DANIEL 5:21-30
Pendahuluan
Nama Daniel adalah nama dari orang Ibrani yakni dani’el yang berarti Allah adalah Hakim-ku. Ia terkenal dengan ketaatan dan kesetiaanya kepada TUHAN, Allah Israel dan sekaligus mampu menjadi saksi iman di tengah pembuangannya di Babel. Siapa sesungguhnya Daniel?
Daniel terlahir sebagai bangsawan dan lahir sekitar tahun 625 SM (1:3-4). Ia mendapatkan pelajaran yang sangat keras melalui pengalaman hidupnya yakni ia dibawa ke dalam pembuangan oleh raja Nebukadnezar. Pada saat mengalami pembuangan itu, Daniel berusia sekitar 20 tahun. Menarik untuk disimak bahwa Daniel bersama dengan beberapa orang muda terpilih dalam rekrutme bekerja di istana raja. Awal pertama mereka harus menikuti kegiatan pelatihan yang sifatnya “ikatan dinas” yaitu setelah tiga tahun belajar dan dididik dalam pengetahuan keistanaan mereka wajib bekerja kepada raja (bd.1:4,5).
Telaah Perikop
Untuk memahami perikop ini, sebagiknya membaca keseluruhan mulai dari ayat 1. Kisah dalam perikop kita mengenai Raja Belsyazar yang mengadakan perjamuan besar (ay.1). Persoalannya bukan pada perjamuan besar itu, melainkan ketika ia memerintahkan untuk membawa masuk perkakas dari Bait Suci yang di bawah waktu mengalahkan Israel, dan kemudian menggunakan perkakas yang suci itu untuk pesta pora (ay.2-5). Tuhan murka dan kemudian hadir melalui “pungung tangan” yang membuat tulisan di dinding sehingga raja sangat ketakutan (ay.5-7). Ia meminta agar ada yang dapat menerjemahkan dan mengartikan tulisan itu. Tetapi tidak ada seorangpun yang sanggup (ay.8,9).
Maka atas usulan permaisuri raja, diusulkanlah nama Daniel, yang menurut permaisuri dianggap bahwa Daniel memiliki roh para dewa yang kudus (istilah mereka tentang Roh Hikmat yang ada pada Daniel (ay.10,12). Maka kemudian Daniel dipanggil. Berikut ini beberapa hal penting dari penggalan kisah ayat 21-30 sesuai perikop bacaan kita.
1. Reaksi Daniel
(ay.21-24)
Siapapun jika dipuji orang pasti akan senang dan bangga. Apa lagi jika dijanjikan hadiah. Bagaimana jika yang memuji itu adalah seorang Raja? Wow… tentu lebih dari bangga bukan? Bagaimana reaksi Daniel tentang pujian raja dan janji untuk mendapatkan hadiah? Kita seharusnya terkejut bahwa Daniel tidak fokus pada janji hadiah itu tetapi fokus pada kebenaran yang harus ia samaikan kepada seorang raja seperti Belsyazar sekalipun. Itulah sebabnya ia: “tahanlah, hadiah tuanku, berikanlah pemberian tuanku kepada orang lain…” (ay.17). Perhatikanlah bahwa Daniel menolak gratifikasi atau pemberian hadiah untuk kepentingan tertentu. Ia mengajak raja untuk kembali fokus pada tujuan yakni mengetahui kebenaran yang ingin ia ketahui.
Selanjutnya, ayat 18-24, Daniel tanpa ragu menjelaskan dan membuka di hadapan raja, siapa sebenarnya raja di hadapan Tuhan. Tanpa takut sekalipun Daniel menyatakan kesalahan yang raja lakukan. Bahwa raja tidak belajar dari kisah keangguhan ayahnya yang di hancurkan Tuhan juga (ay.18-20), dan juga dengan tegas tanpa takut, Daniel menyebut bahwa kekuasaan Babel dan raja-raja itu adalah pemberian Tuhan (ay.18). Selanjutnya tanpa takut, Daniel menyebut bahwa raja telah berbuat salah melalui tindakan mencemarkan perkakas bait Allah yang suci itu, yakni mengunakan pada acara perjamuan (ay.22-24). Bagi Daniel tindakan itu adalah congkak dan angkuh serta sangat berani untuk meninggikan diri di hadapan Allah Israel yang hidup (ay.22).
Perhatikanlah, dalam rangka kebenaran, Daniel tidak ragu untuk menyampaikan apa adanya di hadapan raja. Ia tidak gentar untuk menunjuk kesalahan raja tersebut.
2. Arti tulisan di dinding (ay.25-30)
Ada
tiga kata yang ada dalam tulisan itu, yakni Mene, mene, tekel, ufarsin. Berikut
penjelasan dari istilah-istilah ini sesuai dengan bahasa aslinya:
-
מְנֵא – MENE = Sudah dihitung (artinya Allah sudah
menghitung bahasa Aram מְנָא - MENA) umur kerajaan Belsyazar. Note: Bandingkan kata
ini dengan מָנֶה - MANEH, satuan untuk menimbang emas yang
dalam bahasa Yunaninya adalah: μνᾶ - MNA, mina (satuan ukuran)
-
תְּקַל – TEQAL = (Syikal, שָׁקַל – SHAQAL (aksara "Shin" menjadi
"Tav") bandingkan dengan kata Ibrani: שֶׁקֶל - SHEQEL) dipakai baik sebagai mata uang maupun sebagai
timbangan, menunjukkan bahwa Belsyazar sudah ditimbang (dalam timbangan) dan
kedapatan terlalu ringan.
- וּפַרְסִין - UFAR'SIN dari kata פְּרַס – PERAS = Sudah dibagi, kerajaanmu sudah dibagi-bagi (peres) dan diberikan kepada Media-Persia ( פָּרַס - PARAS). PARAS ini agaknya menunjukkan bahwa kerajaan Persialah yang lebih berkuasa, yang ke tangannya bangsa Babel akan jatuh.
Mene diulang untuk penekanan. Sehingga
menjadi penegasan bahwa peristiwa hancurnya Belsyazar akan segera terjadi. Hal
ini menjadi nyata ketika ayat 26 menyebutkan bahwa raja angkuh ini kemudian
mati terbunuh oleh orang Kasdim, dan kemudian Daniel memperoleh jabatan yang
tinggi.
Relevansi dan
Aplikasi
Beberapa hal utama harus menjadi perhatian penting ketika
membaca kisah Daniel ini. Yakni:
1. Penting untuk disadari bahwa Daniel adalah seorang pribadi yang berpegang kepada kebenaran dan berani untuk mengatakan kebenaran. Ia tidak ragu sedikitpun untuk menguraikan makna tentang tangan yang menulis di dinding itu. Daniel tidak mencari aman atau kuatir jika raja Belsyazar akan marah. Bagi daniel kebenaran harus disampaikan. Tindakan raja Belsyazar yang mencemarkan alat-alat bait Allah adalah dosa besar dan hal itu dengan lantang disampaikan oleh Daniel.
Kita pun diajarkan untuk berani berkata kebenaran tanpa berupaya mencari aman. Katakan benar jika benar, tegurlah orang yang salah seperti Daniel melakukannya kepada raja. Jangan membiarkan ketidakbenaran “membusungkan dada” dan kita yang tahu tentang kebenaran tidak berani mengungkapkannya.
2. Mari belajar kepada kesalahan Belsyazar bahwa keangkuhan di hadapan Allah akan dihancurkan. Raja ini tidak belajar dari kesalahan masa lampau, ia melakukan dosa yang sama. Melalui teks ini kita diminta untuk tidak angkuh di hadapan Tuhan sebab siapa yang meninggikan diri dihadapan Tuhan akan direndahkanNya.
Keangkuhan membuat orang lupa diri tentang siapa dirinya seperti. Raja ini “lupa” bahwa dirinya hanyalah hasil ciptaan. Menarik bahwa di ayat 29, raja bukannya takut dan gentar lalu kemudian bertobat atau paling tidak merendahkan diri di hadapan Tuhan. Fokusnya hanya pada kesenangan dan memberikan hadiah kepada Daniel. Akhirnya dapat ditebak di ayat 30 raja Belsyazar terbunuh.
Mari janganlah angkuh. Belajarlah menghormati Tuhan dan
hidup dalam ketaatan kepadaNya. Sebab kesombongan, keangkuhan dan ketidaktaatan
terhadap Allah tidak akan luput dari penghakiman.