Sunday, July 15, 2018

EFESUS 1:15-23 NYATAKANLAH SYUKURMU


EFESUS 1:15-23
NYATAKANLAH SYUKURMU
Bahan Bacaan Alkitab Ibadah Minggu
22 Juli 2018

PENGANTAR (Latar Belakang Kitab)
Surat kepada jemaat di Efesus ini ditulis oleh Rasul Paulus ketika ia sedang berada dalam penjara di Roma sekitar tahun 60-61 M. Surat ini dikirim Paulus ke Efesus melalui seorang yang bernama Tikhikus (6:21,22) yang juga adalah orang yang sama menyampaikan surat kepada jemaat Kolose. Hal ini terlihat dengan jelas pada kesamaan atau kemiripan redaksional penutup kedua surat ini yakni pada Kol.4:7 dan Ef.6:21-22.

Pada saat itu Efesus dan masyarakatnya dari sisi keagamaan masih sangat dipengaruhi pada penyembahan terhadap dewi Artemis. Penyembahan terhadap dewi ini menjadi hal pokok dan utama bukan saja karena ia dianggap sebagai demi kesuburan dan kemakmuran, namun juga karena di beberapa tempat pada budaya Yunani Kuno, dewi Artemis dipandang sebagai Soteira (penyelamat) dan Agrotera (pemburu) dan merupakan dewi pemimpin para penjaga dari segala hal yang ada di alam liar seperti pohon dan sungai. Bagi Efesus, dewi Artemis sangat dipuja karena ia dianggap menjamin keselamatan dan kehidupan mereka.

Itulah sebabnya isi surat Efesus yang dituliskan Paulus ini berintikan ajaran tentang bagaimana memperoleh keselamatan yang sejati dalam diri orang percaya. Hal ini dengan sengaja dutulis untuk mematahkan pemahaman keselamatan yang muncul diberbagai budaya dan bangsa termasuk Efesus.

TELAAH PERIKOP (Tafsiran)

Ayat 15-17
Bagaimana seharusnya kondisi Paulus ketika menulis surat kepada jemaat di Efesus ini? Silakan bayangkan kondisi orang yang dalam penjara. Sudah pasti menderita, tertekan, dan bisa jadi menyesali hidup. Apalagi Paulus dipenjara bukan karena suatu kesalahan melainkan karena memberitakan Injil Yesus Kristus. Tetapi, perhatikan kondisi dan suasana hati Paulus ketika menulis surat ini: “aku... tidak berhenti mengucap syukur...” ( ay.16). Ternyata Paulus bukan menggerutu, bukan tertekan dan kecewa, tetapi justru ia bersukacita dan bersyukur.

Mengapa demikian? Ayat 15 menjelaskan alasannya. Paulus tetap bersukacita dan bersyukur walaupun ia dalam penjara disebabkan karena suatu alasan yang menurut Paulus itu sangat penting, yakni mendengar kabar tentang iman orang-orang Efesus. Dari mana Paulus tahu? Sangat mungkin dari Tikhikus (6:21,22). Ternyata jemaat yang ia bentuk ini menunjukkan perkembangan yang sangat baik, sehngga menjadi “obat” baginya yang mendatangkan sukacita walau ia berada dalam penjara. Kondisi dalam penjara bukan saja berubah suasana karena kabar itu tetapi juga membuat Paulus lupa tentang suasana penjara karena kesibukan yang baru dalam penjara yakni menjadi pendoa bagi jemaat itu (ay.16) dan sekaligus mendampingi mereka melalu surat yang menguatkan.

Ayat 18-21
Dalam kesesakan dan kebuntuan jalan, pengharapan sangat penting. Itulah sebabnya dalam surat di Efesus ini, Paulus mendoakan mereka agar memperoleh pengertian tentang pengharapan kepada Yesus Kristus (ay.18). Bahwa menurut Paulus, pengharapan yang dimaksud adalah pada kuat kuasa Yesus Kristus yang duduk di seblah kanan Allah Bapa (ay.19,20) dan bahkan kuasaNya itu jauh lebih besar dari kuas amanapun di dunia termasuk para pemerintah yang memenjarakannya (ay.21).

Sangatlah mungkin bahwa kekuatan pengharapan inilah yang membuat Paulus kuat dan mampu menanggung derita di dalam penjara dan kemudian dengan kekuatan itu, ia justru mampu menguatkan dan meneguhkan jemaat Efesus. Bukankah seharusnya orang yang di luar penjara-lah yang menguatkan mereka yang terpenjara? Justru sebaliknya, Paulus menjadi penguat dalam suratnya ini.

Ayat 22-23
Paulus menyebut kata kunci penting bagi hidup berjemaat terutama bagi jemaat Efesus bahwa yang utama dari segala sesuatu adalah mengakui Yesus Kristus sebagai Kepala segala sesuatu termasuk kepala dari jemaat Efesus (ay.22), dan selanjutnya kesadaran diri pada Efesus bahwa mereka adalah tubuhNya (ay.23).

Hal ini bagi Paulus sangatlah penting untuk mengajak jemaat berada dalam satu kesatuan “komando” dari satu kepala yakni Yesus Kristus Tuhan, sekaligus mengingatkan mereka bahwa mereka dalah tubuh Kristus sebagai jemaat agar hidup tidak terpecah, melainkan tetap menjadi satu; menjaga kekudusan hidup sebagai mana Yesus Kristus yang adalah kepala.

Jika memperhatikan keseluruh tulisan Paulus ini, hal mengucap syukur memang karena kabar baik dari Efesus. Tetapi kekuatan mengucap syukur datangnya dari Yesus Kristus. Dialah sumber dari ungkapan Syukur Paulus.


RELEVANSI DAN APLIKASI (Penerapan).
1.      Tinggal dalam penjara di Roma tidaklah mudah bagi Paulus. Pada umumnya para tahanan dalam penjara berpijak pada lantai yang tidak datar, atau memiliki sudut kemiringan. Tangan diikat menjadi satu dengan rantai dan terkait pemberat dari batu yang dibuat menyerupai bola volly. Hal yang sama juga terjadi pada kedua kaki. Kaki dan tangan yang terikat itu kemudian dihubungkan dengan seutas rantai pendek. Sehingga ketika berbaring, cara tidur terbaik adalah tidur melengkung (tidur pistol) atau posisi menyamping sambil melengkungkan badan.

Silakan bayangkan kondisi ini terjadi pada Paulus. Lalu tiba-tiba ia menulis surat dan berkata kepada jemaat Efesus melalui suratnya: “aku... tidak berhenti mengucap syukur...” ( ay.16). Wow... bagaimana mungkin mengucap syukur dengan kondisi seperti itu? Bukankah lebih tepat seharusnya Paulus menggerutu, bersungut dengan kondisi tersebut? Bersyukur dalam penderitaan adalah hal yangg tidak mungkin, tidak logis dan hampir tidak ada yang mau dan bersedia melakukannya.

Tetapi mengapa Paulus mampu melakukannya? Dalam 1 Tes. 5:18, Rasul Paulus mengajarkan: “Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu”. Ternyata perintah ini tidak hanya ia ajarkan tetapi juga ia lakukan dan kerjakan. Bagaimana caranya?

Adalah penting bagi kita untuk mengucap syukur dalam segala keaadaan. Tapi adalah mustahil mengucap syukur di saat sakit atau berduka bukan? Lalu bagaimana mampu melakukannya? Paulus mengucap syukur bukan alasan tentang apa yang ia alami. Ia tidak mengucap syukur berdasarkan kondisi dirinya, melainkan tentang apa yang Tuhan buat bagi jemaat Efesus yang telah berhasil dalam iman (ay.16). Itu berarti kita diajak mengucap syukur bukan karena melihat apa yang terjadi di bawah yaitu disekitar kita (sehat, sakit, bahagia, susah, bekerja, pensiun, ulangtahun dll), tetapi berdasarkan tentang apa yang dilakukan Tuhan di atas sana.

Tidak peduli apa yang terjadi pada kita di bawah kolong langit ini, yang penting adalah apa yang Tuhan lakukan dan rancangkan di atas sana, itulah alasan kita mengucap syukur. Sebab rancanganNya adalah rancangan damai sejahtera.

2.      Kemajuan Iman jemaat Efesus menjadi inspirasi bagi Paulus untuk bersyukur (ay.16) dan sekaligus membuatnya menyibukkan diri untuk meneguhkan dan menguatkan Efessus melalui doa pribadi dan berbagai nasehat dalam suratnya itu (ay.18-23).

Berapa banyak dari kita yang cendrung untuk menyerah pada keadaan pahit yang dialami. Belajar dari Paulus yang tidak berharap di hibur orang diluar penjara, tetapi malah menjadi kekuatan dan berkat bagi mereka di luar sana, maka demikianlah harusnya kita. Kondisi dan keadaan yang ia alami tidak menjadi penghalang baginya untuk bersyukur dan melanjutkan karya memberitakan injil walau dalam penjara. Kondisi terpuruk itu justru dijadikan kekuatan untuk terus berkarya.

Bagaimana dengan kita? Kiranya kita dimampukan melihat peluang untuk dapat bersyukur dalam segala hal. Paulus bersyukur karena pertumbuhan Iman Efesus, walau ia sendir dalam penjara. Kita diajarkan untuk juga melihat berbagai peluang di kondisi tidak nyaman sekalipun untuk dapat bersyukur dan memuliakan Allah.

Di sisi yang lain, kitapun di ajar untuk tidak terpaku pada “penjara” hidup kita masing-masing, sebagaimana Paulus tidak terpaku pada sempitnya Penjara, namun tetap sibuk menulis surat dari penjara untuk menguatkan jemaat Efesus dan Kolose. Berhentilah fokus pada masalah dan beban hidup. Jangan hanya melihat beban yang dipikul, alihkanlah sudut pandang kita pada kekuatan dan kuasa Allah dalam Yesus Kristus untuk beroleh pengharapan (ay.18-20) dan mulailah menjalani kehidupan yang posistif sebagaimana Paulus lakukan.

Kiranya, kita semua dimampukan. Amin.


No comments:

Post a Comment

KEANGKUHAN RAJA BELSYAZAR

  DANIEL 5:21-30     Pendahuluan Nama Daniel adalah nama dari orang Ibrani yakni dani’el yang berarti Allah adalah Hakim-ku . Ia terk...