1
PETRUS 5:1-5
PENGANTAR
Surat Petrus Yang
Pertama ini ditujukan kepada orang-orang Kristen yang tersebar di seluruh
bagian utara Asia Kecil. Mereka disebut "umat pilihan Allah". Maksud
utama surat ini ialah untuk menguatkan iman para pembacanya yang sedang
mengalami tekanan dan penganiayaan karena percaya kepada Kristus. Petrus
mengingatkan para pembacanya akan Kabar Baik tentang Yesus Kristus yang
merupakan jaminan harapan mereka. Sebab, Yesus Kristus sudah mati, hidup
kembali dan berjanji akan datang lagi.
Para
penerima surat 1 Petrus ini, hidup dalam masa-masa sukar. Mereka ada di zaman
sulit. Saat dimana Kekristenan mengalami penganiayaan. Dibenci oleh Nero, sang
penguasa. Tentu saja, bagi yang memiliki mentalitas cari aman, pilihan
mengikuti jejak Yesus, bukanlah keputusan cerdas. Mereka akan memilih menolak
salib, sebab itu derita. Terhadap yang setia beriman, namun minim pemahaman,
Petrus bukan saja mencerdaskan, namun juga menguatkan melalui suratnya ini.
TELAAH PERIKOP
Dalam
kondisi memprihatinkan seperti itu, gereja Tuhan di zaman Surat Petrus ini,
memerlukan para pemimpin dan pelayan yang berkualitas. Lazimnya para pemimpin
jemaat di zaman itu biasa disebut dengan Penatua. Itulah sebabnya, Petrus
menasehati para penatua dalam jemaat itu untuk melayani dengan baik. Tugas
utama mereka adalah menggembalakan umat Tuhan.
Untuk
melaksanakan tanggung jawab menggembalakan atau memimpin umat Tuhan tersebut,
Rasul Petrus memberikan beberapa standard pelayanan dan ketentuan memimpin yang
sangat detail. Ada beberapa hal penting yang harus dipenuhi seorang pemimpin
yang melayani umat Tuhan diuraikan oleh Petrus dalam bacaan kita, yakni:
1.
Umat Tuhan disebut kawanan domba Allah (ay.2a)
Hal menarik ditegaskan Petrus dalam ayat 2a ini. Bahwa umat
yang akan dipimpin dan digembalakan oleh penatua atau pemimpin umat pada waktu
itu adalah “kawanan domba Allah”. Perhatikanlah kata keterangan untuk menunjuk
siapa pemilik kawanan domba itu. Ternyata kawanan domba tersebut milik Allah.
Umat yang digembalakan itu bukan milik si pemimpin umat atau para penatua
tersebut, melainkan milik Tuhan. Umat yang digembalakn itu adalah jemaat milik
Tuhan dan bukan milik para pemimpin umat.
Pernyataan Rasul Petrus ini sangat penting untuk menegaskan
bahwa siapapun para pemimpin umat, tidak pernah memiliki gereja atau umat yang
dilayani. Tuhan pemilik gereja dan umatNya. Para gembala atau penatua pada
zaman itu diarahkan untuk memahami bahwa mereka tidak melayani umat Tuhan,
tetapi melayani Tuhan. Cara melayani Tuhan melalui menggembalakan milik Tuhan
yaitu umatNya atau kawanan domba Allah.
2. Gembalakan dengan
sukarela sesuai kehendak Allah (ay.2b)
Kalimat lengkap dari ayat 2b ini adalah: “gembalakanlah...
jangan dengan paksa, tetapi dengan sukarela sesuai dengan kehendak Allah”.
Perintah ini mengandung pengertian bahwa seorang gembala atau pemimpin umat
harus menggembalakan sesuai dengan kemauan atau kehendak Allah dan bukan
kemauan dan kehendak diri sendiri sebagai pemimpin.
Sebab jika yang diutamakan adalah harus terjadi sesuai
dengan kehendak sendiri dari pemimpin dan bukan kehendak Allah, maka itu
bukanlah mengajak mereka dengan sukarela, melainkan mengajak dan memimpin
mereka dengan paksa. Jika dikerjakan sesuai kehendak Allah, maka cara memimpin
harus sesuai dengan cara Tuhan, yakni penuh kasih, membangun, menopang dan
mengampuni. Tidak ada upaya dan tindakan yang justru menyakiti kawanan domba
Allah namun merangkul dengan penuh kasih setiap pelayanan yang dikerjakan.
Itulah model Sang Gembala Agung menggembalakan umatNya.
3. Jangan cari
keuntungan, utamakan pengabdian (ay.2c)
Ketulusan dalam pelayanan ditekankan oleh Rasul Petrus bagi
para Penatua dan pemimpin umat yang menerima suratnya ini. Pelayanan harus di
dasarkan atas dasar pengabdian. Pengabdian dimaksud adalah pengabdian kepada
Allah sumber pemberi hidup. Seorang yang melayani Tuhan melalui umatNya, harus
didasarkan bukan karena akan menerima sesuatu tetapi justru karena telah
menerima sesuatu dari Allah.
Orang yang diselamatkan adalah pribadi yang telah menerima
sesuatu yang berharga dari Allah yakni keselamatan. Wujud syukur karena telah
menerima keselamatan dari Allah adalah melayani dengan penuh pengabdian dan
bukan demi mencari keuntungan. Sebab keuntungan sudah diterima lebih dulu sebelum
orang percaya melayani, yakni menerima anugerah keselamatan.
4. Cara memimpin
dengan baik adalah menjadi Teladan (ay.3)
Hal yang indah dari melayani adalah jika orang yang
kita tuntun mau mengikuti apa yang kita arahkan dalam kebenaran demi kebaikan
mereka. Namun Petrus menekankan bahwa cara terbaik melayani adalah bukan
memaksa dan memerintah mereka yang dilayani untuk mengerjakan apa yang harus
mereka kerjakan sebagai pribadi yang diselamatkan.
Cara jitu yang dianjurkan Petrus adalah menjadikan
pusat kehidupan para pemimpin sebagai teladan umat. Cara bijak untuk menuntun
seseorang adalah bukan memerintah namun memberi teladan. Sebab gembala berjalan
di depan. Arah dan tujuan yang dituju gembala pasti diikuti dombanya. Itulah
sebabnya, gembala menjadi panutan atau teladan, memberikan teladan yang baik
akan menghasilkan pengaruh yang besar pada kehidupan umat untuk berprilaku dan
mengerjakan kebaikan juga.
Pada ayat 4 bacaan kita, Petrus memberikan alasan mengapa mereka harus
mengerjakan 4 poin di atas ketika menggembalan kawanan domba Allah. Alasannya
adalah, karena Gembala Agung yakni Tuhan Yesus Kristus pasti akan kembali dan
meminta pertanggung-jawaban atas apa yang sudah dikerjalan. Bila hasil
pekerjaan baik, maka yang dieroleh adalah mahkota kemuliaan; jika yang
dikerjakan justru menyimpang dari kehendakNya, maka murka Tuhan pasti akan
ditimpakan.
Apabila kita membaca secara kritis ayat 5, maka kita menemukan bahwa
Rasul Petrus dalam perikop ini, tidak hanya berbicara tentang bagaimana
seharusnya para gembala dan pemimpin umat itu mengerjakan panggilan
pelayanannya. Pada ayat 5, Petrus juga menasehati umat Tuhan sebagai kawanan
domba Allah. Sebagai jemaat, mereka juga harus dengan sukarela dan patuh serta
tunduk mengerjakan apa yang diajarkan kepada mereka. Umat dilarang tegas
bersikap angkuh dan tinggi hati. Melainkan mereka dimintakan untuk saling
rendahkan diri seorang akan yang lain. Hal ini penting agar umat menyadari
panggilan mereka sebagai kawanan domba yang harus rendah hati dan meninggikan Tuhan
sebagai pribadi yang maha tinggi.
RELEVANSI DAN
APLIKASI
Firman Tuhan ini bukan hanya ditujukan kepada para pemimpin umat
(Diaken, Penatua atau Pendeta) tapi juka ditujukan kepada semua orang yang
memberi diri untuk melayani Tuhan melalui pelayanan kepada umatNya. Entah kita
sebagai presbiter, pengurus Pelkat, komisi, ibu rumah tangga. Siapapun kita
dipanggil untuk melayani. Karena itu penting bagi kita untuk merenungkan
hal-hal sebagi berikut:
1.
Sebagai seorang umat yang melayani Tuhan, kita harus mengingat
bahwa yang kita layani adalah kawanan domba Allah yang dipercayakan kepada
kita. Penyadaran akan hal ini membuat kita bertanggungjawab dalam mengerjakan
tanggungjawab kita. Penyadaran akan hal ini juga akan membuat kita tidak dalam
posisi mengeksploitasi orang yang kita layani (Yeh 34:1-6 adalah kisah
eksploitasi yang dilakukan gembala jahat).
Sebagai ibu2 misalnya, ketika
melayani anak2 dan suami, maka pahamilah bahwa mereka bukanlah milik kita tapi
milik Tuhan. Layanilah dengan sukacita dan kerelaan seakan melakukannya untuk
Tuhan. Sebab anak-anak yang kita layani dan besarkan adalah titipan Tuhan bagi
kita.
2.
Kita juga tidak boleh mencari keuntungan, tetapi pengabdian
(ay 2). Melayani itu adalah memberi dan mengorbankan yang kita punya.
Seorang pelayan tidak menghitung apa yang sudah ia serahkan (waktu, tenaga,
atau uang) tetapi menghitung apa lagi yang masih bisa ia persembahkan. jika kita melakungan
hitung-hitungan maka kita bisa mengharapkan balas jasa dan terjebak dalam
perbuatan mengharapkan pamrih atau ketidaktulusan. Bukankah hal ini pula yang
kita lakukan sebagai seorang ibu kepada anak2nya? Pelayanan terbaik para
ibu yang berkorban begitu besar untuk anak-anaknya dan keluarganya adalah tidak
pernah memperhitungkan apapun demi kebahagian mereka.
No comments:
Post a Comment