Bahan Bacaan Alkitab Ibadah
Rumah Tangga
Rabu, 24 OKTOBER 2018
PENGANTAR
Mengapa kitab Musa yang kelima ini disebut
dengan kitab Ulangan? Nama asli Ibrani dari kitab ini adalah ‘elleh
haddebarim yang berarti “Inilah
perkataan-perkataan” atau, lebih sederhana: “debarim” (perkataan-perkataan; lih. 1:1).
Selanjutnya ketika lima kitab Musa ini diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani,
kelima kitab ini kemudian disebut dengan istilah Septuaginta.
Dalam kitab Septuaginta atau
biasa disimbolkan dengan LXX, kitab ini disebut dengan istilah to deuteronomion touto
yang berarti “pemberian
hukum yang kedua ini” yang diambil dari Ulangan 17:18.
Penggunaan istilah “pemberian hukum yang
kedua ini” didasari bahwa isi dari kitab ini adalah “Pengulangan” dari hukum2 yang sudah disampaikan Musa sebelumnya.
Itulah sebabnya nama kitab Musa yang kelima ini dalam terjemahan Indonesia
disebut sebagai Kitab Ulangan.
Kitab Ulangan berisi tentang
pidato Musa ketika bangsa Israel sedang berada di wilayah Moab, di daerah di
mana Sungai Yordan mengalir ke Laut Mati (1:5). Sebagai tindakan akhir
melimpahkan kepemimpinannya kepada Yosua, ia memberikan kata-kata perpisahannya
yang begitu emosional kepada bangsa Israel untuk mempersiapkan mereka masuk ke
Kanaan. Penekanan rohani kitab ini adalah panggilan untuk berkomitmen total
kepada Allah dalam ibadah dan ketaatan.
TELAAH PERIKOP
Bacaan kita saat ini berisi tentang khotbah perpisahan
Musa ketika Israel siap memasuki Kanaan. Pokok utama yang dibicarakan adalah
bagaimana kehidupan mereka ketika nanti TUHAN memenuhi janji tersebut yakni
menikmati tanah perjanjian yang berlimpah susu dan madu. Ada dua pilihan yang
disodorkan oleh Musa, yakni kehidupan dan kematian serta konsekuensinya.
Terdapat beberapa penekanan khusus yang disampaikan Musa, yakni:
1.
Pilihan yang benar yakni
kehidupan (ay.15-16)
Pada ayat 15, Musa menghadapkan dua
kelompok pilihan, yang pertama
adalah kehidupan dan keberuntungan;
selanjutnya yang kedua adalah
kematian dan kecelakaan. Mari memeriksa dua kelompok ini:
Istilah “Kehidupan”
dari bahasa Ibrani חַי
(khah'-ee) yang berarti hidup, hijau dan segar. Hal ini berarti menunjuk pada suasana
kehidupan yang penuh dengan kebahagiaan. Hijau dan segar adalah ciri simbolik
dari adanya kehidupan. Selanjutnya “Keberuntungan” yang berasal dari
kata benda Ibrani טוֹב (tobe) yang berarti menyenangkan, baik. Kata ini juga
berhubungan dengan kemakmuran dan kesejahteraan. Dengan kata lain istilah ”keberuntungan” yang diterjemahkan LAI
lebih tepat dimaknai sebagai menyenangkan, kemakmuran atau kesejahteraan.
Selanjutnya istilah “kematian” dari bahasa Ibrani מָוֶת (maveth) yang berarti kematian, tiada kehidupan dan kehampaan dalam
kekelaman. Istilah ini menunjuk pada “ketiadaan”.
Jika ada orang hidup dalam kondisi “mayeth” itu sama dengan ia hidup
tanpa kehidupan. Silakan bayangkan. Selanjutnya istyilah “kecelakaan” רַע (rah) yang berarti tidak berkualitas baik atau setara dengan
buruk, tidak menyenangkan dan atau juga bermakna sakit. Itulah sebabnya LAI
menerjemahkan dengan kecelakaan oleh karena berhubungan
dengan situasi hidup yang malang dan buruk adanya.
Sudah pasti orang akan cenderung
memilih kelompok yang kedua yakni kehidupan dan keberuntungan atau situasi
hidup yang “segar dan hijau” penuh dengan kemakmuran, kesenangan dan
kemakmuran. Tetapi untuk dapat menikmati itu semua di tanah Kanaan, maka Israel
harus melakukan hal yang penting, yakni “mengasihi TUHAN, Allahmu, hidup menurut
jalan yang ditunjukkanNya dan berpegang pada perintah dan ketetapanNya, supaya
engkau diberkati” (ay.16). Hal ini bermakna: tidak ada kehidupan yang makmur dan menyenangkan jika tidak memiliki
ketaatan kepada TUHAN, Allah Israel. Tanpa ketaatan, maka tidak ada berkat.
Tanpa berkat maka jangan pernah bermimpi menjalani hidup secara menyenagkan,
sejahtera dengan seluruh keadaan baik.
2.
Pilihan yang salah yakni
kebinasaan (ay.17-18)
Berlawanan dengan poin pertama, Musa
menyebut apabila mereka tidak taat kepada Tuhan (ay.17) maka kebinasaan adalah
imbalannya. Perhatikanlah bunyi redaksi ayat 17 bacaan kita. Bahwa
ketidaktaatan dimaksud bukan saja karena kemauan sendiri tetapi juga atas bujuk
rayu dan pengaruh orang lain sehingga menjadikan mereka tidak taat, itupun
tetap diganjar dengan kebinasaan. Dengan kata lain, tidak ada “kelonggaran”
apapun dan juga karena alasan “karena terpengaru” dan “karena
disesatkan” maka akan terdapat pengecualian dari TUHAN, Allah Israel.
Siapa yang sesat oleh karena kemauan sendiri amupun disesatkan orang lain maka
hukumannya tetap sama yakni kebinasaan.
Peringatan tegas ini diberikan Musa
kepada umat. Sebab walaupu mereka memasuki tanah yang berlimbah susu dan madu
sekalipun, tetapi jika tidak taat kepada Allah maka yang mereka temui adalah ketiadaan (lihat uraian poin 1) dan
juga kecelakaan. Silakan bayangkan mengalami sengsara hidup di tanah yang
berlimpah susu dan madu.
3.
Bukan hanya memebri pilihan
tapi mendorong untuk memilih pilihan yang tepat (ay.19-20)
Setelah menguraikan panjang lebar
tentang dua pilihan itu dan menjelaskan konsekuensi logis dari apa yang akan
terjadi kemudian, Musa selanjutnya menyimpulkan bahwa yang ia bicarakan adalah
persoalan berkat dan kutuk. Selanjutnya sebagai pemimpin
umat ia mendorong mereka untuk membuat pilihan yang tepat. Pilihan yang
dimaksud adalah memilih kehidupan atau berkat dan bukan memilih kematian atau
kutuk. Mengapa perlu memilih berkat? Sebab demikianlah nanti umat Israel dan
keturunannya diberkati dan hidup baik di negeri yang telah dijanjikan TUHAN,
Allah Israel (ay.19).
Bagi Musa, TUHAN tidak akan ingkar
janji. Ia pasti menggenapi janji yang ia berikan kepada Abraham, Ishak dan
Yakub yang adalah nenek moyang umat Israel ini. Namun perlu dipertegas dan
mereka harus mengingatnya, bahwa janji itu hanya akan digenapi kepada mereka
jika mereka hidup dalam ketaatan (ay.20). tanpa ketaatan, tidak akan menikmati
penggenapan janji Tuhan.
REFLEKSI FRIMAN
Hidup di masa-masa akhir ini kita dihadapkan pada
ujian dan tantangan yang semakin berat. Iblis dengan segala tipu dayanya
semakin meningkatkan intensitas kinerjanya, "...berjalan keliling sama
seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya."
(1 Petrus 5:8) dengan menawarkan segala kenyamanan dan kenikmatan duniawi.
Karena itu Tuhan menuntut sebuah ketegasan dalam diri setiap orang percaya
untuk membuat pilihan hidup yang benar.
Di hadapan kita ada dua pilihan yang sangat
kontradiktif: kehidupan dan kematian, berkat dan kutuk, keberhasilan dan
kegagalan. Mana yang Saudara pilih? Kita tidak dapat berdiri di tengah-tengah,
bersikap kompromi, suam-suam kuku, tidak ada istilah fifty-fifty. Tuhan
yang kita sembah adalah Tuhan yang baik dan berlimpah kasih, karena itu Ia
tidak menginginkan anak-anak-Nya mengalami kematian, melainkan kehidupan dan
keberhasilan. Tuhan mau kita memilih kehidupan yaitu dengan mengasihi Dia,
beribadah kepada-Nya dan taat melakukan kehendak-Nya.[1]
Kiranya kita dimampukan untuk tetap setia melakukan dengan penuh
kesungguhan kehedak dan ketetapn Allah itu sehingga berkat menjadi bagian hidup
kita. Amin.
No comments:
Post a Comment