Pendahuluan
Siapakah yang layak
menjadi kawan sekerja Tuhan? Jawabannya sangat relatif. Namun kita harus memahami bahwa menjadi kawan
sekerja dari Tuhan Yang Maha Agung itu adalah anugerah Tuhan. Sebenarnya tidak
ada yang mampu memenuhi syarat ideal dariNya. Secara jujur kita semua mengakui
bahwa kita mempunyai kelemahan dan kekurangan. Karena itu kita seharusnya
bersyukur karena Allah masih mau memakai kita, menggunakan setiap ketidak
sempurnaan kita untuk kemuliaanNya, serta yang berjanji memperlengkapi dan
menyertai kita. Oleh karena itu janganlah takut, tetaplah setia melakukan tugas
panggilan kita, yakni pergi dan menghasilkan buah.
Galian
Peikop
Nas kita
menceritakan pemanggilan Musa yang dimulai pada pasal 3. Mengapa Musa yang
dipanggil dan bukan Harun atau orang yang lain tidak dijelaskan dalam perikop
kita. Dari penjelasan ayat 14b, jelas disebutkan bahwa Harun tidak saja sebagai
anak tertua tetapi juga pandai berbicara. Tetapi mengapa Musa yang dipilih
Tuhan, orang yang mempunyai banyak kekurangan, orang yang “kurang percaya
diri”? Memang orang yang merasa mempunyai kelemahan-kelemahan sering merasa
rendah diri dan kurang percaya diri.
Itulah yang yang
terjadi pada diri Musa sehingga ia berusaha menolak panggilan Allah dengan 4
alasan. Pertama (Keluaran 3:11-12), Musa merasa tidak layak atau orang yang
tidak tepat melakukan tugas yang dipercayakan Allah (bd. Keluaran 3:10-11 Bd.
Keluaran 3:7-10). Alasan Musa ini juga sangat wajar, terlebih bukankah raja
Firaun sedang mencari Musa sehubungan dengan kasus pembunuhan terhadap warga
mesir yang dilakukan Musa? Atas keberatan Musa ini Allah menjawab dengan janji
penyertaan. Alasan kedua (Keluaran 3:13-22), Musa merasa bangsa Israel tidak
akan mendengarkan pesan yang disampaikannaya atas nama Tuhan, sebab mereka
tidak mengenal nama Tuhan. Atas keberatan ini Allah menjawab Musa dengan
memberitahukan namaNya: Aku adalah Aku” (Ehyeh asyer Ehyeh – 10:14).
Mengenai nama Allah
ini, DR. Harun Hadiwyono menjelaskan bahwasanya Tuhan bagi Musa dan Israel
bukanlah Tuhan yang tidak bergerak, bukan Tuhan yang mati melainkan Tuhan yang
hidup dan penuh dinamika (Iman Kristen. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1986,
hal.39). Dengan nama Allah ini mau mengatakan kepada Musa bahwa Dialah Allah
yang mahakuasa, ia memiliki kuasa yang luarbiasa yang dapat diandalkan. Dalam
Amsal 18:10 disebutkan “ Nama TUHAN adalah menara yang kuat, ke sanalah orang
benar berlari dan ia menjadi selamat”. Ayat ini menjelaskan bahwa nama Yahwe
berkuasa untuk menyelamatkan. Melalui nama tersebut mau menyatakan bahwa Allah
dapat diandalkan. Ia akan mengalahkan raja Firaun.
Alasan ketiga
(Keluaran 4:1-9), walaupun Allah sudah memberitahu namaNya tetapi Musa masih
ragu dengan alasan ia tidak yakin bahwa orang Ibrani akan mengakui panggilannya
dan menerima dia sebagai hamba Allah. Atas keraguan ini Allah memeperlihatkan
kuasanya dengan melakukan tiga mujizat. Tiga mujizat itu adalah: 1. Tongkat
menjadi ular, ketika Musa memegang erkor ular tersebut kembali menjadi tongkat;
2. Tuhan menyuruh Musa memasukkan tangannya ke dalam baju dan ketika
dikeluarkan telah terkena kusta dan ketika dimasukkan kembali dan dikeluarkan
telah pulih kembali; 3. Air menjadi darah.
Alasan keempat
terdapat dalam perikop renungan kita (Keluaran 4:10-17), Musa menyatakan tidak
pandai berbicara. Keberatan Musa menyangkut hal ini juga sangat wajar. Bukankah
karunia berbicara suatu hal yang sangat penting dalam menyampaikan kehendak
Allah? Sementara disebutkan dalam ayat 10 Musa berat mulut dan berat lidah.
Dari pernyataan ini sepertinya Musa memiliki kesulitan berbicara, barang kali
ia seorang yang gagap. Tetapi terhadap keberatan ini Allah menyatakan kepada
Musa: “siapakah yang membuat lidah manusia, siapakah yang membuat orang bisu
atau tuli, membuat orang melihat atau buta; bukankah Aku, yakni TUHAN?”
Melalui penyataan
ini, Musa kembali diingatkan akan kemahakuasaan Allah sebagai pencipta. Benar
ada realita kelemahan pada diri Musa dan hal ini tidak boleh menjadi legitimasi
penolakan terhadap panggilan Allah. Dalam ayat 12 Allah menyatakan akan
menyertai lidah Musa, bahkan lebih dari itu akan mengajar Musa apa yang harus
ia katakan.
Memang kecacatan,
ketidak mampuan, kekurangan fisik dapat membuat seseorang “sangat tidak percaya
diri”, demikian juga pengalaman kegagalan sering membuat orang dihinggapi
perasaan traumatis, khususnya dalam melakukan hal yang sama. Musa, disamping
kelemahannya berbicara, tetapi juga pernah merasa ditolak. Ketulusannya membela
teman sebangsanya pada waktu di Mesir tidak mendapat respons yang baik (Keluaran
2:13-14), sebaliknya dipahami sebagai hal yang negatif. Karena itulah dalam
ayat 13, Musa tetap berusaha menolak panggilan Allah dengan mengatakan: “ah
Tuhan, utuslah kiranya siapa saja yang patut Kauutus.
Apakah Musa dapat
lari dari panggilan Allah? Ternyata tidak. Walaupun disebutkan bahwa Allah
murka kepada Musa (Ayat 14), tetapi Allah dengan sabar tetap membimbing Musa
dengan memberinya solusi. Dalam hal ini Allah mengingatkan Musa akan abangnya
Harun yang pandai berbicara. Musa dapat meminta Harun menjadi juru bicara Musa
dan Allah akan berjanji menyertai mereka berdua.
Aplikasi dan
Relevasi
Ada beberapa hal penting yang dapat kita aplikasikan dari Firman Tuhan
ini, untuk hidup dan ehidupan kita sebagai orang percaya, yakni:
1.
Tuhan sangat menegenal
orang yang dipilihnya. Dia tahu kekurangan dan kelebihannya. Musa mempunyai
kekurangan. Demikian juga kita semua. Namun kekurangan tersebut seharusnya
tidak membuat kita menolak panggilan Tuhan, sebab Tuhan lebih tahu tentang
kita. Ingat Allah tidak memandang rendah kekurangan kita. Bahkan mau
menggunakan setiap ketidak sempurnaan kita untuk kemuliaanNya.
Cara Allah mengatasi sesuatu yang kita sebut kelemahan atau
keterbatasan kita kadang tidak dengan menghilangkannya, walaupun Allah pasti
mampu melakukannya, namun memberkatinya serta menggunakannya untuk kebaikan. Di
dalam Perjanjian Baru, Paulus mengalami juga hal ini. Ada kelemahannya yang
disebut “duri dalam daging”. Ia telah berulang kali (3 kali) meminta agar Tuhan
mengambilnya (2 Korintus 12:7,8), akan tetapi justru Allah berkata: “cukuplah
kasih karuniangKu bagimu”, sebab justru dalam kelemahanlah kuasaKu menjadi
sempurna”.
2.
Melalui renungan kita
minggu ini, kita juga belajar mengenai Pembagian tugas. Pembagian tugas adalah
merupakan salah satu solusi mengatasi kekurangan seperti yang ada pada diri
Musa (Allah menjadikan Harun sebagai juru bicara Musa). Sebagaimana telah
disebutkan, bagaimana pun hebatnya seseorang pasti juga mempunyai kelemahan
atau kekurangan. Solusinya ialah dengan cara memenej kekurangan tersebut dengan
pembagaian tugas. Harun menjadi penolong Musa. Kekurangan Musa dilengkapi
Harun. Memang ada bahaya. Musa dapat merasa tersaingi Harun, dan Harun juga
dapat merasa dialah yang seharusnya menjadi pemimpin, bukan Musa.
Perasaan demikian berimplikasi kepada menganggap remeh, lebih jauh
mengkudeta. Itulah yang kemudian terjadi, Harun dan Miriyam meremehkan Musa (Bilangan
12:1-16). Dengan alasan karena Musa mengawini perempuan kush, tetapi mungkin
hal ini hanya sebagai pemicu. Persoalan yang sesungguhnya mungkin karena Harun
dan Miriyam tidak puas dengan kepemimpinan Musa, sementara mereka boleh
dikatakan tidaklah kalah banyak berperanan. Namun kalau kita baca selengkapnya
Bilangan 12, Tuhan tetap memihak Musa. Dan tidak hanya itu, Allah bahkan
menghukum orang yang mencoba menjelek-jelekkan, apa lagi yang tidak menghormati
hamba yang dipilihNya.
Dengan demikian
kita dapat menyimpulkan bahwa tidak ada seorangpun yang sempurna memenuhi
kriteria sebagai kawan sekerja Allah, termasuk Musa sekalipun. Namun belajar
dari kisah Musa ini, kita diteguhkan untuk percaya bahwa Tuhan pasti
memperlengkapi siapapun yang mau bekerja untuk kemuliaan namaNya. Selamat
menjadi pribadi yang mengerjakan tugas dan peran masing-masing kita bagi
kemuliaan Tuhan. Amin.
(dari berbagai sumber)
No comments:
Post a Comment