YOSUA 10:38-43
Jemaat yang dikasih Tuhan...
Apa yang dapat kita pelajari dari Yosua 10 ini? Yosua 10
diawali dengan kisah tentang Adoni-Zedek, raja Yerusalem yang memprakarsai
suatu aksi militer terhadap Gibeon yang telah mengkhianati mereka. Nama
Adoni-Zedek ini berarti “Tuhan adalah kebenaranku” mirip dengan nama Melkisedek
yang berarti “Raja kebenaran”, seorang tokoh di zaman Abraham. Melkisedek
adalah raja Salem, sementara Adoni-Zedek adalah penguasa di Yerusalem pada
zaman Yosua.
Menghadapi tekanan dari lima kerajaan, bangsa Gibeon yang
memiliki pahlawan-pahlawan itu meminta bantuan kepada bangsa penakluk mereka,
Israel. Sudah menjadi hal yang lumrah di zaman itu, apabila satu bangsa membuat
sebuah kovenan dengan bangsa taklukkan mereka, maka salah satu kewajiban bangsa
penakluk adalah membantu bangsa yang ditaklukkan. Dan kovenan yang berkembang
di zaman itu pulalah yang digunakan Allah untuk menjalin relasi dengan umatNya,
sehingga kita mengetahui adanya kovenan antara Tuhan dan umatNya. Yosua pun
datang berbondong-bondong dengan pasukanNya untuk membantu Gibeon.
Jemaat yang dikasih Tuhan...
Di dalam kisah ini, kita dapat membaca tindakan-tindakan
yang menurut ukuran orang modern di zaman ini, nampak sebagai sebuah tindakan
yang kejam. Misalnya dalam Yosua 10:28, yang berbunyi:
Demikianlah Yosua mengalahkan
seluruh negeri itu, Pegunungan, Tanah Negeb, Daerah Bukit dan Lereng Gunung,
beserta semua raja mereka. Tidak seorangpun yang dibiarkannya lolos, tetapi
ditumpasnya semua yang bernafas, seperti yang diperintahkan TUHAN, Allah
Israel.
Meski demikian, Tuhan ternyata mendukung pemusnahan yang
Israel lakukan terhadap bangsa Amori (Kanaan) itu, sebagaimana secara ngeri
kita temukan semua bangsa Kanaan dan sekitarnya musnah binasa dalam keseluruhan
pasal 10 ini. Kalau kita membacanya hanya sudut pandang Kitab Yosua ini saja,
maka akan jelas nampak bahwa Tuhan adalah Allah yang kejam. Namun kalau kita
melihatnya dari perspektif keseluruhan Alkitab, maka kita akan menemukan bahwa
seringkali itu menjawab “sense of justice” (perasaan keadilan) di dalam batin
manusia. Mengapa begitu kejam? Semua ada alasannya. Tuhan pernah berfirman
kepada bangsa Israel dalam Kejadian 15:13-16, yang berbunyi:
“Firman TUHAN kepada Abram: ‘Ketahuilah dengan sesungguhnya bahwa
keturunanmu akan menjadi orang asing dalam suatu negeri, yang bukan kepunyaan
mereka, dan bahwa mereka akan diperbudak dan dianiaya, empat ratus tahun
lamanya. Tetapi bangsa yang akan memperbudak mereka, akan Kuhukum, dan sesudah
itu mereka akan keluar dengan membawa harta benda yang banyak. Tetapi engkau
akan pergi kepada nenek moyangmu dengan sejahtera; engkau akan dikuburkan pada
waktu telah putih rambutmu. Tetapi keturunan yang keempat akan kembali ke sini,
sebab sebelum itu kedurjanaan orang Amori itu belum genap’.”
Jadi, setelah 400 tahun, keturunan Abram, yaitu Israel
akan kembali ke negeri Kanaan, dan pada waktu itu, kedurjanaan atau kejahatan
orang Amori menjadi genap atau mencapai puncaknya. Yosua membunuh dan membantai
habis bukan karena maunya, namun karena ketaatan kepada Allah. Tuhanlah yang
perintahkan dia untuk memusnahkan semua (bd. ay.40).
Jemaat yang dikasih Tuhan...
Bedasarkan kisah perjuangan Yosua mengalahkan Kanaan dan
seluruh sekutu mereka ini, maka kita bisa belajar beberapa hal:
1.
Cara Tuhan pada zaman Yosua untuk
menghukum kejahatan adalah menggunakan bangsa lain. Tentu cara yang demikian
tidak lagi berlaku pada zaman ini, dimana kini semangat dari hukum itulah yang
lebih ditekankan. Bagi kita sebagai orang Kristen, Tuhan Yesus mengajarkan
untuk menjadi “garam dan terang”. Menjadi terang artinya menjadi teladan,
sedangkan menjadi garam, salah satu artinya adalah menjadi orang-orang yang
Tuhan pakai untuk mencegah pembusukkan. Mungkin kita tidak mencegah pembusukan
tidak lewat dunia militer, melainkan melalui dunia pendidikan atau membuat diri
menjadi teladan bagi orang lain. Sebagai orang tua kepada anak dan juga sebagai
orang percaya kepada dunia.
2.
Contohilah Yosua, yang taat bertempur
karena melaksanakan Tugas dari ALLAH. Di kemudian hari Yesus mencontohkan hal
yang sama dengan kualitas yang lebih mendalam, IA taat melaksanakan Tugas
BAPANYA, sampai mati di kayu salib. Mengapa kualitasnya lebih mendalam? Karena
Yosua menghadapi kemenangan dunia dengan sorak sorai penduduk Israel dalam
pertempuran dan sewaktu kembali ke Gilgal, tetapi Yesus Kristus menghadapi
ejekan dunia dan akhirnya di salib. KemenanganNYA dicapai di kayu salib dengan
mematahkan kuasa maut dan naik ke Surga. Sikap taat kepada kehendak ALLAH,
adalah mutlak bagi kemenangan kehidupan kita. Ketaatan Yosua mendatangkan kuasa
dan kekuatan yang besar karena ALLAH. Demikian juga dengan orang percaya dalam
amanat agung Kristus Yesus di Mark.16:17-18. Ingin punya kekuatan seperti itu?
Jalannya hanya satu: Taat Kepada ALLAH.
3. Dengan
memahami mengapa ALLAH memusnahkan orang Amori, kita perlu tahu bahwa ALLAH
adalah penuh Kasih dan sekaligus juga Tegas. Yang perlu kita jaga adalah jangan
sampai kita merasa sebagai orang Israel tetapi sebenarnya perilaku kita seperti
orang Amori, merasa seperti Daud, padahal sebenarnya kita berperilaku seperti
Goliat, merasa sebagai orang percaya tetapi sebenarnya berperilaku seperti
orang Farisi.
4. Ketika
kita menghadapi pertempuran dalam kehidupan kita, -dalam konteks sekarang
pertempuran melawan keinginan daging, hawa nafsu dan godaan iblis- maka yang
diutamakan adalah bagaimana memenangkan pertempuran itu untuk Kemuliaan ALLAH.
Berapa sering kita terlalu sibuk mengalahkan diri kita sendiri, saingan kita di
jemaat, mendapatkan sesuatu pengakuan atau penghargaan sosial kemasyarakatan / jemaat
tanpa lagi mengingat untuk memuliakan ALLAH? Bukankah seringkali kita berusaha
mencapai kemenangan dan ketenaran hanya untuk diri kita sendiri dan bukan untuk
memuliakan ALLAH?
Jemaat yang dikasih Tuhan...
Karena
itu, marilah terus berjuang dengan cara yang benar mari terus hidup dan
menjalani hidup dengan cara yang benar. Cara yang benar untuk berjuang dan
mejalani hidup ini adalah seperti yang Yosus lakukan, yakni hidup yang penuh
ketaatan kepada Allah dan mengdalkan kuasa Tuhan di dalamnya. Amin.
No comments:
Post a Comment