I PETRUS 2:13-15
PENGANTAR
Surat Petrus Yang Pertama ini ditujukan kepada orang-orang
Kristen yang tersebar di seluruh bagian utara Asia Kecil. Mereka disebut
"umat pilihan Allah". Maksud utama surat ini ialah untuk menguatkan
iman para pembacanya yang sedang mengalami tekanan dan penganiayaan karena
percaya kepada Kristus. Petrus mengingatkan para pembacanya akan Kabar Baik
tentang Yesus Kristus yang merupakan jaminan harapan mereka. Sebab, Yesus
Kristus sudah mati, hidup kembali dan berjanji akan datang lagi.
Para penerima surat 1 Petrus ini, hidup dalam masa-masa sukar. Mereka ada
di zaman sulit. Saat dimana Kekristenan alami penganiayaan. Dibenci oleh Nero,
sang penguasa. Tentu saja, bagi yang memiliki mentalitas cari aman, pilihan
mengikuti jejak Yesus, bukanlah keputusan cerdas. Mereka akan memilih menolak
salib, sebab itu derita. Terhadap yang setia beriman, namun minim pemahaman,
Petrus bukan saja mencerdaskan, namun juga menguatkan melalui suratnya ini.
TAFSIRAN (uraian teks)
Surat
Petrus mulai dengan menjelaskan status pembaca sebagai “bangsa yang terpilih,
imamat yang rajani, bangsa yang kudus” (2:9, sebagai kesimpulan 1:1-2:10). Oleh
karena itu, “sebagai pendatang dan perantau” (2:11), pembaca harus melawan dosa
dan hidup baik di tengah bangsa-bangsa, supaya Allah dimuliakan (2:12). Dalam
2:13-3:7 hal itu dijelaskan dalam rangka hierarki-hierarki masyarakat. Sebagai
hamba Allah, orang percaya merdeka, tetapi bukan untuk berbuat jahat melainkan
untuk berbuat baik (2:16), termasuk menghormati semua orang sesuai dengan
kedudukannya (2:17).
Himbauan berkelakuan baik di tengah-tengah masyarakat
non-Yahudi dan ditengah penimdasan para penguasa yang lalim diserukan oleh
Petrus melalui bacaan ini ketika umat menghadapi penderitaan. Merka harus
sedapat mungkin mengembangkan sikap hidup yang baik sebagai umat yang percaya
di tengah masyarakat yang tidak percaya. Mereka di minta supaya tulus hati
mengindahkan lembaga penguasa yg sah; supaya hamba-hamba di bawah tuan yg baik
hati ataupun jahat tetap melakukan kewajibannya dengan meneladani Kristus;
supaya suami isteri saling mengasihi; supaya tetap bersatu hati; cinta kasih,
lemah lembut, rendah hati, bertumbuh menuju dambaan
Perhatikan ayat sebelumnya dalam bacaan kita yakni
bacaan SBU pagi kususnya ayat 12. Perus menganjurkan agar umat Tuhan tetap
mempraktekkan “cara hidup yang baik”. Anjuran yang sama berulang kali
diketengahkan dalam ayat-ayat berikutnya
(2:15; 2:20; 3:6, 11, 13). Dengan melakukan ini, mereka menjadi kudus … sama
seperti Dia yang kudus” (1:15). Sekaligus mereka menyatakan bahwa mereka memang
berada di dunia ini, tetapi “bukan dari dunia” ini (Yoh 17:115-16). Dengan
memiliki cara hidup yang baik, mereka mencerminkan karakter Allah. Apa
tujuannya? Supaya Tuhan tetap dimuliakan, dan kelak nanti mereka yang mencerca
orang percaya akan sadar dan turut memuliakan Allah juga.
Selanjutnya, sangat mengejutkan bahwa Petrus meminta
umat untuk tunduk kepada pemerintah dan wali-wali di masa itu (ay.13-14).
Padahal sudah dapat dipastikan bahwa mereka sangat kecam menganiaya gereja
Tuhan. Pertanyaannya adalah: Apakah kita harus selalu tunduk? Perlu diingat bahwa ini
adalah suatu prinsip dan/atau patokan. Bukan suatu aturan yang ketat! Petrus
sendiri pernah memberi suatu contoh, yakni ketika ia dan para rasul lainnya dilarang keras oleh Mahkamah
Agama untuk mengajar “dalam Nama [Yesus] itu”. Maka Petrus dan para rasul
lainnya menjawab, katanya “Kita harus lebih taat kepada Allah dari pada kepada
manusia” (Kis 5:29). Pendek kata, kita harus patuh kepada Firman dan Roh
Allah, bukan kepada para penguasa .
Ketaatan orang Kristen tidak didasarkan pada alasan ketakutan
ataupun alasan menghindarkan hukuman-hukuman yang menjadi ancaman dari pihak
pemerintah. Sebaliknya orang Kristen mengakui penguasa-penguasa negara, karena
ia sendiri merasa bertanggung-jawab terhadap para penguasa tersebut; sebab
bersama-sama dengan penguasa-penguasa itu, orang-orang Kristen pun mengetahui
kehendak Allah itu melalui suara hati (“pengetahuan bersama”, Rm 13:5).
Berdasarkan rasa tanggung jawab itu misalnya, orang Kristen pun membayar pajak.
Intinya, orang yang berbuat baik tidak usah takut kepada pemerintah. Di samping
itu ada dukungan dari 1 Petrus 2:17, di mana rasa takut hanya di khususkan
untuk relasi manusia dengan Allah saja.
Pengertian ayat 13 dan 14 ini kita dapatkan pada ayat
17 surat 1 Petrus 2. Ia menegaskan bahwa bukan pemerintah itu yang harus
ditakuti, melainkan Allah saja. Sedangkan yang patut dihormati (serasi dengan 1
Petrus 2:17a) ialah semua orang, termasuk Kaisar. Dengan demikian terciptalah
suatu jarak tertentu antara orang Kristen dengan pemerintah, namun demikian
kepada pemerintah tetap patut diberi respek dan hormat, sama seperti kepada
semua orang lain. artinya orang Kristen hanya boleh takut dan gentar kepada
Allah namun jangan pernah tidak hormat kepada pemerintah. Namun jika pemerintah
keliru dan salah, orang percaya harus memilih lebih taat kepada Allah daripada
ke manusia atau pemerintah yang jahat itu.
Selanjutnya Petrus menjelaskan alasan mengapa harus
terus berbuat baik kepada orang-orang jahat yang membuat umat menderita. Dalam
ayat 15 Petrus menyebut dengan gamblang tujuan perbuatan baik itu, yakni untuk
membungkamkan kepicikan mereka itu. Dengan kata lain, berbuat baik kepada orang
jahat bukan berarti sebagai tanda “mengalah” dan membiarkan kejahatan mereka.
Namun menurut Petrus, perbuatan baik adalah alat dan sarana untuk memperjuangkan
kebenaran dan membungkamkan kejahatan. Dengan tegas sebenarnya Petrus ingin
mengutarakan bahwa kejahatan jangan dibalas dengan kejahatan. Namun lawanlah
kejahatan itu dengan kebaikan. Sebab itulah panggilan orang percaya yakni
berani tampil beda di tengah kondisi sulit itu.
APLIKASI DAN RELEVANSI (penerapan dalam hidup sehari-hari)
Silakan baca galian Teks atau Tafsiran di atas. Lalu
hubungkan dalam kehidupan sehari-hari dan bagaimana Firman ini harus dilakukan.
SELAMAT MENYIAPKAN
PELAYANAN SAUDARA
No comments:
Post a Comment