EFESUS
1:15-23
NYATAKANLAH
SYUKURMU
Bahan
Bacaan Alkitab Ibadah Minggu
22 Juli
2018
PENGANTAR (Latar Belakang Kitab)
Surat kepada jemaat di Efesus ini
ditulis oleh Rasul Paulus ketika ia sedang berada dalam penjara di Roma sekitar
tahun 60-61 M. Surat ini dikirim Paulus ke Efesus melalui seorang yang bernama
Tikhikus (6:21,22) yang juga adalah orang yang sama menyampaikan surat kepada
jemaat Kolose. Hal ini terlihat dengan jelas pada kesamaan atau kemiripan
redaksional penutup kedua surat ini yakni pada Kol.4:7 dan Ef.6:21-22.
Pada saat itu Efesus dan
masyarakatnya dari sisi keagamaan masih sangat dipengaruhi pada penyembahan
terhadap dewi Artemis. Penyembahan terhadap dewi ini menjadi hal pokok dan
utama bukan saja karena ia dianggap sebagai demi kesuburan dan kemakmuran,
namun juga karena di beberapa tempat pada budaya Yunani Kuno, dewi Artemis
dipandang sebagai Soteira (penyelamat) dan Agrotera (pemburu) dan
merupakan dewi pemimpin para penjaga dari segala hal yang ada di alam liar
seperti pohon dan sungai. Bagi Efesus, dewi Artemis sangat dipuja karena ia
dianggap menjamin keselamatan dan kehidupan mereka.
Itulah sebabnya isi surat Efesus
yang dituliskan Paulus ini berintikan ajaran tentang bagaimana memperoleh
keselamatan yang sejati dalam diri orang percaya. Hal ini dengan sengaja
dutulis untuk mematahkan pemahaman keselamatan yang muncul diberbagai budaya
dan bangsa termasuk Efesus.
TELAAH PERIKOP (Tafsiran)
Ayat 15-17
Bagaimana seharusnya kondisi
Paulus ketika menulis surat kepada jemaat di Efesus ini? Silakan bayangkan
kondisi orang yang dalam penjara. Sudah pasti menderita, tertekan, dan bisa
jadi menyesali hidup. Apalagi Paulus dipenjara bukan karena suatu kesalahan
melainkan karena memberitakan Injil Yesus Kristus. Tetapi, perhatikan kondisi dan
suasana hati Paulus ketika menulis surat ini: “aku... tidak berhenti mengucap
syukur...” ( ay.16). Ternyata Paulus bukan menggerutu, bukan tertekan
dan kecewa, tetapi justru ia bersukacita dan bersyukur.
Mengapa demikian? Ayat 15
menjelaskan alasannya. Paulus tetap bersukacita dan bersyukur walaupun ia dalam
penjara disebabkan karena suatu alasan yang menurut Paulus itu sangat penting,
yakni mendengar kabar tentang iman
orang-orang Efesus. Dari mana Paulus tahu? Sangat mungkin dari Tikhikus
(6:21,22). Ternyata jemaat yang ia bentuk ini menunjukkan perkembangan yang
sangat baik, sehngga menjadi “obat” baginya yang mendatangkan sukacita walau ia
berada dalam penjara. Kondisi dalam penjara bukan saja berubah suasana karena
kabar itu tetapi juga membuat Paulus lupa tentang suasana penjara karena
kesibukan yang baru dalam penjara yakni menjadi pendoa bagi jemaat itu (ay.16)
dan sekaligus mendampingi mereka melalu surat yang menguatkan.
Ayat 18-21
Dalam kesesakan dan kebuntuan
jalan, pengharapan sangat penting. Itulah sebabnya dalam surat di Efesus ini,
Paulus mendoakan mereka agar memperoleh pengertian
tentang pengharapan kepada Yesus Kristus (ay.18). Bahwa menurut Paulus,
pengharapan yang dimaksud adalah pada kuat kuasa Yesus Kristus yang duduk di
seblah kanan Allah Bapa (ay.19,20) dan bahkan kuasaNya itu jauh lebih besar
dari kuas amanapun di dunia termasuk para pemerintah yang memenjarakannya
(ay.21).
Sangatlah mungkin bahwa kekuatan pengharapan inilah yang
membuat Paulus kuat dan mampu menanggung derita di dalam penjara dan kemudian
dengan kekuatan itu, ia justru mampu menguatkan dan meneguhkan jemaat Efesus.
Bukankah seharusnya orang yang di luar penjara-lah yang menguatkan mereka yang
terpenjara? Justru sebaliknya, Paulus menjadi penguat dalam suratnya ini.
Ayat 22-23
Paulus menyebut kata kunci
penting bagi hidup berjemaat terutama bagi jemaat Efesus bahwa yang utama dari
segala sesuatu adalah mengakui Yesus Kristus sebagai Kepala segala sesuatu
termasuk kepala dari jemaat Efesus (ay.22), dan selanjutnya kesadaran diri pada
Efesus bahwa mereka adalah tubuhNya (ay.23).
Hal ini bagi Paulus sangatlah
penting untuk mengajak jemaat berada dalam satu kesatuan “komando” dari satu
kepala yakni Yesus Kristus Tuhan, sekaligus mengingatkan mereka bahwa mereka
dalah tubuh Kristus sebagai jemaat agar hidup tidak terpecah, melainkan tetap
menjadi satu; menjaga kekudusan hidup sebagai mana Yesus Kristus yang adalah
kepala.
Jika memperhatikan keseluruh
tulisan Paulus ini, hal mengucap syukur memang karena kabar baik dari Efesus.
Tetapi kekuatan mengucap syukur datangnya dari Yesus Kristus. Dialah sumber
dari ungkapan Syukur Paulus.
RELEVANSI DAN APLIKASI (Penerapan).
1.
Tinggal dalam penjara di Roma tidaklah
mudah bagi Paulus. Pada umumnya para tahanan dalam penjara berpijak pada lantai
yang tidak datar, atau memiliki sudut kemiringan. Tangan diikat menjadi satu
dengan rantai dan terkait pemberat dari batu yang dibuat menyerupai bola volly.
Hal yang sama juga terjadi pada kedua kaki. Kaki dan tangan yang terikat itu
kemudian dihubungkan dengan seutas rantai pendek. Sehingga ketika berbaring,
cara tidur terbaik adalah tidur melengkung (tidur pistol) atau posisi
menyamping sambil melengkungkan badan.
Silakan
bayangkan kondisi ini terjadi pada Paulus. Lalu tiba-tiba ia menulis surat dan
berkata kepada jemaat Efesus melalui suratnya: “aku... tidak berhenti mengucap
syukur...” ( ay.16). Wow... bagaimana mungkin mengucap syukur dengan
kondisi seperti itu? Bukankah lebih tepat seharusnya Paulus menggerutu,
bersungut dengan kondisi tersebut? Bersyukur dalam penderitaan adalah hal yangg
tidak mungkin, tidak logis dan hampir tidak ada yang mau dan bersedia
melakukannya.
Tetapi mengapa
Paulus mampu melakukannya? Dalam 1 Tes. 5:18, Rasul Paulus mengajarkan: “Mengucap
syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam
Kristus Yesus bagi kamu”. Ternyata perintah ini tidak hanya ia ajarkan
tetapi juga ia lakukan dan kerjakan. Bagaimana caranya?
Adalah penting bagi kita untuk
mengucap syukur dalam segala keaadaan. Tapi adalah mustahil mengucap syukur di
saat sakit atau berduka bukan? Lalu bagaimana mampu melakukannya? Paulus
mengucap syukur bukan alasan tentang apa yang ia alami. Ia tidak mengucap
syukur berdasarkan kondisi dirinya, melainkan tentang apa yang Tuhan buat bagi
jemaat Efesus yang telah berhasil dalam iman (ay.16). Itu berarti kita diajak
mengucap syukur bukan karena melihat apa yang terjadi di bawah yaitu disekitar
kita (sehat, sakit, bahagia, susah, bekerja, pensiun, ulangtahun dll), tetapi
berdasarkan tentang apa yang dilakukan
Tuhan di atas sana.
Tidak peduli apa yang terjadi
pada kita di bawah kolong langit ini, yang penting adalah apa yang Tuhan
lakukan dan rancangkan di atas sana, itulah alasan kita mengucap syukur. Sebab
rancanganNya adalah rancangan damai sejahtera.
2.
Kemajuan Iman jemaat Efesus menjadi
inspirasi bagi Paulus untuk bersyukur (ay.16) dan sekaligus membuatnya
menyibukkan diri untuk meneguhkan dan menguatkan Efessus melalui doa pribadi dan
berbagai nasehat dalam suratnya itu (ay.18-23).
Berapa banyak
dari kita yang cendrung untuk menyerah pada keadaan pahit yang dialami. Belajar
dari Paulus yang tidak berharap di hibur orang diluar penjara, tetapi malah
menjadi kekuatan dan berkat bagi mereka di luar sana, maka demikianlah harusnya
kita. Kondisi dan keadaan yang ia alami tidak menjadi penghalang baginya untuk
bersyukur dan melanjutkan karya memberitakan injil walau dalam penjara. Kondisi
terpuruk itu justru dijadikan kekuatan untuk terus berkarya.
Bagaimana dengan
kita? Kiranya kita dimampukan melihat peluang untuk dapat bersyukur dalam
segala hal. Paulus bersyukur karena pertumbuhan Iman Efesus, walau ia sendir
dalam penjara. Kita diajarkan untuk juga melihat berbagai peluang di kondisi
tidak nyaman sekalipun untuk dapat bersyukur dan memuliakan Allah.
Di sisi yang
lain, kitapun di ajar untuk tidak terpaku pada “penjara” hidup kita
masing-masing, sebagaimana Paulus tidak terpaku pada sempitnya Penjara, namun
tetap sibuk menulis surat dari penjara untuk menguatkan jemaat Efesus dan
Kolose. Berhentilah fokus pada masalah dan beban hidup. Jangan hanya melihat
beban yang dipikul, alihkanlah sudut pandang kita pada kekuatan dan kuasa Allah
dalam Yesus Kristus untuk beroleh pengharapan (ay.18-20) dan mulailah menjalani
kehidupan yang posistif sebagaimana Paulus lakukan.
Kiranya, kita semua dimampukan.
Amin.
No comments:
Post a Comment