Pendahuluan
Tugas
utama seorang hamba Tuhan adalah menaati perintah Tuhan. Tak heran jika di
tengah kisah persiapan Musa untuk pergi ke Mesir, perjumpaan Musa dan Harun,
serta pertemuan mereka dengan tua-tua di Mesir, kita diberikan suatu kisah yang
menarik tentang murka Allah terhadap Musa karena ketidaktaatannya (ay. 24-26).
Telaah
Perikop
Keluaran 4:18-31: tujuan panggilan Tuhan secara khusus buat
Musa yaitu untuk membebaskan bangsa Israel dari perbudakan Mesir dan supaya
bangsa Israel beribadah kepada Tuhan. Ketika Musa berusaha membebaskan orang
Israel dari perbudakan dengan kekuatannya sendiri, dia gagal total. Sehingga
ketika ada panggilan khusus dari Tuhan untuk kedua hal ini, dia sampai berkali-kali
menolak, tetapi Tuhan berkali-kali menegaskan panggilan Tuhan ini sehingga
akhirnya Musa mau melakukannya.Ada beberapa pokok penting dalam
perikop ini yang dapat kita gali dan telusuri mengenai cara Tuhan memanggil dan
mengutus serta bagaimana kita mengerjakan panggilan pengutusan tersebut.
1. Ketika Musa dipanggil Tuhan untuk
diutus, dia sedang bekerja menggembalakan domba Yitro, mertuanya. Panggilan
Tuhan menuntut dia untuk meninggalkan pekerjaannya dan tempat tinggalnya selama
40 tahun. Pada ayat 18, Musa tidak langsung meninggalkan pekerjaannya untuk
melakukan panggilan Tuhan, tetapi dia meminta secara sopan dan hormat kepada
mertuanya izin terlebih dahulu. Karena sikap ini dan juga tentunya karena Musa
melakukan pekerjaannya dengan baik maka Yitro percaya dan dengan senang
memberikan izin kepada Musa. Inilah teladan yang harus kita ikuti. Kita perlu
minta hikmat Tuhan untuk kapan menjawab panggilan Tuhan dan janganlah kita
menunda-nunda ataupun lari dari panggilan Tuhan.
2. Pada ay 24, ada yang menarik
dari kisah ini. Tuhan berikhtiar (berusaha) untuk membunuhMusa ketika dia dalam
perjalanan ke Mesir. Tidak tertulis secara jelas alasan Tuhan mau membunuh Musa
tetapi setelah Zipora, istri Musa, menyunat anaknya, Tuhan membiarkan Musa. Ada
kemungkinan bahwa Musa tidak menyunat anaknya yang kedua (sunat adalah
perjanjian antara Abraham dengan Tuhan yang harus dilakukan turun temurun oleh
bangsa Israel) karena sudah berkompromi dengan lingkungan kebudayaan istrinya
yang tidak percaya Tuhan. Tuhan tidak senang dengan hal ini dan mengingatkan
Musa untuk membereskan hal ini. Walaupun Musa bisa dibilang sangat dekat dengan
Tuhan tetapi kedekatan ini tidak membuat Musa mendapat pengecualian dari Tuhan.
Justru semakin kita dekat kepada Tuhan, Tuhan semakin ingin kita melakukan
setiap apapun yang Tuhan perintahkan.
Kita tidak
tahu mengapa Musa tidak menyunat anak itu. Ini seharusnya merupakan anak kedua
Musa (di ayat 20 dikatakan bahwa Musa membawa "anak-anaknya lelaki, "
berarti lebih dari satu anak lelaki), yang mungkin belum lama dilahirkan
sehingga belum disunat. Allah memang sudah memerintahkan Abraham untuk menyunat
setiap anak laki-laki keturunan Abraham pada hari ke delapan (Kej
17:12) dan sunat merupakan "tanda perjanjian" antara Allah
dengan Abraham dan keturunannya. Karena Musa akan menjadi pemimpin umat Tuhan,
maka dia harus menaati perintah Tuhan. Maka Allah menunjukkan murka yang begitu
hebat karena pelanggaran sunat itu.
3. Perhatikan
ayat 27-31. Apa reaksi Musa ketika ia hampir dimurkai Allah? Musa tidak marah
atau berhenti untuk mengerjakan panggilan Tuhan. Sebab ia menyadari
kesalahannya. Justru ia lanjutkan pengutusan itu dan menjumpai Harun di sana
untuk menceritakan apa yang Tuhan Firmankan kepadanya.
Hasilnya
terlihat jelas ketika Musa tetap mengerjakan tugasnya, dibantu oleh Harun, maka
hasilnya menjadi nampak jelas. Umat Israel menjadi percaya kepada
kepemimpinannya dan bersukur bahwa TUHAN, Allah Israel ternyata masih mengingat
umatNya (ay.31)
Relevansi dan Aplikasi
Kehendak Tuhan bagi kita
dapat dibagi dua:
1. Kehendak Tuhan secara umum: berlaku
bagi semua orang khususnya semua orang Kristen seperti memberitakan Injil,
menjadi saksi Kristus.
2. Kehendak Tuhan secara khusus:
diberikan pada tiap orang secara khusus dan bisa berbedadari orang lain.
Kehendak khusus tidak mungkin terpisah daripada kehendak umumtetapi justru
melengkapi.
Kita
perlu menggumulkan dan mencari tahu apa kehendak
Tuhan bagi kita secara umum maupun secara khusus. Kehendak khusus biasanya disebut panggilan atau pengutusan Tuhan. Panggilan ini bukan hanya untuk menjadi pendeta atau Penatua atau Diaken, tetapi mungkin juga panggilan untuk menjadi ilmuwan atau dosen, ataupun profesi-profesi lainnya. Sebagai orang Kristen kita harusmenggunakan hidup kita bukan untuk melakukan kehendak manusia tetapi kehendak Allah.
Tuhan bagi kita secara umum maupun secara khusus. Kehendak khusus biasanya disebut panggilan atau pengutusan Tuhan. Panggilan ini bukan hanya untuk menjadi pendeta atau Penatua atau Diaken, tetapi mungkin juga panggilan untuk menjadi ilmuwan atau dosen, ataupun profesi-profesi lainnya. Sebagai orang Kristen kita harusmenggunakan hidup kita bukan untuk melakukan kehendak manusia tetapi kehendak Allah.
Dalam pengutusan Tuhan, kita perlu meneladani Musa dengan
melakukan dua hal yaitu membereskan urusan dengan manusia dan urusan dengan
Tuhan. Dan Keluaran 4:18-31 mengajarkan kita bahwa ketika manusia mulai
melangkah maju dengan iman untuk melaksanakan pengutusan Tuhan, maka Tuhan akan
memperlengkapi dengan firman-Nya.
Pemimpin
umat memang dituntut untuk taat kepada Allah. Jika pemimpin tidak taat,
bagaimana mungkin dia mengarahkan umat untuk taat? Jika kita menjadi pemimpin
rohani, dalam keluarga atau dalam pelayanan, milikilah hati yang taat jika kita
mau dipakai untuk melayani Tuhan dengan efektif. Jika kita berada di bawah
pimpinan, doakanlah orang yang memimpin kita -baik orang tua maupun para
pelayan Tuhan- agar mereka terlebih dahulu taat kepada Allah. Amin.
(dari berbagai sumber)
No comments:
Post a Comment