ROMA 13:12-14
Jemaat Tuhan,....
Hari
ini kita merenungkan sebuah tema: "bangun dari
tidur" (Lih. Ay 11). Dalam pengertian
sehari-hari istilah tidur adalah sebuah aktivitas manusia untuk memperoleh
kesegaran kembali, setelah capek melakukan kegiatan rutinitasnya. Tetapi lain
halnya dengan istilah "tidur-tiduran atau kerjanya tidur melulu", itu
namanya "orang malas", kecuali seorang bayi atau seorang yang sudah
lanjut usia. Artinya dalam waktu yang tepat tidur itu adalah sesuatu yang perlu
dan menyehatkan. Namun, tidur yang dimaksud pada nas diatas, bukanlah tentang
"tidur jasmani/badani", tetapi tentang "tidur secara
"rohani".
Bagaimana wujud dari kita yang
dibangunkan dari tidur (ay. 11) atau menjadi pribadi yang sudah diselamatkan?
Di ayat 12-14, Paulus menjabarkan wujudnya yaitu memelihara kesucian hidup.
Seorang yang dibangunkan dari tidur adalah seorang yang berwaspada. Seorang
yang berwaspada adalah seorang yang memelihara kesucian hidup. Di sini, Paulus
menjabarkan bahwa kesucian hidup hanya didapat ketika seseorang mengenal kasih
(ay. 8-10). Bagaimana cara memelihara kesucian hidup? Paulus menjabarkannya di
dalam dua prinsip di ayat 12-14:
Pertama, kesucian hidup berarti
menanggalkan kehidupan lama. Di ayat 12, Paulus menggambarkan poin ini dengan
penjelasannya, “Hari sudah jauh malam, telah hampir siang. Sebab itu marilah
kita menanggalkan perbuatan-perbuatan kegelapan dan mengenakan perlengkapan
senjata terang!” Paulus menggambarkan kita yang harus menanggalkan kehidupan
lama kita sebagai “hati sudah jauh malam.” Arti dari “hari sudah jauh malam” yaitu
malam sudah hampir berakhir/selesai dan siang hari sudah mulai mendekat, maka
kita harus menanggalkan perbuatan-perbuatan kegelapan kita dan mengenakan
perlengkapan senjata terang.
Apa yang dimaksud Paulus dengan
perbuatan-perbuatan kegelapan? Di ayat 13, ia memberikan jawabannya, “jangan
dalam pesta pora dan kemabukan, jangan dalam percabulan dan hawa nafsu, jangan
dalam perselisihan dan iri hati.” Di sini, ia membagi perbuatan kegelapan ke
dalam dua hal, yaitu apa yang kelihatan (superficial) dan tidak kelihatan.
Perbuatan kegelapan yang kelihatan adalah perbuatan yang dilihat jelas oleh
mata, yaitu: pesta pora, kemabukan, percabulan, dan hawa nafsu; sedangkan
perbuatan kegelapan yang tidak kelihatan yang dipaparkan Paulus adalah
perselisihan dan iri hati. Dalam hal ini, Paulus tidak membedakan antara yang
kelihatan dan tidak, semua itu dianggap sebagai perbuatan kegelapan.
Jemaat Tuhan,....
memerintahkan kita untuk
menanggalkan kehidupan yang lama kita berarti kita benar-benar tidak
bersentuhan dan tidak melakukan lagi kehidupan lama kita, seperti ibarat yang
Paulus berikan, yaitu malam itu sudah lalu/lewat, berarti malam itu tidak akan
kembali lagi. Bagaimana dengan kita? Sudahkah kita berkomitmen untuk
menanggalkan kehidupan lama kita? Bagaimana caranya menanggalkan kehidupan lama
kita? Kita akan memerhatikannya di poin kedua di bawah ini.
Selanjutnya yang Kedua,
hidup sebagai anak-anak terang yang berpusat pada Kristus. Cara kita
menanggalkan kehidupan lama kita adalah dengan memfokuskan arah hidup kita
kepada Kristus. Ketika hidup kita diarahkan kepada Kristus, maka secara
otomatis, kita tidak lagi menginginkan hidup berdosa. Mengapa? Karena hidup
kita diarahkan kepada Kekekalan, Kesucian, Keagungan, dll dari Allah, sehingga
kita otomatis membenci apa yang sementara, najis, tidak agung, dll. Di sini,
Kebenaran Allah menjadi fokus penting kita ketika kita mau menanggalkan
perbuatan kegelapan. Ketika seseorang tidak kembali kepada Kebenaran Allah,
maka ia tidak akan pernah mampu menanggalkan perbuatan kegelapan.
Di sinilah perbedaan total
Kekristenan dengan agama-agama lain. Agama-agama lain mengajarkan bahwa manusia
bisa menanggalkan kehidupan lama dengan melakukan pertobatan melalui
syariat-syariat agama, seperti puasa, dll. Tetapi anehnya makin mereka
menjalankan ritual mereka, mereka makin berdosa, mengapa? Karena mereka bukan
hanya menjalankan ritual mereka sendiri, tetapi mereka “MEMAKSA” orang lain yang
berbeda agama dengannya untuk ikut “toleransi” dengan dirinya yang sedang
melakukan ritual/syariat agamanya.
Jemaat Tuhan,....
Lalu, bagaimana kita bisa hidup
sebagai anak-anak terang yang berpusat kepada Kristus?
1. Mengenakan
perlengkapan senjata terang (Rm. 13:12)
Kita
hidup sebagai anak-anak terang tentu harus memiliki perlengkapan senjata terang
sebagai sarana kita berperang bagi Kristus. Kata “berperang” di sini bukan
berarti secara fisik. Paulus di bagian lain menjelaskan tentang hal ini,
“Kenakanlah seluruh perlengkapan senjata Allah, supaya kamu dapat bertahan
melawan tipu muslihat Iblis; karena perjuangan kita bukanlah melawan darah dan
daging, tetapi melawan pemerintah-pemerintah, melawan penguasa-penguasa,
melawan penghulu-penghulu dunia yang gelap ini, melawan roh-roh jahat di
udara.” (Ef. 6:11-12) Karena kita berperang melawan roh-roh jahat di udara
(bukan secara fisik), maka kita membutuhkan perlengkapan senjata Allah untuk
melawannya. Apa macamnya? Efesus 6:14-18 memberikan rincian perlengkapan
senjata Allah/terang itu.
2. Hidup dengan
sopan, seperti pada siang hari (Rm. 13:13)
Setelah
kita mengenakan perlengkapan senjata terang, kita pun wajib mengaplikasikannya.
Wujud aplikasinya adalah melalui kehidupan kita yang benar. King James Version (KJV)
menerjemahkan “hidup dengan sopan” di dalam ayat ini sebagai, “walk honestly.”
(=berjalan dengan jujur) Analytical-Literal Translation (ALT) menerjemahkannya,
“walk about properly.” (=berjalan dengan tepat/sesuai) Dengan kata lain, hidup
dengan sopan sebagai wujud kehidupan kita yang benar ditunjukkan dengan kita
berjalan dengan jujur/tepat/sesuai dengan Kebenaran.
Ketika
kita terus-menerus berjalan di dalam jalan Allah, kita akan menemukan keindahan
demi keindahan yang Allah akan singkapkan bagi kita, meskipun tentu kita pasti
melewati hambatan demi hambatan di dalamnya. Hidup yang berjalan di dalam jalan
Allah adalah hidup yang indah dan tidak akan sia-sia. Salah satu tanda hidup
yang berjalan di dalam jalan Allah adalah berusaha mengerti kehendak dan
pimpinan Allah di dalam hidup. Seorang hamba Tuhan dari gereja Karismatik yang
pernah saya dengar mengatakan bahwa kalau kita mau mengerti kehendak Allah,
kita harus mematikan kehendak diri. Kalau kita ingin mengerti apa yang Allah
inginkan, matikan dahulu keinginan diri kita (bdk. Rm. 13:14b).
Di
sini, kita mendapatkan gambaran bahwa salah satu kendala besar untuk mengerti
kehendak dan keinginan Allah adalah diri sendiri. Rev. Kris Lundgaard, M.Div.
mengatakan bahwa diri kita ini musuh. Oleh karena itu, mulai sekarang, matikan
seluruh kehendak dan keinginan kita yang melawan Allah, lalu kembalilah
mengerti kehendak dan keinginan Allah. Maukah Anda di dalam hidup ini berjalan
di dalam jalan Allah?
Jemaat Tuhan,....
Setelah kita merenungkan dua
hal bagaimana kita bisa memiliki kesucian hidup, biarlah kita dicerahkan dan
dipimpin Allah untuk mengaplikasikannya di dalam kehidupan sehari-hari. Tuhan
mau kita hidup suci, karena Ia adalah Allah yang suci. Sudahkah kita siap untuk
itu?
Karena itu, lakukanlah minimal
3 hal ini: Pertama.
Tanggalkanlah semua perbuatan-perbuatan kegelapan dan pola pikir duniawi,
tinggalkanlah semua hal-hal yang tidak sesuai dengan kebenaran firman Tuhan.
Janganlah merasa hidup nyaman dan aman didalam hal-hal yang tidak disukai Tuhan
dan yang tidak menjadi berkat bagi orang lain. (Roma 13:12); Kedua, Kenakanlah Tuhan Yesus sebagai
perlengkapan senjata terang, hiduplah dengan kudus, sopan, baik dalam
penampilan, pikiran, perkataan maupun dalam perbuatan. Milikilah gaya hidup yag
selalu penuh belas kasih dan lebih mementingkan sesama dan hiduplah sesuai
tuntutan firman Tuhan. (Roma 13:13-14)
Ketiga, Hiduplah sebagai pribadi yang siap sedia. Alkitab
mencatat bahwa kehidupan kristen adalah suatu kehidupan yang penuh perjuangan
dan peperangan. Dan peperangan kita ini, bukanlah melawan darah dan daging
yaitu sesama manusia, tetapi melawan setan/iblis, penguasa/penghulu dunia yang
gelap ini dan roh-roh jahat di udara. (Efesus 6:12)
Jemaat Tuhan,....
Si
iblis dapat menipu dan menyerang, lalu menghancurkan kita dan sesama kita dalam
melalui pikiran, perkataan, perbuatan, tingkah laku dan kejadian atau
kesempatan apa saja, kapan saja dan dimana saja. Untuk itu kita harus selalu
siap-sedia seperti seorang prajurit di medan perang.
Amin.
No comments:
Post a Comment