MATIUS 6:31-34
BAHAN KHOTBAH IK 02 APRIL 2025
PENDAHULUAN
Menurut Tuhan Yesus, Kekuatiran yang paling besar adalah tentang
kebutuhan-kebutuhan pokok yaitu sandang dan pangan. Misalnya mengenai apa yang
akan dimakan? apa yang akan diminum? apa yang akan dipakai untuk menutupi tubuh?
(ay.25). Karena berbicara tentang kebutuhan pokok, maka hal itu tidak bisa
ditunda. Orang bisa menunda membeli kendaraan, tetapi tidak mungkin menunda
membeli makanan. Orang mungkin bisa menunda membeli perhiasan, namun tidak
mungkin tidak membeli pakaian jika sudah compang-camping.
TELAAH PERIKOP
Jangan kuatir adalah perintah yang harus dibaca dengan kacamata berbeda.
Tuhan yesus tidak pernah bermaksud mengatakan tidak perlu kuatir, sebab kuatir
adalah hal yang alamiah terhadap sesuatu yang belum terjadi. Maka perintah “jangan
kuatir” mau mengatakan soal jangan sampai karena kekhawatiranmu membuat engkau
kehilangan iman.
Jika demikian, bagaimana cara menghadapi berbagai bentuk kekuatiran
tersebut? Pada ayat 31-34, kita menemukan 3 poin utama cara untuk menghadapi
kekuatiran, yakni:
1.
Tuhan mengetahui
kebutuhanmu (ay.31-32)
Memikirkan tentang
kebutuhan-kebutuhan pokok yang harus dipenuhi dan di saat yang sama kemampuan
untuk memenuhi kebutuhan itu tidak ada, pasti akan membuat orang kuatir
(ay.31). Tuhan Yesus menyatakan tentang hal penting menanggapi kondisi itu
yakni: “Bapamu di Surga tahu bahwa kamu memerlukan semuannya itu”. Pernyataan
ini memberikan penegasan penting bahwa kondisi yang terjadi di kolong langit
ini Tuhan sangat tahu, termasuk segala kebutuhan yang menyebakan orang
mengalami kekuatiran.
Jika Tuhan
tahu apa yang kita butuhkan maka itu berarti Tuhan tahu bagaimana menjawab
kebutuhan itu? Dengan kata lain, Tuhan Yesus mengajak orang yang kuatir, untuk
berani menyerahkan kekuatirannya kepada Tuhan. Sebab Tuhan adalah pribadi yang
sangat tahu segala sesuatu yang kita butuhkan dan yang mampu menyediakan segala
sesuatu yang kita butuhkan itu.
Perhatikan
bunyi teksi alkitab ini: “Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya,
sebab Ia yang memelihara kamu” (1 Petrus 5:7). Kita diajarkan untuk
meyakini bahwa Tuhan tahu apa yang kita butuhkan, Tuhan juga menyediakan apa
yang kita butuhkan. Maka langkah awal menghadapi kekuatiran adalah menyerahkan
kekhawatiran itu kepada Tuhan.
2.
Carilah
dahulu Kerajaan Allah dan Kebenarannya (ay.33)
Apa yang
dimaksud dengan mencari Kerajaan Allah dan Kebenarannya? Kita pasti menghafal “Doa
Bapa Kami”. Di situ disebut tentang “datanglah kerajaan”. Ketika menyebut
carilah kerajaan Allah maka urutannya menjadi jelas. Yang utama bukan
memikirkan kekuatiran, tetapi mencari Kerajaan Allah, sesudahnya biarlah kuasa
kerajaan Allah itu menjawab kekuatiran kita itu.
Tafsiran
yang paling sederhana dalam Matius 6:33 untuk kata-kata "mencari
Kerajaan Allah dan kebenaran Allah" ialah: mencari untuk menjadi
taat kepada Allah. Ternyata ketaatan kepada Allah adalah kunci
menghadapi kek hawatiran. Hanya dengan taat kepada Allah, maka poin 1 tadi, yakni
Tuhan menyediakan yang kita perlu akan digenapi. Hal ini
dipertegas oleh Tuhan Yesus dengan frasa kalimat “segala sesuatu akan
ditambahkan”. Maka ketaatan kepada Tuhan diperlukan untuk memperoleh
jawaban tentang kekhawatiran tersebut.
3.
Kesusahan
sehari cukuplah untuk sehari (ay.34)
Tuhan Yesus
berkata: “Sebab itu janganlah kamu kuatir akan hari besok, karena hari besok
mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari."
(ay.34). Hal ini senada dengan pertanyaan Tuhan Yesus: “siapakah yang
karena kekhawatiran dapat menambahkan sehasta pada jalan hidupnya.” (ay.27).
Kekhawatiran berlebihan tidak menyelesaikan masalah, bahkan sebaliknya akan
memberikan masalah baru dalam hidup.
Karena itu yang
paling penting adalah menyelesaikan persoalan di hari ini dan bukan memikirkan
masalah hari esok lalu kemudian menambahkan masalah yang belum terjadi itu menjadi
kesusahan di hari ini. Inilah yang
dimaksud dengan kesusahan sehari cukuplah untuk sehari.
RELEVANSI DAN APLIKASI.
1. Adalah wajar tiap orang kuatir tentang pemenuhan
kebutuhan kebutuhan hidup. Masalah ekonomi keluarga barangkali, masa depan anak-anak,
persoalan rumah tangga dan sebagainya. Semua itu menjadi penyebab tiap orang
mengalami kekuatiran. Hal yang patut disayangkan adalah banyak orang sibuk
memikirkan kekuatirannya, tapi lupa fokus pada Tuhan yang tahu kebutuhan kita
itu.
Sebagai orang
percaya kita dituntut untuk memiliki iman yang besar kepada Tuhan yang
menyediakan segala sesuatu. Sehingga langkah utama menghadapi kekhawatiran adalah,
kita menyerahkan segala sesuatu kepada Tuhan. Kita diajak untuk berani berdoa
seperti doa Tuhan Yesus “jadilah kehendakmu” karena kita percaya bahwa Tuhan
tahu apa yang kita butuhkan. Jika Tuhan tahu apa yang kita butuhkan, maka Tuhan
pasti mengerti untuk menyediakan segala apa yang kita perlukan. Dengan kata
lain, fokus utama bukan pada kekhawatiran tapi fokus utama kita adalah kepada
Tuhan.
2. Cara fokus kepada Tuhan untuk menghadapi kekuatiran
adalah dengan mencari kerajaan Allah. Urutan ini harus tepat, yakni kita
tidak mengurus terlebih dahulu kekuatiran kita, tapi urusan utama adalah
mencari kerajaan Allah. Mencari kerajaan Allah sebagaimana disebutkan di atas
adalah hidup dalam ketaatan kepada Allah. Sebab, bagaimana mungkin Tuhan
memberkati atau menyediakan apa yang kita butuhkan jika kita tidak taat kepadaNya.
Tanpa ketaatan
kepada Allah kita tidak mungkin menghadapi kekhawatiran kita. Sebab kunci dari pemenuhan
segala kebutuhan kita oleh Tuhan, hanya dapat kita peroleh dari ketaatan kepada
Allah yakni melakukan segala kehendakNya. Karena itu carilah dahulu
kerajaan Allah dan kebenarannya, maka segala sesuatu akan ditambahkan kepadamu.
3. Kita perlu mengatur kondisi ketentraman jiwa kita
dengan cara menundukkan kekuatiran itu dan bukan kekuatiran yang mengatur
suasana hati kita. Selesaikan masalah kita hari ini barulah kemudian memikirkan
hal-hal yang belum terjadi di hari esok. Jangan menumpuk masalah hari esok yang
belum terjadi, pada kekhawatiran di hari ini. Sebab hal itu akan membuat kita
mengalami guncangan iman yang menghancurkan pengharapan kita.
Kalimat “kesusahan
sehari cukuplah untuk sehari” berarti upaya kita untuk mengatur kebutuhan-kebutuhan
kita dengan perencanaan yang matang. Manajemen masalah atau mengatur masalah
harus dilakukan dan bukan masalah yang mengatur kondisi hati kita sehingga kita
kuatir. Jika Tuhan memelihara kita hari lepas hari, maka biarkanlah kekuatiran
hari esok terjadi untuk hari esok, dan jangan membuat kita mengalami kehilangan
sukacita karena masalah di hari esok yang belum terjadi.
Kita diajak
untuk membuat perencanaan matang tentang hari esok, tapi juga kita
diperintahkan untuk menyelesaikan lebih dulu masalah di hari ini. Merencanakan
hari esok dan menyelesaikan masalah di hari ini adalah kunci kita mampu
menghadapi kekuatiran itu.
Selamat menghadapi kekuatiran saudara. fokuslah pada Tuhan. dia tahu
apa yang kita perlu dan rencanakan kehidupan saudara di hari esok dengan cara
menyelesaikan masalah saudara di hari ini. Amin.