YOSUA 10:16-19
Persekutuan Kaum Bapak yang dikasih Tuhan...
Apa yang dapat kita pelajari dari Yosua 10 ini? Yosua 10
diawali dengan kisah tentang Adoni-Zedek, raja Yerusalem yang memprakarsai
suatu aksi militer terhadap Gibeon yang telah mengkhianati mereka. Nama
Adoni-Zedek ini berarti “Tuhan adalah kebenaranku” mirip dengan nama Melkisedek
yang berarti “Raja kebenaran”, seorang tokoh di zaman Abraham. Melkisedek
adalah raja Salem, sementara Adoni-Zedek adalah penguasa di Yerusalem pada
zaman Yosua.
Menghadapi tekanan dari lima kerajaan, bangsa Gibeon yang
memiliki pahlawan-pahlawan itu meminta bantuan kepada bangsa penakluk mereka,
Israel. Sudah menjadi hal yang lumrah di zaman itu, apabila satu bangsa membuat
sebuah kovenan dengan bangsa taklukkan mereka, maka salah satu kewajiban bangsa
penakluk adalah membantu bangsa yang ditaklukkan. Dan kovenan yang berkembang
di zaman itu pulalah yang digunakan Allah untuk menjalin relasi dengan umatNya,
sehingga kita mengetahui adanya kovenan antara Tuhan dan umatNya. Yosua pun
datang berbondong-bondong dengan pasukanNya untuk membantu Gibeon.
Persekutuan Kaum Bapak yang dikasih Tuhan...
Di dalam kisah ini, kita dapat membaca tindakan-tindakan
yang menurut ukuran orang modern di zaman ini, nampak sebagai sebuah tindakan
yang kejam. Misalnya dalam Yosua 10:18-19, yang berbunyi:
Lalu berkatalah Yosua: "Gulingkanlah batu-batu yang besar ke mulut gua
itu dan tempatkanlah di sana orang untuk menjaga mereka. Tetapi kamu, janganlah
kamu berhenti, kejarlah musuhmu dan hantamlah barisan belakangnya; janganlah
biarkan mereka masuk ke dalam kota-kota mereka, sebab TUHAN, Allahmu,
menyerahkan mereka kepadamu!"
Meski demikian, Tuhan ternyata mendukung pemusnahan yang
Israel lakukan terhadap bangsa Amori (Kanaan) itu. Kalau kita membacanya hanya
sudut pandang Kitab Yosua ini saja, maka akan jelas nampak bahwa Tuhan adalah
Allah yang kejam. Namun kalau kita melihatnya dari perspektif keseluruhan
Alkitab, maka kita akan menemukan bahwa seringkali itu menjawab “sense of
justice” (perasaan keadilan) di dalam batin manusia.
Tuhan pernah berfirman kepada bangsa Israel dalam
Kejadian 15:13-16, yang berbunyi:
“Firman TUHAN kepada Abram: ‘Ketahuilah dengan sesungguhnya bahwa
keturunanmu akan menjadi orang asing dalam suatu negeri, yang bukan kepunyaan
mereka, dan bahwa mereka akan diperbudak dan dianiaya, empat ratus tahun
lamanya. Tetapi bangsa yang akan memperbudak mereka, akan Kuhukum, dan sesudah
itu mereka akan keluar dengan membawa harta benda yang banyak. Tetapi engkau
akan pergi kepada nenek moyangmu dengan sejahtera; engkau akan dikuburkan pada
waktu telah putih rambutmu. Tetapi keturunan yang keempat akan kembali ke sini,
sebab sebelum itu kedurjanaan orang Amori itu belum genap’.”
Jadi, setelah 400 tahun, keturunan Abram, yaitu Israel
akan kembali ke negeri Kanaan, dan pada waktu itu, kedurjanaan atau kejahatan
orang Amori menjadi genap atau mencapai puncaknya.
Persekutuan Kaum Bapak yang dikasih Tuhan...
Dukungan Allah untuk Israel menjadi alatNya menghukum
kejahatan bangsa Kanaan, menjadi jelas dari dua bagian ayat-ayat berikut ini:
1. Ayat 11, yang berbunyi: “Sedang mereka melarikan diri di depan orang
Israel dan baru di lereng Bet-Horon, maka TUHAN melempari mereka dengan
batu-batu besar dari langit, sampai ke Azeka, sehingga mereka mati. Yang mati
kena hujan batu itu ada lebih banyak dari yang dibunuh oleh orang Israel dengan
pedang.”
Disini
dikisahkan bahwa yang mati akibat bebatuan lebih besar jumlahnya daripada yang
dibunuh orang Israel. Jadi sebetulnya Tuhan dapat saja menghukum orang-orang
Kanaan, cukup dengan melempari mereka bebatuan besar dari langit. Tapi tidak
demikian adanya! Tuhan berkenan memakai umatNya untuk menjadi alat
pekerjaanNya. Apabila murid-murid kita di sekolah bersikap bebal, Tuhan bisa
saja turunkan batu dari langit untuk “menjitak” kepala mereka. Saat isteri yang
kecil, kepalanya pernah terbentur, dan menurutnya ini bisa berakibat dua, yaitu
bertambah pintar atau sebaliknya mengalami keterbelakangan mental. Puji Tuhan,
isteri saya bertambah pintar. Demikian bisa juga Tuhan lakukan kepada
murid-murid kita di sekolah. Namun tidak! Tuhan memakai cara lain. Ia berkenan
memakai kita untuk menjadi alat kemuliaanNya, mendidik anak-anak itu!
2. Ayat 12-14, yang berbunyi: “Lalu Yosua berbicara kepada TUHAN pada hari
TUHAN menyerahkan orang Amori itu kepada orang Israel; ia berkata di hadapan
orang Israel: “Matahari, berhentilah di atas Gibeon dan engkau, bulan, di atas
lembah Ayalon!” Maka berhentilah matahari dan bulanpun tidak bergerak, sampai
bangsa itu membalaskan dendamnya kepada musuhnya. Bukankah hal itu telah
tertulis dalam Kitab Orang Jujur? Matahari tidak bergerak di tengah langit dan
lambat-lambat terbenam kira-kira sehari penuh. Belum pernah ada hari seperti itu,
baik dahulu maupun kemudian, bahwa TUHAN mendengarkan permohonan seorang
manusia secara demikian, sebab yang berperang untuk orang Israel ialah TUHAN.”
Disini
dikisahkan bagaimana Tuhan mengijinkan Yosus melakukan “mujizat” terbesar di
dunia, melebihi mujizat yang dilakukan Musa dengan membelah laut Merah.
Meskipun bagi Israel, mujizat Musa tetaplah yang terpenting karena itu memiliki
signifikansi langsung dengan Paskah atau penebusan.
Persekutuan Kaum Bapak yang dikasih Tuhan...
Bedasarkan kisah perjuangan Yosua mengalahkan Kanaan dan
seluruh sekutu mereka ini, maka kita bisa belajar beberapa hal:
1.
Cara Tuhan pada zaman Yosua untuk
menghukum kejahatan adalah menggunakan bangsa lain. Tentu cara yang demikian
tidak lagi berlaku pada zaman ini, dimana kini semangat dari hukum itulah yang
lebih ditekankan. Bagi kita sebagai orang Kristen, Tuhan Yesus mengajarkan
untuk menjadi “garam dan terang”. Menjadi terang artinya menjadi teladan,
sedangkan menjadi garam, salah satu artinya adalah menjadi orang-orang yang
Tuhan pakai untuk mencegah pembusukkan. Mungkin kita tidak mencegah pembusukan
tidak lewat dunia militer, melainkan melalui dunia pendidikan atau membuat diri
menjadi teladan bagi orang lain. Sebagai orang tua kepada anak dan juga sebagai
orang percaya kepada dunia.
2.
Contohilah Yosua, yang taat bertempur
karena melaksanakan Tugas dari ALLAH. Di kemudian hari Yesus mencontohkan hal
yang sama dengan kualitas yang lebih mendalam, IA taat melaksanakan Tugas
BAPANYA, sampai mati di kayu salib. Mengapa kualitasnya lebih mendalam? Karena
Yosua menghadapi kemenangan dunia dengan sorak sorai penduduk Israel dalam
pertempuran dan sewaktu kembali ke Gilgal, tetapi Yesus Kristus menghadapi
ejekan dunia dan akhirnya di salib. KemenanganNYA dicapai di kayu salib dengan
mematahkan kuasa maut dan naik ke Surga. Sikap taat kepada kehendak ALLAH,
adalah mutlak bagi kemenangan kehidupan kita. Ketaatan Yosua mendatangkan kuasa
dan kekuatan yang besar karena ALLAH. Demikian juga dengan orang percaya dalam
amanat agung Kristus Yesus di Mark.16:17-18. Ingin punya kekuatan seperti itu?
Jalannya hanya satu: Taat Kepada ALLAH.
3. Dengan
memahami mengapa ALLAH memusnahkan orang Amori, kita perlu tahu bahwa ALLAH
adalah penuh Kasih dan sekaligus juga Tegas. Yang perlu kita jaga adalah jangan
sampai kita merasa sebagai orang Israel tetapi sebenarnya perilaku kita seperti
orang Amori, merasa seperti Daud, padahal sebenarnya kita berperilaku seperti
Goliat, merasa sebagai orang percaya tetapi sebenarnya berperilaku seperti
orang Farisi.
4. Ketika
kita menghadapi pertempuran dalam kehidupan kita, -dalam konteks sekarang
pertempuran melawan keinginan daging, hawa nafsu dan godaan iblis- maka yang
diutamakan adalah bagaimana memenangkan pertempuran itu untuk Kemuliaan ALLAH.
Berapa sering kita terlalu sibuk mengalahkan diri kita sendiri, saingan kita di
jemaat, mendapatkan sesuatu pengakuan atau penghargaan sosial kemasyarakatan / jemaat
tanpa lagi mengingat untuk memuliakan ALLAH? Bukankah seringkali kita berusaha
mencapai kemenangan dan ketenaran hanya untuk diri kita sendiri dan bukan untuk
memuliakan ALLAH?
Karena
itu, marilah terus berjuang dengan cara yang benar mari terus hidup dan
menjalani hidup dengan cara yang benar. Cara yang benar untuk berjuang dan
mejalani hidup ini adalah seperti yang Yosus lakukan, yakni hidup yang penuh
ketaatan kepada Allah dan mengdalkan kuasa Tuhan di dalamnya. Amin.
No comments:
Post a Comment