Bahan Khotbah Ibadah
Keluarga
Rabu, 18 OKTOBER 2018
PENDAHULUAN
Surat dan pernyataan tegas
ini ditulis Rasul Paulus kepada Jemaat di Korintus, disebabkan cara pandang
yang keliru jemaat ini mengenai pemberian sukarela sebagai bentuk persembahan
kepada Tuhan melalui bantuan kepada Jemaat Yerusalem yang sedang mengalami
Kesulitan. Paulus menangkap bahwa jemaat Korintus terlalu melakukan
“perhitungan” untung rugi ketika akan memberikan persembahan tersebut. Sudah
sekian kali mereka berjanji untuk memberikan, namun cukup lama ditunggu Paulus,
pemberian tersebut tidak kunjung di realisasikan. Korintus menjanjikan untuk
melaksanakan pemberian bantuan tersebut, yang oleh Paulus di sebut sebagai
Perembahan Syukur, namun janji ini tidak pernah ditepati (bd. 2Kor.8:11; 9:5).
TELAAH PERIKOP
Justru
karena kondis Korntuslah, maka Paulus menguraikan beberapa prinsip memberikan
bantuan melalui persembahan sebagai ekspresi iman dan kasih kepada Allah serta
sesama. Beberapa prinsip dimaksud adalah sebaga berikut:
1. Jangan Menunda (ay.10-11)
1. Jangan Menunda (ay.10-11)
Menurut beberapa catatan, jemaat Yerusalem mengalami bencana kemanusiaan
karena muzibah banjir. Banyak orang termasuk umat Kristen di sana mengalami
kesusahan akibat muzibah itu. Paulus kemudian bereaksi untuk menjadi kolektan
dalam rangkan mengumpulkan klekte jemaat-jemaat diberbagai tempat. Respon positif
ia peroleh dari beberapa gereja saat itu. Makedonia jemaat kecil yang kesusahan
dan penuh penderitaan segera mengirimkan bantuan (ay.1,2). Mereka adalah jemaat
miskin, namun justru kaya dalam memberi dan menopang Yerusalem yang kesusahan
(ay.3-5).
Di sisi yang lain, Korintus tergolong jemaat kaya raya. Merekapun segera
merspon dan berjanji kepada Paulus untuk memberikan bantuan. Tetapi, hingga 1
(satu) tahun dari janji itu, jemaat Korintus belum merealisaikannya (ay.10).
Itulah sebabnya, Paulus mendesak mereka agar segera merealisasikan program
bantuan itu kepada jemaat Yerusalem. Satu tahun penundaan adalah waktu yang
tidak pendek. Yerusalem telah diabaikan Korintus selama satu tahun pasca
bencana. Silakan bayangkan kondisi ini.
Mengapa itu terjadi, ada alasan apa
Korintus hingga tega melakukannya? Tidak ada penjelasan dalam teks kita!
Namun jika memperhatikan ayat 11, kita menemukan sedikitnya dua alasan, yakni: Pertama,
mentalitas menunda. Paulus berkata di ayat 11: “Maka sekarang,
selesaikan jugalah pelaksanaannya itu!” Pemberian tanda baca “seru”
sangat tepat dilakukan oleh LAI mewakili nada kecewa di hati Paulus sekaligus
perintah tegas. Mereka bukan tidak memiliki dana, tetapi “sengaja” menunda
dan atau tidak memiliki kepekaan bahwa hal itu sangat urgen sehingga tidak
merasa bersala jika menundanya.
Sangat mungkin, warga jemaat Yerusalem,yang sedang menederita itu, menjadi
semangat ketika –barangkali- berita baik tentang Korintus yang akan memberi
bantuan, sudah mereka dengar dari Paulus sejak setahun lalu. Silakan bayangkan
menanti janji dan sangat berharap pada pemberian itu, namun justru hingga
setahun Korintus buta hati dan tanpa peduli menundanya.
Kedua, mentalitas menggenggam tangan. Paulus
melanjutkan perkataannya di ayat 11: “Hendaklah pelaksanaanya sepadan dengan
kerelaanmu…”. Kerelaan yang dimaksud adalah “janji untuk memberi bantuan”,
namun ternyata tidak sepadan dengan pelaksanaannya, yakni tidak dilaksanakan.
Dengan kata lain “tangan terlalu kuat menggenggam pemberian” karena tidak rela untuk
memberi. Istilah lain untuk hal ini adalah pelit.
Sejak awal sudah disebutkan bahwa jemaat Korintus terkategori sebagai
jemaat yang kaya, sehingga alasan tidak memiliki dana untuk membantu, adalah
alasan yang tidak mungkin. Mereka justru memiliki kekuatan finansial yang jauh
lebih baik dari Makedonia, yang oleh Paulus disebut jemaat miskin tetapi kaya
dalam memberi (bd. Ay.1-4). Korintus gagal mengolah berkat Tuhan yang melimpah
itu. Mereka menggenggamnya terlalu kuat sehingga berat untuk melepaskan bagi
orang
2. Berilah berdasarkan apa yang ada (ay.12)
2. Berilah berdasarkan apa yang ada (ay.12)
Sudah pasti Paulus tahu kemampuan yang dimiliki Korintus. Itulah sebabnya pada ayat 12, Paulus menghimbau mereka
agar rela memberi. Kerelaan itu ternyata dapat diukur, yakni berasarkan apa
yang ada padamu dan bukan berdasar apa yang tidak ada padamu.
Jika pemberian Korintus tidak sebanding dengan apa yang ada pada mereka,
maka Korintus akan terkategori sebagai “pemberi yang tak rela”. Istilah
lain untuk kondisi itu adalah “tindakan tidak jujur terhadap berkat yang
diberikan Allah”.
Dari perkataan Paulus ini, Korintus dituntut
untuk memmahami bahwa dalam memberikan persembahan, Tuhan tidak pernah meminta
sesuatu yang tidak ada pada mereka, sebab itu merupakan hal yang tidak mungkin.
Memberi sesuatu haruslah berdasarkan apa yang ada berarti juga menunjuk pada Kejujuran hati atas apa yang Tuhan
beri.
Memberi
persembahan sesuai apa yang ada berati juga kesediaan kita memberi dari apa
yang sudah disisikan untuk
persembahan dan bukan dari yang sudah
disisakan dari hasil kebutuhan. Berilah berdasarkan apa yang kita sisikan untuk TUHAN dan bukan apa yang sisa buat Tuhan. Dua hal ini tentulah
amat berbeda.
3. Diberkati untuk menjadi berkat (ay.13-15)
Menurut Paulus, kelebihan berkat yang ada di Korintus bertujuan untuk
meringankan kekuarangan yang ada di Yerusalem. Dengan demikian terjadi keadilan
dan keseimbangan. Hal ini menarik untuk diulas. Bahwa ternyata ketika Tuhan
memberkati Korintus dengan kondisi alam, pelabuhan, dan pusat perdagangan,
sehingga mereka mengalami kelimpahan, maka itu dimaksudkan supaya mereka dapat
dipakai menjadi alat Tuhan “untuk menyalurkan berkatNya” bagi yang membutuhkan,
dalam hal ini warga Yerusalem.
Paulus dengan kata lain mengingatkan Korintus, bahwa kelimpaham mereka
adalah “berkat titipan” yang harusnya diteruskan kepada yang membutuhkan.
Korintus diajarkan prinsip penting: “jika engkau telah diberkati,
hendaknya pergi untuk menjadi berkat”. Tujuan utamanya sederhana yakni
agar terjadi keseimbangan (ay.13) melalui penyaluran berkat dari yang berlimpah
kepada yang kurang (ay.14)
RELEVANSI
dan APLIKASI
Silakan membuat relevansi atau aplikasi melalui uraian eksegese di atas. Beberapa
usulan pokok relevansi sbb:
1.
Bukankah menunda acapkali
menjadi mentalitas banyak orang. Toh masih lama, ah nanti saja dll. Tuhan
memkakai banyak orang termasuk kita, untuk digerakkan menjadi penolong bagi
sesama. Lalu kemudian dengan sengaja kita tunda. Kita gagal membuat skala
prioritas sehingga orang lain menderita. Jika Tuhan mau memakai kita untuk
menolong orang lain, bersegeralah jangan ditunda.
2.
Pernahkah kita berpikir untuk
bertanya: “mengapa saya diberkati demikian ini, Tuhan?” Saya yakin jarang orang
bertanya seperti itu. Tetapi jika kemalangan menimpa, akan ada banyak orang
membuat tanda tanya besar dan bertanya: “mengapa saya yang alami muzibah ini,
tuhan?” Karena itu mulailah peka dan bertanya, mengapa ada kelebihan dan
kelimpahan pada kita? Bisajadi itu karena Tuhan titipkan bagi orang lain
melalui kita; sangat mungkin juga bahwa Tuhan ingin memakai kita sebagai
alatNya, bukan? Sebab siapa yang diberkati, seyogianya menjadi berkat bagi
sesama.
No comments:
Post a Comment