungkin menerima begitu saja tiap ancaman dan perlakuan tidak adil sebagai hamba terhadap tuan yang bengis itu? Bahkan dalam ayat 19-20 penderitaan akibat perlakuan buruk itu disebut “kasih karunia pada Allah”. Bagaimana mengerti perintah atau nasehat petrus ini?

 

Istilah “tunduk” dipakai oleh LAI untuk menerjemahkan katahupotassomai yang berarti bahwa saya menempatkan diri (membiarkan diri ditempatkan) di bawah pengaturan atasan. Jadi, kata itu tidak semutlak “menaati”. Misalnya, saya harus taat kepada Allah, dan anak (kecil) kepada orangtuanya. Tetapi dalam hubungan hierarkis, seperti pemerintah, tempat kerja dsb, saya harus mengakui kuasa yang diberikan Allah kepada atasan. Pada umumnya hal itu berarti bahwa saya menaati atasan, tetapi, seperti Petrus sendiri yang “tidak taat” kepada Mahkamah Agung Yahudi, ada saatnya juga saya harus menaati Allah daripada manusia (Kis 4:19).

 

Kemudian, kata “ketakutan” (Yun: fobos) di sini merujuk pada rasa hormat. Tentang atasan, kata fobos dapat berarti “takut kena penyiksaan dari atasan yang bengis” atau “takut mengecewakan atasan yang ramah dan yang saya hormati”. Ketakutan yang pertama memang perasaan yang dialami jika ada tuan yang bengis. Tetapi ketakutan yang kedua, tidak boleh diabaikan yakni takut mengecewakan tuan yang ramah. Dengan demikian, “tunduk dengan penuh ketakutan”  kepada tuan, harus dipahami dalam dua kategori tadi.

 

Tetapi bagaimana jika diperlakukan tidak adil oleh tuan yang begis? Tentu hal itu tiidaklah mudah, apalagi mesti menganggap bahwa hal itu adalah anugerah (kasih karunia). Dalam aya.19-20 terjemahan “kasih karunia” atau “anugerah” harus dimengerti sesuai dengan pengertian asali dari istilah ini. Kata Kasih Karunia berasal dari istilah Yunani “kharis yang berarti sikap yang baik kepada pihak lain. Seringkali kata kharis dipakai untuk sikap Allah yang baik kepada kita bukan karena perbuatan kita melainkan karena penebusan dalam Kristus, dan untuk artian itu terjemahan “Anugerah atau kasih karunia” oleh LAI adalah tepat.

 

Tetapi di sini Petrus merujuk justru pada perbuatan atau sikap yang berkenan di hadapan Allah, yaitu menanggung penderitaan yang tidak adil. Allah melihat perlakuan yang tidak adil itu, dan memuji kita, bukan memuji tuan yang bengis. Jika kita tetap menerima dengan rela keburukan itu tanpa bersungut maka di mata Tuhan itu adalah kasih karunia, atau pada pandangan Allah perbuatan kita itu adalah perbuatan yang baik (kharis).

 

2.      Landasan dan alasan himbauan itu (ay.21-25)

Bagaimana kita tahu bahwa Allah berkenan atas penanggungan penderitaan yang tidak adil dan menganggap apa yang kita lakukan (menerima dengan tunduk pada atasan yang begis) dianggap suatu perbuatann baik atau kasih karunia? Karena Kristus telah merintis jalan itu. Perlakuan terhadap Kristus ketika Dia ditangkap dan disalibkan adalah perlakuan paling tidak adil karena Kristus tidak ada dosa sama sekali (ay.22). Namun, Kristus tidak membalas tetapi menyerahkan perlakuan itu kepada Sang Hakim yang adil (ay.23). Jika kita menanggung penderitaan yang tidak adil, itu bukan suatu kerugian, sebaliknya hal itu adalah kasih karunia atau dianggap perbuatan baik yang kita lakukan di mata Allah.

 

Kita diajak untuk meneladani Kristus dalam penderitaanNya dan menjadikan itu motivasi bagi kita untuk melakukan perbuatan baik walau alami penderitaan (ay.24-25). Artinya, kita diajak bahwa andaikata harus menderita karena menjadi orang Kristen sekalipun, kita harus tetap berbuat baik. Jangan hanya karena kondisi hidup yang tidak baik, kita akhirnya melakukan hal yang tidak benar dan membawa kita dalam dosa. Pada bagian ini sangatlah penting, yakni Petrus mengajak kita untuk meninggalkan perbuatan dosa kita agar menjadi kesaksian bagi banyak orang termasuk mereka yang menista kita sekalipun. Tetap berbuat baik dalam penderitaan sekalipun adalah suatu kesaksian yang mmeberikan telandan kepada banyak orang.

 

RELEVANSI DAN APLIKASI

Apa yang hendak Petrus sampaikan pada para pembaca suratnya kala itu, Untuk dapat kita aplikasikan dalam hidup beriman kita? Ada beberapa hal penting, yakni:

1.      Perhatikan ayat 20 yang berbunyi: “…Tetapi jika kamu berbuat baik dan karena itu kamu harus menderita, maka itu adalah kasih karunia pada Allah. Sebab untuk itulah kamu dipanggil, karena Kristuspun telah menderita untuk kamu dan telah meninggalkan teladan bagimu, supaya kamu mengikuti jejak-Nya.” Dengan sangat sederhana, Petrus mau mengatakan, bahwa dengan mengikuti jejak Yesus, ujungnya adalah hidup! Bukan melulu penderitaan, apalagi kematian. Dengan demikian, ia secara tegas mengingatkan kaum beriman di zamannya, bahwa tidak sia-sia setia beriman, dandan meneladani Kristus. Jika kita tetap rela menderita karena kebenaran, maka itu dipandang oleh Allah sebagai perbuatan baik, yakni suatu kasih karunia. Sehingga di masa sukar itupun, kita tetap dapat bersaksi tentang kebenaran.

 

2.      Motivasinya jelas, yaitu menyenangkan hati Allah. Para budak atau hamba pada jaman itu diminta untuk tetap setia, berlaku benar, dan bersikap baik pada para tuan mereka, bukan untuk menjilat. Bahkan tetap berbuat baik meskipun diperlakukan jahat. Tujuannya untuk memuliakan nama Allah! Menjadi teladan hidup bagi dunia sekitar. Lainnya, sebagai wujud pelaksanaan dari tugas panggilan iman. Jadi entah kita mengalami penderitaan atau tidak, saudara dan saya diajak meiliki motivasi yang tepat dalam hidup ini yakni: Menyenangkan Tuhan.

 

3.      Sebagai orang percaya kita dipanggil untuk meneladani Kristus, yang rela menderita bahkan hingga mati di kayu salib. Ia tidak melawan, iapun tidak membalas. Sebab ia tahu kepada siapa ia harus tunduk, yakni pada Sang Bapa dan misiNya bagi dunia. Kerelaan kita untuk menjalani kehidupan ini dan juga siap hadapi derita demi suatu kebenaran, hal itu semata karena tunduk dan taat pada Sang Tuan yang Agung yakni Allah Bapa kita. Kendatipun harus menderita, kita tetap memilih untuk tetap berbuat baik dan benar. Supaya melalui itu nama Tuhan tetap dimuliakan.

 

Karena itu, marilah jalani hidup ini. Entah di saat kita menderita sekalipun atau hidup dalam sukacita, pastikan bahwa kita tetap menyenangkan Tuhan lewat memuliakan namanya dalam semua keadaan hidup ini. Sebab dengan demikian kita telah menajdi saksi Kristus dalam dunia, sekaligus memberi teladan tentang bagaimanakah hiduo dalam kebenaran di tengah ketidaknyamanan sekalipun. Amin 

I PETRUS 1 : 3 – 12

 

I PETRUS 1 : 3 – 12 (3-16)
BAHAN KHOTBAH IBADAH HARI MINGGU
16 November 2025

 

PENGANTAR


Surat ini ditujukan kepada jemaat Kristen yang berstatus sebagai pendatang dan perantau di daerah Asia Kecil di bagian utara. Mereka hidup di tengah kondisi dan situasi masyarakat serta penguasa yang cenderung menolak bahkan memusuhi dan menganiaya mereka. Sebab itu penulisan surat ini memiliki tujuan penting agar jemaat sadar dan siap sedia dalam mengalami tantangan dan menanggung derita oleh sebab iman kepada Kristus.
 

Pada 1:3-6, Rasul Petrus mengingatkan dan menguatkan bahwa segala penderitaan mereka tidak akan membuat mereka kalah karena kekuatan iman mereka terletak pada Kristus yang telah mengalami derita sengsara dan kematian dalam rangka menebus manusia dan mengampuni dosa manusia. Kristus yang telah bangkit dan menang atas maut menjadi sumber pengharapan setiap orang percaya akan kebangkitan dan kehidupan kekal yang jauh melebihi apapun juga. Kristus yang hidup, menyertai dan menguatkan umat-Nya dalam pengharapan iman mereka untuk tetap tekun dan setia sampai pewujudan kemuliaan sorgawi dinyatakan kepada mereka yang tekun beriman.

 

PEMAHAMAN TEKS

Petrus memuji iman jemaat kepada Kristus, sebab iman mereka tidak didasarkan pada penglihatan (1:8). Alasan inilah yang mendorong Petrus bertindak melalui suratnya untuk meneguhkan dan menguatkan iman jemaat kepada Tuhan Yesus Kristus. Mereka tetap percaya dan mengasihi Tuhan, meskipun di tengah berbagai penderitaan dan cobaan yang dialami. Petrus mengatakan, sikap seperti ini hanya bisa dinyatakan oleh orang-orang yang telah mencapai tujuan imannya (ay.9).

 

Pemahaman ini penting untuk disadari sebagai pijakan iman orang percaya, bahwa oleh karena anugerah Allah-lah maka keselamatan diperoleh. Petrus menegaskan tentang prinsip sebagai pengikut Kristus, yakni siap bersaksi dan menderita, sebab Kristus sudah lebih dulu memberi teladan hidup melalui karya pelayanan-Nya hingga mati di kayu salib untuk menebus dosa manusia.  

 

Petrus kembali mengingatkan dasar ajaran tentang Kristus kepada jemaat, agar mereka tidak ‘lemah iman’ / ‘memilih zona aman’ tetapi dengan iman kepada Kristus, jemaat harus tetap teguh pada berita Injil yang sudah mereka terima. Jaminannya jelas, yakni pemeliharan dari Kristus akan membuat setiap orang percaya berdiri tegak, walaupun derita, cercaan, penganiayaan dirasakan, sebab dunia tidak punya tempat untuk menghakimi anak Allah.

 

Penderitaan didunia adalah bukti kehidupan nyata, ada banyak hal yang akan dihadapi, berbagai pergumulan, penderitaan dan juga sukacita. Namun, yang perlu digaris bawahi “Keselamatan adalah anugerah kasih Allah yang harus direspon orang percaya dalam hidupnya”. Oleh karena Roh Kuduslah, berita Injil dapat disebarluaskan, dan oleh karena Roh Kudus maka tiap-tiap orang memberi diri dan menerima keselamatan (ay.11). Jadi jelas, keselamatan disebut anugerah, karena semua terjadi atas inisiatif Allah, IA yang merancangkan dan merencanakan. Hal itu dipersiapkan dan dinubuatkan jauh hari sebelumnya kepada para nabi untuk disampaikan kepada umat Allah (ay.10). Bahwa keselamatan dari Allah dianugerahkan melalui Anak-Nya yang tunggal dengan cara penderitaan, kematian, kebangkitan dan kemuliaan-Nya untuk mematahkan ikatan kuasa dosa dan maut.

 

Berita tentang penyelamatan Allah atas dunia merupakan berita yang menakjubkan. Kasih Allah adalah dasar keselamatan tersebut, dan Roh Kudus yang diutus membawa berita itu, baik dimasa lalu, masa kini dan masa yang akan datang (ay.11). Bagi Allah, manusia sangat berharga, IA ingin berita tersebut terus disampaikan kepada dunia sehingga banyak orang mengalami kasih-Nya yang besar.

 

Bagian ini menjadi penting dalam rangka meneguhkan dan menguatkan iman percaya jemaat yang tergoncang akibat penderitaan. Petrus juga memberikan peringatan bahwa jangan sampai karena penderitaan, jemaat meninggalkan Kristus. Sekalipun dunia menolak, tetapi Petrus mengingatkan jemaat akan apa yang sudah mereka terima. Kalaupun mereka telah kehilangan sesuatu didunia karena beriman kepada Kristus, namun PERCAYALAH DENGAN IMAN, bahwa mereka sudah menerima keselamatan jiwa sebagai gantinya (ay.10).

 

Dengan demikian, penderitaan yang dialami jemaat harus dipandang dari sudut iman, yakni untuk memurnikan cara hidup beriman orang percaya (ay.7). Berarti, peristiwa apapun yang terjadi berpotensi untuk menjatuhkan/mematikan iman, tetapi juga berpotensi menumbuhkan iman kepada Kristus. Maka sebagai orang percaya, dituntut untuk peka akan kehadiran Tuhan dalam hidup kita dan juga tetap waspada terhadap kuasa yang dapat menjatuhkan/mematikan iman kita. Dua kemungkinan yang dapat terjadi sebagai respon penderitaan, yakni BERTUMBUH atau JATUH.

 

Hal yang perlu diingat, sekalipun Tuhan seolah membiarkan segala sesuatu terjadi dalam kehidupan kita, bukan berarti Tuhan lepas tangan, atau membiarkan kita bergumul sendiri. Tetapi, tangan  kasih Tuhan tidak kurang panjang merangkul tiap orang yang mengandalkan-Nya. Sebab, dalam iman terkandung kekuatan Allah. Sebagaimana dikatakan pada ayat 5:”yaitu kamu yang dipelihara dalam kekuatan Allah karena imanmu”. Berarti, beriman kepada-Nya akan menghasilkan kekuatan yang hanya dapat diperoleh apabila iman itu bertumbuh dan berbuah. Jika orang percaya mampu mengerjakannya, maka kekuatan dan tahan uji akan diperoleh, sehingga dunia tidak akan mampu menggoyahkan identitasmu sebagai anak Allah.

 

Selanjutnya terdapat hal penting yang perlu diperlihatkan sebagai kesaksian iman orang percaya di tengah penderitaan iman mereka, apakah itu? Hidup dalam kekedusan (ay.13-16). Hidup dalam kekudusan adalah kesaksian iman bahwa orang percaya telah diselamatkan dan melekat pada Sang Maha Kudus. Jadi jika orang percaya melekat pada Sang Maha Kudus karena telah diselamatkan, maka kita harus hidup kekudusan, sebab Allah adalah Kudus (ay.16).

 

 

RELEVANSI dan APLIKASI

1.      Orang percaya harus mengimani satu hal penting ini yakni oleh Yesus Kristus kita telah diselamatkan melalui pengorbanan dan penderitaanNya. Dunia mungkin akan mempertanyakannya dan mengingini bukti bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan yang bangkit. Tetapi seperti Petrus bersyukur bahwa gereja perdana percaya pada peristiwa itu walaupun tidak melihat (ay.8), maka demikian juga kita. Percaya pada Kristus yang bangkit adalah dasar iman yang tidak boleh goyah walaupun di berbagai tempat termasuk media sosial meragukannya. Sebab berbahagialah mereka yang tidak melihat namun percaya (Yoh.20:29).

 

2.      Salib identik dengan penderitaan. Menjadi orang Kristen tidak berarti tidak akan mengalami penderitaan. Jemaat Kristen penerima surat Petrus mengalami berbagai penderitaan dan ketidak-nyamanan. Jadi seandainya karena status sebagai orang Kristen, kita mengalami ketidaknyaman di kantor, masyarakat atau di tengah komunitas manapun, seharusnya tidak mengejutkan kita. Hal itu tanda bahwa kita sedang diproses oleh Tuhan untuk terus memurnikan iman (ay.7), dan juga sebagai bukti bahwa kita pengikut Kristus yanhg siap menderita karena iman kepadaNya.

 

3.      Namun semuanya sia-sia, jika kita tidak hidup dalam kebenaran. Bagaimana mungkin kita mengaku orang percaya dan beriman kepada Kristus namun tidak hidup dalam kekudusan? Bukankah oleh Yesus Kristus kita menjadi anak-anak Allah? (Ef.1:5). Dan bukankah sebagai anak-anak Allah, karakter Sang Bapa ada pada kita? Allah itu kudus maka kita harus hidup dalam kekudusan (ay.16). Hal ini berarti sebagai orang percaya masa kini, kita harus mampu menolak gaya hidup yang mendatangkan kenajisan dan rupa-rupa kebobrokan. Ingatlah, kita sudah diselamatkan. Maka hidup ini harus mencerminkan Kristus dalam diri kita sebagai bukti kita telah diselamatkan. Hiduplah benar, hiduplah kudus!!! Sebab kita telah diselamatkan.

Saturday, April 26, 2025

GALATIA 2:15-21

GALATIA 2:15-21
BAHAN KHOTBAH IBADAH HARI MINGGU
27 APRIL 2025

 

PENDAHULUAN

Jika kita membaca surat Paulus kepada jumat Galatia ini kita menemukan paling tidak ada tiga hal penting yang disampaikan dalam surat ini, yakni:

1.       Pembelaan Paulus tentang dirinya dan keabsahan kerasulannya pada Pasal 1-2.

2.     Pengajaran Paulus tentang iman pada Yesus Kristus dan Hukum Taurat untuk menghalau ajaran sesat mengenai keselamatan bahwa orang tidak dapat dibenarkan kalau tidak mengerjakan Hukum Taurat (pasal 3 s/d pasl 5).

3.       Hidup praktis sebagai orang Kristen yakni saling menolong dan saling membantu (pasal 6)

 

Bacaan kita saat ini adalah tentang keyakinan iman Paulus yang ia jelaskan kepada jemaat Kristen di Galatia khususnya bagaimanakah menentang ajaran Palsu tentang Taurat sebagai syarat keselamatan.

 


TELAAH PERIKOP

1.       Paulus tahu bahwa orang-orang Yahudi merasa paling benar dibanding orang-orang non Yahudi. Bagi orang Yahudi mereka adalah kelompok bersunat dan merekalah yang memiliki keselamatan dibanding mereka yang tidak bersunat. Itulah sebabnya Paulus menyebut identitasnya bahwa ia adalah seorang yang lahir dari keturunan yahudi, ia seorang yahudi asli ia bukan dari bangsa lain yang tergolong orang berdosa (ay.15). Dengan membuat pernyataan ini Paulus mau mengajak jemat kristen Galatia untuk melihat dirinya sebagai seorang Yahudi dan dia tidak membanggakan identitas itu.

 

2.       Mengapa Paulus yang seorang yahudi tidak membanggakan identitas tersebut? Pada ayat 16 kita menemukan bahwa jika orang Yahudi bangga melakukan Hukum Taurat sebagai syarat keselamatan, Paulus mengatakan tidak ada seorang pun yang mampu melakukan seluruh ketentuan Hukum Taurat. Karena tidak seorang pun mampu melakukan seluruh ketentuan hukum torat itu berarti tidak ada seorangpun yang dapat dibenarkan dan diselamatkan. Sebabnya paulus mengatakan, “sebab tidak ada seorang pun yang dibenarkan” karena melakukan Hukum Taurat. Bagi Paulus tidak dapat dibanggakan jika menjadi orang Yahudi hanya berupaya melakukan Hukum Taurat untuk diselamatkan.

 

3.       Lalu bagaimana supaya dapat diselamatkan? Paulus menekankan dengan tegas bahwa keselamatan itu hanya terjadi apabila orang dibenarkan dalam Kristus. Pemahaman tentang dibenarkan oleh iman di dalam Yesus Kristus ditegaskan Paulus dalam Roma 5:1,2. Pada bagian tersebut Paulus menyebut hal penting ini:

 

“Sebab itu, kita yang dibenarkan karena iman hidup dalam damai sejahtera dengan Allah melalui Tuhan kita Yesus Kristus. Melalui Dia kita juga beroleh jalan masuk oleh iman ke dalam anugerah ini.”

 

Maka hal penting tentang keselamatan bukanlah mengerjakan Hukum Taurat melainkan keselamatan itu adalah Anugerah Allah. Anugerah yang dimaksud adalah manusia yang berdosa diperdamaikan dengan Allah. Perdamaian dengan Allah hanya dapat diperoleh melalui iman kepada Yesus Kristus. Di siapapun tidak mungkin diselamatkan tanpa beriman kepada Yesus Kristus. Jika seorang telah beriman pada Yesus Kristus maka hubungannya dengan Allah diperdamaikan atau ia dibenarkan. Ketika ia dibenarkan, itu bukan upayanya sendiri melainkan pemberian atau Anugerah Allah.

 

Dengan kata lain Paulus mau menyatakan bahwa keselamatan itu atau menjadi orang yangdibenarkan itu bukan karena perbuatan melakukan Hukum Taurat, tetapi dibenarkan itu murni Anugerah Allah melalui iman pada Yesus Kristus.

 

4.       Setiap orang yang diselamatkan melalui Anugerah Allah di dalam iman kepada Yesus Kristus harus menampakkan diri sebagai orang yang telah diselamatkan. Bukti bahwa orang itu telah diselamatkan maka gaya hidupnya adalah, kata Paulus “aku hidup untuk Allah” (ay.19).

 

Hidup untuk Allah yang dimaksud oleh Paulus dijelaskan pada ayat 20. Paulus menyebut bahwa dia hidup bukan untuk dirinya sendiri, melainkan hidupnya untuk Kristus yang hidup di dalam dirinya. Maksud Paulus adalah ketika ia menjalani hidup sebagai orang yang telah dibenarkan dalam Kristus, ia harus menyadari bahwa ada Kristus yang telah hidup di dalam dirinya. Maka Paulus harus menampakkan Kristus di dalam hidupnya sebagai orang yang telah diselamatkan.

 

RELEVANSI DAN APLIKASI

1.       Setiap kita harus menyadari sebagai orang percaya bahwa kita diselamatkan bukan karena perbuatan benar kita. sebab tidak ada seorangpun yang benar di kolong langit ini (lih Roma 3:10-12). Di hadapan Tuhan kita adalah makhluk berdosa. Kita tidak mungkin menyelamatkan diri kita dengan berbagai upaya sendiri yang kita lakukan. Kita membutuhkan Tuhan untuk membenarkan kita yang berdosa ini. Itulah yang disebut dengan anugerah.

 

Bayangkanlah ada orang yang divonis mati oleh karena kesalahannya. Lalu tiba-tiba, hakim membuat pernyataan menarik: “dia tidak bersalah hukumannya dihapus”. Itulah yang terjadi pada kita orang berdosa yang dibenarkan dan beroleh keselamatan ketika sang maha benar membenarkan kita. Kita yang berdosa ini diselamatkan melalui penebusan yang dilakukan oleh Yesus Kristus yang menyerahkan diri-Nya untuk kita (ay 20b).

 

Peristiwa ini yaitu penebusan oleh Yesus Kristus sehingga kita dibenarkan adalah anugerah. Ini gratis!!! Tetapi walaupun gratis harganya sangat mahal yaitu harga sang Putra Allah yang tergantung di kayu salib. Maka seharusnya kita tidak menyia-nyiakan pengorbanan Kristus itu dan menolak anugerah besar tersebut (ay.21). Siapapun kita yang masih senang hidup dalam dosa; siapapun kita yang masih gemar untuk merusak hidup kita yang telah dibenarkan, maka kita terkategori sebagai orang-orang yang menolak anugerah.

 

2.       Perhatikanlah pernyataan Paulus pada ayat 20a: “..., tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku”. Pernyataan ini menjadi sangat penting bagi kita yang telah diselamatkan yaitu dalam hidup kita ada Kristus yang hidup. Ini berarti hidup kita bukan hanya untuk diri kita, tetapi hidup kita harusnya untuk Allah. Apapun yang kita kerjakan; apapun yang kita katakan, tujuan akhirnya adalah harus untuk Allah. Tuhan, Allah kita harus dimuliakan melalui hidup kita, sebab hidup ini adalah untuk allah karena Kristus sedang hidup di dalam kita. Perilaku kita berubah; cara pandang kita berubah; kita mengerjakan hidup ini selalu menampilkan Kristus yang hidup di dalam kita.

 

Apabila kita bekerja atau berucap kepada orang lain; atau cara kita bergaul dengan sesama, maka orang lain harus melihat Kristus yang hidup di dalam kita melalui tutur kata dan perbuatan kita. Kita harus menjadi orang yang berbeda; orang yang telah diselamatkan orang yang telah dibenarkan. Menjadi seorang kristen adalah pribadi yang menjaga perilaku kehidupan, supaya setiap orang yang berjumpa dengan kita, mereka akan berjumpa dengan Kristus yang hidup di dalam kita.

 

Roh Kudus menolong kita untuk belajar menghargai pengorbanan Kristus yang telah menyelamatkan dan membenarkan kita di hadapan Allah. Jangan lagi hidup dalam dosa, sebab kita telah menerima anugerah keselamatan. Jangan sia-siakanpengorbanan Kristus melalui perbuatan dosa yang terulang.

 

Selanjutnya, mari kita tunjukkan kepada orang lain, bahwa kita sudah dibenarkan dengan cara hidup kita menampilkan gaya hidup yang baru. Apakah itu? Tampilkanlahh Kristus yang ada dalam diri kita melalui tutur kata dan perbuatan kita yang mencerminkan Kristus. Kiranya siapapun yang berjumpa dengan bapak ibu dan saya, dapat melihat Kristus di dalam diri kita. Tuhan berkati saudara. Amin.

Tuesday, April 8, 2025

YESUS DI TAMAN GETSEMANI

 

MARKUS 14:32-42
CAWAN PENDERITAAN

 

PENDAHULUAN


Peristiwa ini terjadi di Getsemani tempat Tuhan Yesus ditangkap. Nama Getsemani (Yunani: γεθσημανί – GETHSÊMANI), berasal dari kata Aram: "GAT-SYEMEN" yang berarti 'perasan minyak'. Daerah itu merupakan suatu kebun atau taman tempat memeras buah zaitun menjadi minyak. Lokasinya terletak di sebelah timur kota Yerusalem, tepatnya di seberang lembah Kidron dekat Bukit Zaitun.


Setelah makan di malam hari untuk merayakan dan memaknai pesakh atau perayaan paskah, Tuhan Yesus mengajak murid-muridNya menuju Getsemani (ay.32). Peristiwa itu terjadi kemungkinan melewati tengah malam. Ia mengajak Petrus, Yakobus dan Yohanes untuk menemaninya berdoa (ay.33). 

TELAAH PERIKOP

Beberapa hal penting dilukiskan oleh penulis Injil Markus tentang peristiwa yang terjadi pada Tuhan Yesus di taman Getsemani itu sebelum Ia ditangkap dan diadili secara tidak adil, yakni:

1.       Tekanan Psikis (ay.34-35)

Banyak orang bertanya mengapa Tuhan Yesus merasa sangat sedih bahkan seperti mau mati rasanya (ay.34). Mengapa sangat terkesan bahwa Tuhan Yesus takut mati bukankah Ia adalah Tuhan? Mengapa Ia harus merasa gelisah dan susah hatiNya (ay.33)? Kondisi gelisah atau susah hati bahkan ketakutan yang amat sangat sampai merasa “mau mati rasanya”, justru bukan menyangga keIlaian Yesus Kristus. Sebaliknya hal itu membuktikan bahwa Dia adalah Tuhan, Pribadi yang Mahatahu segala sesuatu yang akan terjadi. 

Karena Yesus Kristus adalah Tuhan, maka Ia tahu apa yang akan terjadi tentang 12 jam ke depan, yakni pasca Ia ditangkap. Ia sangat tahu tentang jenis dan model penyiksaan yang akan dialamiNya. Tuhan Yesus tahu bentuk paku yang akan menghujam tangan dan kakinya. Bahkan Ia tahu jenis cambuk Romawi yang terkenal mengerikan yang akan diterima melalui deraan para prajurit Romawi. Tuhan Yesus sangat tahu dan dapat merasakan apa yang akan Ia lamai selama 6 jam tergantung di kayu salib walaupun peristiwa itu belum terjadi. Di taman Getsemani itu, Tuhan Yesus berjuang sebagai manusia yang harus menerima sesuatu yang mengerikan. Pergolakan itu tidak dapat dihindari.

Jika demikian, bukankah hal itu akan memberikan tekanan psikis atau derita psikis dialami oleh Tuhan Yesus? Siapapun kita pasti akan takut dan kuatir berhadapan dengan meja operasi dan atau menjalani vonis dokter di rumah sakit, bukan? Bagaiaman dengan Tuhan Yesus yang tahu segala hal tentang derita yang dialami? Tingkat tekanan psikis pastilah sangat luar biasa. Injil Matius 26:36-36 bahkan menggambarkan secara gamblang bahawa Tuhan Yesus mengalami peristiwa hematidrosis, yakni tubuh melepaskan senyawa khusus sehingga pembulu kapiler pecah disekitar kelenjar keringat sehingga peluhNya seperti darah. Kondisi hemaidrosis ini sangat langka terjadi; hanya terjadi pada kondisi tertentu yakni tekanan psiskis yang tidak dapat ditanggung.


2.       Cobaan Adam Kedua (ay.36)

Jika hari ini kita tahu bahwa akan terjadi kecelakaan saat mengendarai mobil maka secara logis siapapun pasti akan menghindari mengendarai kendaraan di hari itu. Itu disebut sebagai tindakan antisipatif agar tetap selamat dan tidak mengalami penderitaan. Cara berpikir seperti ini bukankah harusnya menjadi pilihan Tuhan Yesus? sebab jika Dia tahu segala sesuatu tentang penderitaan mengerikan yang harus Ia alami, maka masih ada pilihan lain yaitu Dia menghindarkan diri dari kondisi itu. Dengan demikian Tuhan Yesus akan terbebas dari tekanan psikis dan terhindari dari derita fisik selama 12 jam kemudian.

Godaan untuk menghindari proses ini, yakni menolak cawan penderitaan, secara manusiawi cukup kuat menggoda. Apakah harus taat pada kehendak Sang Bapa yakni meminum cawan itu atau membebaskan diri dan tidak perlu menanggung berita dunia, adalah dua pilihan yang terpampang di MataNya. Kesan dua opsi ini terlihat pada ayat 36: “... ambillah cawan ini dari hadapanKu”.  Sebagai Firman (Allah) yang menjadi manusia (Yoh.1:1,14), misi keselamatan bisa saja dibatalkan demi menghindari kondisi memalukan, penuh derita dan hinaan itu.

Sebagaimana Adam pertama digoda di taman Eden dan kalah karena memilih kehendaknya sendiri dan melawan perintah Allah, demikian juga Tuhan Yesus ada dalam godaan itu. Namun, Ia tidak kalah!! Tuhan Yesus menang terhadap godaan kesenangan diri dengan suatu pernyataan kuat dalam doa hening di Getsemani: “..., tetapi janganlah apa yang Aku kehendaki, melainkan apa yang Engkau kehendaki”. Kehendak Sang Bapa adalah keselamatan dunia (Yoh.3:16), dan penggalan doa ini menjadi jawaban tentang siapakah Tuhan Yesus. Ia adalah Adam kedua yang berbeda dengan Adam pertama, yakni memilih ketaatan kepada BapaNya sebagai suatu teladan bagi umat manusia. Adam pertama menggabarkan tentang kita yang kalah, Adam kedua adalah gambaran pribadi yang kelihatan kalah namun “menang” di mata Sang Bapa.


3.       Berjaga dan Berdoa (ay.37-42)

Dalam konteks dekat, kalimat “Berjaga-jagalah dan berdoalah” adalah reaksi Tuhan Yesus ketika mendapati 3 muridnya tertidur pulas (ay.37). Pada konteks jauh, ini memiliki makna yang penting, yakni cara menghadapi pencobaan. LAI TB 1 menerjemahkan narasi yang sudah kita hafal yakni: “Berjaga-jagalah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan; roh memang penurut, tetapi daging lemah" (ay.38). Pada konteks jauh, tujuan dari kalimat Berjaga-jagalah dan berdoalah rupanya adalah cara untuk menghadapi godaan atau cobaan hidup. Ini adalah “ramuan rohani” untuk mampu memilih kehendak Allah dan bukan kehendak dunia yang penuh dengan cobaan dan godaan.

Istilah berjaga dari bah Yunani γρηγορέω (baca: gregoreo) yang berarti: to be awake (in the night), watch, to be watchful, on the alert, vigilant (terjaga di malam hari, berjaga, waspada, siaga). Umumnya istilah ini digunakan pada pasukan tentara Romawi yang bertugas di menara pengintai atau menara penjaga. Dalam konteks iman, hal ini menjelaskan tentang kemampuan secara rohani untuk memperhatikan musuh rohani yang datang agar mampu melakukan tindakan antisipastif agar tidak kalah pada cobaan atau godaan yang akan menggoyahkan iman. Namun berjagapun tidaklah cukup sebab seperti penjaga diwaktu malam, bisa saja lengah dan kelelahan dan akhirnya tertidur.

Itulah sebabnya, perintah berjaga-jagalah disandingkan Tuhan Yesus dengan kegiatan berdoalah. Berdoa yang dimaksud adalah melibatkan kekuatan lain selain diri kita yakni kehadiran Sang Ilahi yang tidak pernah terlelap dan tertidur (Mazmur 121). Manusia tidak mampu berjuang sendiri menghadapai cobaan dan godaan. Manusia membutuhkan kuasa yang melampaui dirinya untuk menolong dan beroleh kekuatan, yakni kuasa Tuhan Sang Penjaga Agung. Melibatkan Tuhan menghadapi cobaan, itulah yang diajarkan Tuhan Yesus kepada mereka bertiga.

 

APLIKASI DAN RELEVANSI (silakan dikembangkan dari 3 poin di atas)

Terdapat tiga jenis penderitaan yang Tuhan Yesus alami ketika menggenapi karya keselamatan bagi dunia, yakni: derita psikis: pergulatan di taman Getsemani, dipermalukan, dan dikhianati; derita fisik: 12 jam yang tak tertanggungkan yang terdiri dari 6 jam disiksa dan 6 jam tergantung di kayu salib; dan derita spiritual ketika dosa manusia ditimpakan kepadaNya sehingga Ia “ditinggalkan” BapaNya (Mrk.15:34).

Mengapa Ia rela melakukannya? Tentu jawabannya hanya satu yakni Kasih tanpa syarat bagi dunia (Yoh.3:16). Di balik pengorbanan karena KasihNya bagi kita, peristiwa Getsemani menuju pada kematianNya itu bukan hanya tentang kasih, tetapi juga teladan ketaatan. Peristiwa Getsemani dan Golgota adalah pengajaran tanpa tutur kata dan narasi indah. Peristiwa itu adalah didikan dalam bentuk teladan dalam laku dan berbuatan nyata yakni ketaatan dan kesetiaan sampai mati. Paulus menyebut tentang “bahkan sampai mati di Kayu Salib” (Flp.2:8). Ia tidak mempertahankan rupa IlahiNya, dan menanggalkan Ego sebagai Sang Mahabenar, Ia rela direndahkan dan dipermalukan. Semua itu benar untuk dunia diselamatkan, tetapi juga untuk satu hal penting yakni teladan ketaatan kepada Sang Bapa agar kita mengerti bahwa yang utama bukan kehendak diri melainkan kehendak Sang Agung, Bapa pemurah.

Selamat mengerjakan ketaatan total kepada Allah. Keselamatan sudah dianugerahi, gratis dan mahal harganya. Kita berhutang ketaatan kepada Tuhan yang telah menyelamatkan kita. Godaan dan cobaan iman akan kita alami, maka berjaga-jagalah dan berdoalah. Ingatlah bahwa roh memang penurut, tetapi daging lemah. Amin.

1 PETRUS 2:23-25

  1 PETRUS 2:23-25 Bahan Khotbah Ibadah Keluarga 19 November 2025 PENGANTAR Para penerima surat 1 Petrus ini, hidup dalam masa-mas...