YEREMIA 17:5-8
MENGANDALKAN TUHAN
Bahan Khotbah Ibadah Minggu
29 Juli 2018
PENGANTAR (Latar Belakang Teks)
Yeremia yang bertugas di Israel Selatan atau Yehuda menyaksikan sendiri
bagaimana kehidupan iman dan prilaku keseharian umat Allah yang jauh dari kehendakNya.
Hukuman dinubuatkan bagi mereka tentang kehancuran bangsa ini akibat dosa. Yeremia
menjadi yakin bahwa Tuhan akan menjatuhkan hukuman atas Yehuda sehingga Yehuda
akan mengalami kerugian yang hebat yang disebut berasal dari Asyur dan Babel.
Walaupun nubuat sudah diberikan, besar harapan Yeremia kiranya Yehuda
bertobat. Kenyataannya justru mereka berpaling dari Allah dan berharap kepada
Mesir untuk menjamin mereka dari rongrongan bangsa lain. Mereka lebih
mengandalkan manusia dari pada mengandalkan Tuhan.
Telaah Perikop
Ada beberapa pokok penting yang perlu untuk digali dalam bacaan kita saat
ini, yakni:
1.
Terkutuklah orang yang mengandalkan manusia
(ay.5)
Bagian pertama ini begitu tegas dan jelas. Bahwa tiap
orang yang mengandalkan manusia akan dikutuki Allah. Apa yang dimaksud
mengandalkan manusia? Bagian ini menjadi jelas apabila kita membaca lebih
lanjut ayat 5 bacaan kita. Bahwa mengandalkan manusia itu adalah ketika
seseorang menjadikan diri sendiri sebagai pusat pertimbangan, jalan keluar dan
orientasi hidup. Dengan kata lain mengandalkan diri sendiri. Orang seperti itu
berarti menjauh dari Tuhan. Merekalah yang terkategori sebagai yang
mengandalkan manusia.
Istilah kutuk dari bahasa Ibrani אָרַר (aw-rar') yang berarti kutuk, dijijikkan
atau dijauhi oleh Allah. Silakan
bayangkan kondisi ini. Apakah yang terjadi jika Allah sendiri merasa jijik
melihat kita? Allah menjauh dan tidak lagi peduli pada kita akibat kita sendiri
yang merasa tidak membutuhkannya. Sikap tidak membutuhkan Allah nyata melalui
mengandalkan manusia dan bukan Allah. Akibatnya dikutuk olehnya.
2.
Konsekuensi dari mengandalkan manusia (ay.6)
Akibat dari mengandalkan manusia adalah kesengsaraan
hidup bagaikan semak bulus yang tidak memperoleh keadaan baik. Bahkan Yeremia
menyamakan kondisi orang yang dikutuk itu bagaikan tinggal dipadang gurun,
hidup dipadang asin yang tidak berpenduduk. Kesan yang cukup kuat dari kondisi
ini adalah kehancuran hidup. Silakan bayangkan hidup di tanah gurun dan asin
seorang diri tanpa mendapat bantuan. Demikianlah kondisi hidup orang yang tidak
mengandalkan Tuhan.
3.
Diberkatilah orang yang mengandalkan Tuhan
(ay.7)
Berbeda dengan kondisi mereka yang dikutuk Tuhan, pada
ayat ini Yeremia memberikan perlawanan kondisi dengan ayat sebelumnya. Mereka
yang mengandalkan Tuhan akan diberkati. Apakah yang dimaksud dengan
mengandalkan Tuhan? Mereka yang mengandalkan Tuhan adala mereka yang sangat
tergantung dan berharap padaNya. Apapun yng direncanakan ataupun dilakukan,
TUHAN Allah tetap dilibatkan.
Istilah diberkati berasal dari bahasa Ibrani בָּרַךְ (barak) yang
berarti diberkati, berlutut di hadapan Allah dan atau menjalin kedekatan yang sangat
kuat. Istilah ini sama dengan yang dipakai untuk “TUHAN kemudian
memberkati Abrahan” yang juga bermakna menjalin hubungan yang sangat dekat
dengan Allah sehingga ia disebut sahabat Allah. Orang yang mengandalkan Tuhan
akan diberkati. Ini berarti Tuhan mendekatkan jarak denganNya atau menjalin
hubungan yang dalam dengan seorang yang diberkati. Silakan bayangkan apa yang
terjadi jika Tuhan datang membangun hubungan yang akrab dan dekat!!
4.
Yang diperoleh karena mengandalkan Tuhan (ay.8)
Ketika Tuhan memberkati, akibat kesediaan kita
mengandalkanNya maka bagaikan pohon ditepi air, yang berarti mudah menjalani
kehidupan dan tidak mengalami kekurangan. Bahkan yang luar biasa dari
mengandalkan Tuhan adalah tidak mengalami kekuatiran terhadap masalah yang akan
datang sebab segala sesuatu berhasil (menghasilkan buah).
Hal ini sangat jauh berbeda dengan kondisi mereka yang
dikutuk oleh Tuhan karena mengandalkan diri sendiri. Hanya mereka yang
mengandalkan Tuhan-lah yang diberkati dan Tuhan bersedia menjalin hubungan yang
dalam dengan pribadi itu.
Relevansi dan Aplikasi
1. Mengapa Allah mengajarkan kita untuk tidak mengandalkan
manusia? sedikitnya ada 2 alasan mengapa orang percaya tidak boleh mengandalkan
manusia. Pertama, karena
manusia dapat mengecewakan. Manusia seringkali ingkar kepada kata-kata dan
janjinya sendiri. Ada begitu banyak orang yang dengan mudah mengucapkan
janji-janji manis, namun semudah mengucapkan janji, semudah itu pula janji itu
terlupakan. Mungkin kita juga adalah salah satu dari orang yang sering
mengingkari janji kita kepada sesama? Kedua,
karena manusia memiliki kemampuan yang terbatas. Ada pula
kenyataan orang yang berjanji kepada kita ingin sekali menepati janjinya,
tetapi keadaannya tidak memungkinkan untuk menepati janji itu.
2. Jadi, kalau kita sudah memahami bahwa manusia dapat
mengecewakan dan manusia memiliki kemampuan yang terbatas, mengapa kita masih
mengandalkan manusia dan bukan mengandalakan TUHAN? Padahal dengan jelas hanyalah TUHAN
satu-satunya pribadi yang patut diandalkan, karena TUHAN memiliki kriteria
untuk dapat diandalkan yaitu: Pertama
: TUHAN selalu menepati janji-NYA. DIA tidak pernah
mengingkari janji-NYA. Kedua
: Tuhan adalah pribadi yang MAHA KUASA. Tidak ada yang
dapat membatasi kuasa-NYA untuk menolong kita. TUHAN dapat memberikan
pertolongan meski seberat apa pun masalah kita, kapan pun dan dimana pun kita
perlu pertolongan-NYA. TUHAN adalah pribadi yang dapat diandalkan.
3. Bukan saja Tuhan adalah pribadi yang dapat diandalkan,
namun ada janji penting jika kita mengandalkan TUHAN yakni akan diberkati
olehNya. Hidup yang diberkati berarti hidup penuh kelimpahan. Kelimpahan
dimaksud bukan hanya dibatasi oleh materi tetapi banyak hal, misal sukacita dan
damai sejahtera, janji penyertaan di saat bergumul dan juga temukan jalan
keluar bersamanya.
Karena
itu marilah kita menjadi pribadi yang mengandalkan Tuhan. Amin.
No comments:
Post a Comment